Persalinan Sectio Caesarea Perbandingan Nilai Apgar pada Persalinan Normal dan Persalinan dengan Teknik Sectio Caesarea pada Bulan Januari 2010-Desember 2010 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 5-15 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan aka lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc Mochtar, 1998. Kala IV adalah pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya pendarahan postpartum Mochtar, 1998. Meskipun pasien mendapat obat-obat oksitosik, namun pendarahan pascapartum akibat atonia uterus paling besar kemungkinannya terjadi pada waktu ini. Selama periode ini uterus perlu sering diperiksa. Perineum juga sering diperiksa untuk mendeteksi perdarahan yang berlebihan. Tekanan darah juga sering diperiksa untuk mendeteksi perdarahan bayi dan tiap 15 menit selama 1 jam pertama Cunningham, 2010.

2.2. Persalinan Sectio Caesarea

Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa Latin, caedere, yang artinya memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law dan Emperor’s Law yaitu undang-undang yag mengkhendaki supaya janin dalam kandungan ibu- ibu yang meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim. Jadi sectio caesarea tidak ada hubungannya dengan Julius Caesar Mochtar, 1998. Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina Mochtar, 1998. Indikasi dilakukannya sectio caesarea adalah Mochtar, 1998: 1. Plasenta previa sentralis dan lateralis 2. Panggul sempit 3. Disproporsi sefalo-pelvik 4. Ruptura uteri mengancam 5. Partus lama prolonged labor 6. Partus tak maju obstructed labor 7. Distosia serviks 8. Preeklampsi dan hipertensi Universitas Sumatera Utara 9. Malpresentasi janin: • Letak lintang • Letak bokong, apabila terdapat panggul sempit, primigravida hamil untuk pertama kali, janin besar. • Presentasi dahi dan muka letak defleksi bila reposisi dan cara lain tak berhasil • Gemelli kehamilan multipel, apabila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu, terjadi interlock, gawat janin. Bayi yang dilahirkan dengan sectio caesaria mempunyai masalah, yang mungkin diakibatkan oleh lingkungan obstetrik yang tidak menyenangkan namun perlu dilakukan dalam operasi atau akibat anestesi yang lama pada ibunya. Pada kehamilan normal yang cukup bulan, bila tidak ada indikasi gawat janin, persalinan melalui abdomen membawa resiko yang lebih besar daripada persalinan melalui jalan lahir. Sebagian kecil bayi matur yang dilahirkan dengan sectio caesaria mengalami berbagai tingkat kesulitan pernapasan selama 1-2 hari Kliegman, 1999. Persalinan sectio caesarea dapat dilakukan dengan menggunakan anestesi regional maupun general. Anestesi regional terbagi dalam beberapa teknik, yaitu anestesi spinal, epidural, kombinasi spinal-epidural. Keuntungan melakukan anestesi spinal adalah mudah, onsetnya cepat, simpel, resiko aspirasi pada ibu minimal karena pasien masih sadar, transfer obat minimal kepada janin. Sementara pada anastesi epidural, masa kerja obat analgesi dapat dipertahankan lebih lama dengan pemberian dosis yang berulang, onsetnya lebih lama. Kedua hal ini menyebabkan sistem kardivaskular ibu dapat mengkompensasi terjadinya blokade simpatis. Hal ini dapat mengurangi resiko terjadinya hipotensi berat dan mengurangi resiko penurunan perfusi uteroplasenta. Keuntungan anestesi general dibandingkan anestesi regional adalah hipotensi lebih jarang terjadi, induksi cepat, hemodinamik lebih stabil, jalan napas bebas, ventilasi dapat dikontrol Kuczkowski, 2004. Terdapat pula kerugian dari masing-masing jenis anestesi yang dilakukan pada persalinan sectio caesarea. Anestesi spinal dapat menyebabkan hipotensi Universitas Sumatera Utara yang mendadak pada ibu sehingga aliran darah ibu ke plasenta berkurang. Hal ini menyebabkan terjadinya depresi pada neonatus. Pada anestesi epidural, dosis obat diperlukan lebih banyak. Hal ini menyebabkan obat diabsorbsi lewat pembuluh darah vena yang pada akhirnya dapat mengakibatkan depresi otak pada bayi. Sementara itu pada anestesi umum, ibu lebih beresiko untuk mengalami aspirasi mendelson syndrome, dan obat-obatan yang digunakan dapat mendepresi pernapasan sehingga bayi terkadang jatuh ke keadaan apneu Kuczkowski, 2004. Hipotensi merupakan hal yang harus dipikirkan dalam melakukan persalinan sectio caesaria dengan anestesi regional. Hipotensi yang terjadi disebabkan oleh hambatan vasomotor yang mengakibatkan penurunan resistensi vaskular yang menyebabkan aliran darah balik ke jantung berkurang dan terjadi penurunan curah jantung. Hipotensi terjadi karena Kuczkowski, 2004: 1. Peningkatan kapasitas vena dan pooling sebagian besar volume darah di ekstremitas bawah dan splangnik 2. Penurunan resistensi vaskular sistemik. Pada pasien obstetrik, hipotensi didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik sedikitnya 25 atau penurunan tekanan darah sistolik di bawah 100mmHg. Apabila penurunan aliran darah uteroplasenta terjadi, fetus dapat mengalami hipoksia dan asidosis Chesnut, 2004. Pada masa lalu dianggap waktu mulai insisi kulit sampai bayi lahir adalah saat yang penting, misalnya bila lebih dari 10 menit maka kesejahteraan janin terganggu. Belakangan dibuktikan bahwa waktu terpenting adalah saat uterus diinsisi sampai bayi lahir, bila lebih dari 3 menit maka pH tali pusat dan nilai apgar rendah. Hal ini tidak berhubungan dengan jenis anestesia yang digunakan Prawirohardjo, 2008. Anestesi dan analgesia mengenai janin sama seperti ibunya. Hipoksia ringan pada ibu karena hipoventilasi atau hipotensi karena agen anestesi dapat menyebabkan hipoksia berat pada janin dan syok. Kliegman, 1999. Universitas Sumatera Utara

2.3. Nilai apgar