2.4. Asfiksia
Asfiksia berasal dari bahasa Yunani yang berarti tanpa denyut, saat ini digunakan untuk mendefinisikan keadaan di mana pertukaran gas terganggu atau
berkurang secara bersamaan sehingga menyebabkan depresi kardiorespirasi. Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis metabolik dapat terjadi setelahnya. Curah
jantung yang terganggu menurunkan perfusi jaringan sehingga menyebabkan cedera hipoksik-iskemik pada otak dan organ lainnya. Kondisi ini pada neonatus
disebut sebagai ensefalopati hipoksik-iskemik dan termasuk dalam penyebab ensefalopati neonatal Lissauer dan Fanaroff, 2009.
Faktor yang berperan dalam pernapasan pertama pada bayi adalah Cunningham, 2010:
1. Penekanan toraks sewaktu kala dua persalinan dan pelahiran pervaginam,
yang mendorong cairan dari saluran napas. Bayi yang dilahirkan melalui sectio caesarea memiliki lebih banyak cairan dan lebih sedikit gas di paru
selama 6 jam pertama kehidupan 2.
Berkurangnya oksigen dan penimbunan karbon dioksida yang juga merangsang pernapasan.
3. Stimulasi fisik, misalnya memegang bayi sewaktu pelahiran dan resusitasi
yang diperkirakan memicu pernapasan. Faktor resiko terjadinya asfiksia dapat terjadi secara antepartum maupun
intrapartum. Faktor resiko antepartum adalah diabetes pada ibu, hipertensi kehamilan, hipertensi kronik, anemia janin, perdarahan pada trimester dua dan
tiga, infeksi ibu, usia ibu kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun. Sementara, faktor resiko intrapartum antara lain adalah seksio darurat, kelahiran
dengan ekstraksi forsep atau vakum, letak sungsang, kelahiran kurang bulan, korioamnionitis, ketuban pecah lama 18 jam sebelum persalinan, partus lama
24 jam, kala dua lama 2 jam, makrosomia, bradikardia janin persisten, penggunaan anestesi umum, hiperstimulus uterus, penggunaan obat narkotika
dalam 4 jam sebelum persalinan, prolaps tali pusat, solusio plasenta, plasenta previa, dan pendarahan intrapartum Dharmasetiawani, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Resusitasi bayi baru lahir
Tujuan resusitasi bayi baru lahir adalah untuk memperbaiki fungsi pernapasan dan jantung bayi yang tidak bernapas.
Menurut Latief 1985, sebelum resusitasi dilakukan, perlu diperhatikan bahwa:
a. Faktor waktu sangat penting. Semakin lama bayi menderita asfiksia, perubahan
homeostasis yang timbul semakin berat, resusitasi akan lebih sulit dan kemungkinan timbulnya sekuele akan meningkat.
b. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anoksia atau hipoksia antenatal tidak
dapat diperbaiki, tetapi kerusakan yang akan terjadi karena anoksia atau hipoksia pascanatal harus dicegah dan diatasi.
c. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang
faktor penyebab terjadinya depresi pernapasan pada bayi baru lahir.
Penilaian awal dilakukan pada setiap bayi baru lahir untuk menentukan apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir dilakukan
penilaian pada semua bayi dengan menjawab pertanyaan berikut Dharmasetiawani, 2008:
- Apakah kehamilan cukup bulan?
- Apakah air ketuban jernih dan tidak terkontaminasi mekonium?
- Apakah bayi bernapas adekuat atau menangis?
- Apakah tonus otot bayi baik?
Bila salah satu pertanyaan dijawab “tidak”, maka hal yang harus dilakukan adalah Dharmasetiawani, 2008:
a. Melakukan langkah awal resusitasi yang terdiri dari tindakan berurutan
sebagai berikut: i.
Menghangatkan bayi di bawah pemancar panas atau lampu ii.
Memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi iii.
Mengisap lendir dari mulut kemudian hidung
Universitas Sumatera Utara
iv. Mengeringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok
punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang basah dengan yang kering.
v. Memposisikan kembali kepala bayi
vi. Menilai bayi
b. Apabila bayi tidak bernapas, maka dilakukan Ventilasi Tekanan Positip
VTP dengan memakai balon dan sungkup dengan kecepatan 20-30 kali selama 30 detik.
c. Menilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung. Bila belum
bernapas dan denyut jantung kurang dari 60 xmenit, maka VTP dilanjutkan dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik
d. Menilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
o Apabila denyut jantung 60 xmenit, epinefrin diberikan dan lanjutkan
VTP dan kompresi dada o
Apabila denyut jantung 60 xmenit kompresi dada dihentikan, VTP dilanjutkan
e. Pemasangan endotracheal tube bisa dilakukan pada setiap tahapan
resusitasi dilakukan oleh tenaga yang sudah terampil
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Diagram alur resusitasi bayi baru lahir Sumber: Dharmasetiawani. Asfiksia dan Resusitasi Bayi Baru Lahir. Dalam:
Buku Ajar Neonatologi, 2008.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian