pemberian anastesi umum dan spinal. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa bayi yang dilahirkan dengan teknik anastesi umum mempunyai nilai apgar
yang lebih buruk daripada bayi yang lahir dengan teknik anastesi spinal. Berdasarkan hal yang diuraikan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai perbandingan nilai apgar pada bayi yang dilahirkan dengan persalinan normal dan persalinan dengan teknik sectio
caesarea.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah perbandingan nilai apgar antara persalinan normal dan persalinan dengan teknik sectio caesarea?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan nilai apgar pada persalinan normal dan sectio caesarea pada Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran nilai apgar bayi baru lahir menurut cara kelahiran di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
2. Mengetahui karakteristik sampel persalinan normal dan sectio caesaria di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berdasarkan umur.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1.
Sebagai sumber informasi dan pengembangan bagi penelitian serupa dan berkelanjutan.
2. Bagi peneliti, menambah wawasan mengenai efek dari jenis persalinan
dan nilai apgar. 3.
Bagi klinisi dan masyarakat, untuk memberikan informasi mengenai efek dari jenis persalinan terhadap nilai apgar dan kepentingan nilai apgar
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persalinan Normal
Persalinan atau yang disebut juga partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan uri yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui
jalan lahir atau dengan jalan lain. Partus biasa normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-
alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Sementara partus luar biasa abnormal ialah persalinan pervaginam dengan
bantuan alat-alat melalui dinding perut dengan operasi sesar Mochtar, 1998. Proses persalinan terdiri dari 4 kala. Kala I dimulai pada waktu serviks
membuka karena his kontraksi uterus yang teratur, makin lama makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri disertai pengeluaran darah lendir yang tidak
lebih banyak daripada darah haid. Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, terdiri dari 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif. Pada fase laten, pembukaan
serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm dan berlangsung dalam 7-8 jam. Fase aktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 subfase, yaitu
periode akselerasi, dilatasi maksimal, dan deselerasi. Periode akselerasi berlangsung 2 jam, dan pembukaan menjadi 4 cm. Setelah itu dilanjutkan periode
dilatasi maksimal berlangsung selama 2 jam pula dan pembukaan menjadi 9 cm. Kemudian selama 2 jam berikutnya pada periode deselerasi, pembukaan menjadi
10 cm atau lengkap Mochtar, 1998. Kala II disebut juga kala pengeluaran janin. Pada fase ini, his terkoordinir,
kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada oto-otot dasar panggul
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin,
akan lahirlah kepala dan diikuti oleh seluruh badan janin Mochtar, 1998. Kala III persalinan disebut juga stadium pengeluaran plasenta. Setelah bayi
lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Beberapa saat kemudian, timbul his
Universitas Sumatera Utara
pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 5-15 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan aka lahir spontan atau dengan sedikit
dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc Mochtar, 1998.
Kala IV adalah pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya pendarahan postpartum
Mochtar, 1998. Meskipun pasien mendapat obat-obat oksitosik, namun pendarahan pascapartum akibat atonia uterus paling besar kemungkinannya terjadi
pada waktu ini. Selama periode ini uterus perlu sering diperiksa. Perineum juga sering diperiksa untuk mendeteksi perdarahan yang berlebihan. Tekanan darah
juga sering diperiksa untuk mendeteksi perdarahan bayi dan tiap 15 menit selama 1 jam pertama Cunningham, 2010.
2.2. Persalinan Sectio Caesarea