BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jamur Aspergillus niger
2.1.1. Pengertian Jamur
Jamur adalah jenis tumbuhan yang tidak berdaun dan tidak berbuah, berkembang biak dengan spora, biasanya berbentuk payung, tumbuh di daerah berair
atau lembab atau batang busuk. Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media tumbuh dari sekelompok fungi Basidiomycota yang berbentuk seperti
payung, terdiri dari bagian yang tegak batang dan bagian yang mendatar atau membulat. Beberapa jamur aman dimakan manusia bahkan beberapa dianggap
berkhasiat obat, dan beberapa yang lain beracun. Contoh jamur yang bisa dimakan : jamur merang Volvariela volvacea, jamur tiram Pleurotus, jamur kuping
Auricularia polytricha, jamur kancing atau champignon Agaricus campestris, dan jamur shiitake Lentinus edulis Meldayulia, 2010.
Somad 2010, menyatakan bahwa jamur tumbuh saprofit pada batang kayu yang lapuk, tumbuh liar dan kadang dibudidayakan. Badan buah bertangkai panjang
yang tumbuh lurus ke atas, topi dari badan buahnya menempel pada tangkai tersebut, bangun setengah lingkaran dan tumbuh mendatar. Badan buah menunjukkan
lingkaran-lingkaran yang merupakan batas periode pertumbuhan, tepi berombak atau berlekuk, sisi atas dengan lipatan-lipatan radier, warnanya coklat merah keunguan.
Universitas Sumatera Utara
Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah diidentifikasi dari genus Aspergillus, Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat,
dapat tumbuh pada suhu 35º C-37º C optimum, 6º C-8º C minimum, 45º C-47º C maksimum dan memerlukan oksigen yang cukup. Aspergillus niger memiliki bulu
dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam Artikata, 2009.
2.1.2. Aspergillus sp
Aspergillus sp terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di daerah tropik dengan kelembaban yang tinggi. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang
dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergillus flavus dan Aspergillus niger, yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi Jawetz dkk, 1996. Beker
2006 dalam Handayani dkk 2008 menyatakan A. niger juga mampu memproduksi mikotoksin, karena memiliki gen yang mampu memproduksinya.
Habitat asli Aspergillus dalam tanah, kondisi yang menguntungkan meliputi kadar air yang tinggi setidaknya 7 dan suhu tinggi. Tanaman yang sering terkena
termasuk sereal jagung, sorgum, millet mutiara, beras, gandum, minyak sayur kacang tanah, kedelai, bunga matahari, kapas, rempah-rempah cabe, lada hitam,
ketumbar, kunyit, jahe, dan kacang-kacangan pohon almond, pistachio, walnut, kelapa, kacang brazil Aliallink, 2011. Hampir semua sumber selai kacang
komersial di Amerika Serikat mengandung jumlah aflatoksin, tetapi biasanya jauh di bawah standar yang direkomendasikan oleh Amerika Serikat Food and Drug
Administration FDA dan masih dalam tingkat yang aman Aliallink, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus adalah penyebab paling umum dari aspergillosis pada manusia, walau spesies lain dapat juga sebagai penyebab.
Aspergillus fumigatus menyebabkan banyak kasus bola jamur, Aspergillus niger penyebab umum otomikosis Rahmat, 2011.
Aflatoksin masih diakui sebagai mikotoksin yang paling penting. Mereka disintesis oleh hanya beberapa spesies Aspergillus yaitu A. Flavus dan A. Parasiticus
yang paling bermasalah. Ekspresi penyakit yang berhubungan aflatoksin dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti umur, nutrisi, jenis kelamin, spesies dan kemungkinan
paparan bersamaan racun-racun lain. Organ target utama dalam mamalia adalah hati sehingga aflatoxicosis pada dasarnya merupakan suatu penyakit hati. Kondisi
meningkatkan kemungkinan aflatoxicosis pada manusia meliputi ketersediaan pangan yang terbatas, kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan jamur pada bahan
makanan, dan kurangnya sistem peraturan untuk pemantauan dan pengendalian aflatoksin Tempo, 2005.
Tingkat tinggi paparan aflatoksin menghasilkan nekrosis hati akut, sehingga kemudian pada sirosis, dan atau karsinoma hati. Kegagalan hati akut dibuat nyata
oleh perdarahan, edema, perubahan dalam pencernaan, dan penyerapan dan atau metabolisme nutrisi dan perubahan mental dan atau koma Aliallink, 2011.
Kronis, paparan subklinis tidak menyebabkan gejala sedramatis aflatoxicosis akut. Anak-anak, bagimanapun, adalah sangat dipengaruhi oleh paparan aflatoksin
yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tertunda. Paparan kronis juga menyebabkan risiko tinggi kanker hati berkembang, seperti metabolit
Universitas Sumatera Utara
aflatoksin dapat intercalate menjadi DNA dan Alkylate dasar melalui bagian epoksidanya. Hal ini juga diduga menyebabkan mutasi pada gen p53, gen penting
dalam mencegah perkembangan sel siklus ketika ada mutasi DNA, atau sinyal apoptosis. Aflatoksin bertindak sebagai mutagen, tidak hanya bermutasi bermutasi
DNA secara acak, namun secara khusus bermutasi gen p53 di pangkalan 249 menyebabkan tumor hati. Penelitian medis menunjukkan bahwa diet yang teratur
termasuk mengkonsumsi sayuran seperti wortel, seledri dan peterseli, mengurangi efek karsinogenik dari aflatoksin Aliallink, 2011.
2.2. Pengertian Industri Rumah Tangga