Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tulisan ini bertujuan mengkaji tentang identitas kelompok dalam proses globalisasi pada masyarakat Karo. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Suatu masyarakat dikatakan ada bilamana masyarakat itu dapat menunjukkan identitasnya yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Perbedaan itu dapat terwujud dalam bentuk bahasa, budaya dan adat istiadat, tatanan kehidupan dan ragam peralatan yang melekat pada komunitas tersebut. Hal ini juga sudah pasti dimiliki setiap suku bangsa yang beragam itu Perangin-angin, 2004:121. Globalisasi sering diperbincangkan oleh banyak orang, mulai dari para pakar ekonomi, sampai penjual iklan. 1 Perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal abad ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, Gaung globalisasi, sudah mulai terasa sejak akhir abad ke-20, yang telah membuat masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap-siap menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek penting kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah kebudayaan. 1 http:www.unjabisnis.net201104pengaruh-globalisasi-terhadap.html. Diakses pada tanggal 3 Mei 2011. 1 Universitas Sumatera Utara hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan. lebih lanjut Achmad Suparman 2 1. Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional. menyatakan ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan ditandai dengan: 2. Penyebaran prinsip multikebudayaan, dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya. 3. Berkembangnya turisme dan pariwisata. 4. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain. 5. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain. 6. Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA. 7. Persaingan bebas dalam bidang ekonomi. 8. Meningkakan interaksi budaya antarnegara melalui perkembangan media massa. Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma sosial merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara menyeluruh. Pada era globalisasi saat ini, eksistensi atau keberadaan kesenian rakyat berada pada titik yang rendah dan mengalami berbagai tantangan dan tekanan-tekanan baik dari pengaruh luar maupun dari 2 http:id.wikipedia.orgwikiglobalisasi. Diakses pada tanggal 3 Mei 2011. Universitas Sumatera Utara dalam. Tekanan dari pengaruh luar terhadap kesenian rakyat ini dapat dilihat dari pengaruh berbagai karya-karya kesenian populer dan juga karya-karya kesenian yang lebih modern lagi yang dikenal dengan budaya populer. Seperti yang dikemukakan oleh Naisbitt 1988, 3 Globalisasi mempunyai dampak yang besar terhadap budaya, dimana kontak budaya melalui media massa menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak budaya ini. bahwa semakin kita menjadi universal, maka tindakan kita semakin menjadi kesukuan atau lebih terfokus pada faktor ‘kesukuan’ dan berpikir secara lokal, namun bertindak global, dimana kita harus berkonsentrasi kepada hal-hal yang bersifat lokal, yang hanya dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia Internasional. 4 Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, seperti pergaulan bebas, gaya berpakaian yang ala barat, dan lain sebagainya. Hal-hal seperti ini diakui oleh Pak Limbong, dia mengatakan bahwa di Tapanuli misalnya, sekitar duapuluh tahun yang lalu, anak- anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari “tor-tor” dan “tagading” alat musik batak, namun belakangan ini kegiatan tersebut sudah jarang dilakukan oleh generasi muda masyarakat Toba. 5 3 http:id.wikipedia.orgwikiglobalisasi. Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai 4 http:www.unjabisnis.net201104pengaruh-globalisasi-terhadap.html. Diakses pada tanggal 3 Mei 2011. 5 Dari hasil wawancara awal di seputar Padang Bulan dengan salah satu warga. Universitas Sumatera Utara hiburan budaya yang meriah. Sehingga untuk melakukan penyesuaian- penyesuaian terhadap perubahan-perubahan diperlukan pengembangan- pengembangan yang bersifat global namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau kebudayaan juga dapat didefinisikan memiliki tiga wujud, yang mencakup gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan Koentjaraningrat, 1974:15, dimana hal-hal tersebut terwujud dalam salah satu kesenian tradisional kita. Proses saling mempengaruhi adalah gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami nusantara telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. 6 Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan alam, dan wilayah geografisnya. Keanekaragaman masyarakat Indonesia ini dapat dicerminkan pula dalam berbagai ekspresi upacara-upacara adat tradisional yang memang menjadi sarana sosialisasi bagi kebudayaan yang telah dimantapkan lewat pewarisan tradisi. Salah satu peralatan yang digunakan dalam menunjukkan identitasnya Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang senantiasa berubah. Perubahan yang terjadi saat ini berlangsung begitu cepat. 6 http:www.unjabisnis.net201104pengaruh-globalisasi-terhadap.html Universitas Sumatera Utara adalah sirih. Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 meter. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. 7 Pada masyarakat Pak-pak misalnya, sirih digunakan dalam upacara perkawinan yaitu Merbayo. Sebutan lain dari upacara ini adalah Papuren Ibale Papuren Ibages. Papuren artinya sumpit yang berisi sirih, pinang, gambir, kapur sirih, dan tembakau yang disuguhkan kepada tamu sebagai tanda perkenalan. Papuren ibale artinya sumpit sirih yang diberikan kepada laki-laki yang dulunya sebelum masuk ke rumah harus tinggal di balai, sedangkan untuk perempuan langsung kerumah bages Berutu dan Berutu, 2002:16. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Sirih digunakan sebagai tanaman obat, yang juga sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat berbagai suku pada masyarakat Indonesia. Demikian juga pada masyarakat Jawa, sirih juga digunakan dalam upacara adat perkawinan, yaitu pada saat “balangan sadakgantalan” yaitu acara lempar sirih antara pengantin pria dan pengantin wanita. Saat pengantin wanita keluar dari kamar hias, pengantin pria berjalan menjemputnya sambil melemparkan sirih kepada pengantin wanita, kemudian pengantin wanita ganti melempar sirih, kemudian sekali lagi pengantin pria melempar sirih, dan dibalas oleh pengantin wanita. Makna dari lempar sirih ini adalah mengungkapkan perasaan pria bahwa dia sangat mencintai wanita itu, begitu juga dengan pengantin wanita yang sangat 7 http:id.wikipedia.orgwikiSirih Universitas Sumatera Utara mencintai pengantin pria tersebut. Saat lemparan sirih yang kedua, itu bermakna ungkapan keinginan bersama satu tujuan Wahjono, 2000:250-252. Seperti halnya pada masyarakat Karo, salah satu wujud kebudayaan itu ditunjukkan dengan makan sirih man belo. Sirih ataupun belo pada masyarakat Karo sangatlah penting sehingga dalam upacara perkawinan etnik Karo ada istilah “maba belo selambar”. Pada masa lampau “belo” atau sirih digunakan masyarakat Karo sebagai bahan obat-obatan dan digunakan dalam peradatan. 8 1. Maba belo selambar, adalah upacara meminang gadis. Tujuannya adalah untuk menanyakan kesedian si gadis, orang tua, sembuyak, anak beru, dan yang lainnya atas pinangan tersebut. Dalam acara maba belo selambar ini diawali dengan penyerahan kampil persentabin yang isinya adalah peralatan merokok rokok dan korek api,dan peralatan makan sirih seperti sirih, buah mayang pinang, gambir, kapur sirih dan tembakau. Pemakaian sirih dalam beberapa upacara adat dan ritual masyarakat Karo, yaitu seperti: 2. Erkiker, adalah suatu tradisi wanita karo untuk memotong gigi bagian depan dengan cara mengkikirnya. Tujuan dari erkiker ini adalah untuk memperindah wajah dan merapikan bentuk gigi. Alat yang diperlukan dalam acara ini adalah kiker gergaji kecil, air untuk kumur-kumur, belo kinapor sirih, baja getah pohon baja yang dibakar dan ditampung di besi, kapas, dan tikar tempat tidur. 3. Kacip-kacipi, adalah upacara sunat tradisional karo, yang dilakukan kepada anak yang telah mencapai usia akil balik. Alat-alat yang diperlukan 8 Lihat dalam Darwan Prinst 1996:81-178. Adat Karo. Medan: Kongres Kebudayaan Karo. Universitas Sumatera Utara adalah alat kacip-kacipi yaitu bamboo, benang sebagai pengikat, dan belo penurungi. 4. Mesur-mesuri, adalah upacara tujuh bulanan bagi seorang wanita yang sedang hamil. Mesur-mesuri sering juga disebut dengan maba manok mbur. Alat-alat yang diperlukan adalah pinggan pasu, uis teba, belo cawir, ayam, dan amak cur. 5. Maba anak ku lau, adalah upacara membawa anak ke pemandian pancuran ataupun sungai yang diadakan setelah anak berumur 4 atau 7 hari.peralatan yang diperlukan adalah pundang, abu dapur, upih pelepah pinang, daun sukat daun keladi, page penuhuren, belo penurungi, uis kapal dan uis teba. 6. Dan lain-lain Seperti yang sudah diketahui revitalisasi berarti menghidupkan kembali. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. 9 Berdasarkan penelitian sementara, sirih dulunya hanya digunakan dalam adat upacara adat saja, dan yang memakan sirih pun hanya orang yang sudah tua atau nenek-nenek. Seiring perkembangan jaman yang memakan sirih pun berubah. Tidak hanya nenek-nenek tetapi perempuan yang baru menikah juga sudah makan sirih. Dalam upacara-upacara tradisional seperti pesta perkawinan dan acara adat orang meninggal sirih sudah masuk dalam anggaran pengeluaran Pengertian revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali. 9 http:dewiultralight08.wordpress.com20110310pengertian-revitalisasi Universitas Sumatera Utara pesta tersebut. Sirih dan perlengkapannya dibagi-bagikan oleh anak beru dari yang melakukan pesta kepada orang-orang yang hadir di jambur atau balai desa tersebut dan bahkan tempat ludah ataupun “perciduren” sudah masuk menjadi peralatan yang dibutuhkan di jambur dan menjadi tanggungan si pemilik jambur. Sekitar tahun 1990-an orang yang memakan sirih semakin banyak saja, tidak hanya wanita dewasa dan nenek-nenek, tetapi mulai dari anak yang belum sekolah sampai anak yang sudah kuliah sudah makan sirih, bahkan bagi sebagian orang sirih sudah menjadi kebutuhan pokoknya. Tidak hanya yang memakan sirih yang berubah, tetapi yang menjual sirih pun telah berubah. Dulu yang menjual sirih hanya orang-orang tertentu saja yang disebut orang Karo dengan “perbunga rampe” yaitu orang yang biasanya menjual keperluan untuk upacara-upacara tradisional, rempah-rempah,kembang tujuh rupa, obat tradisional dan lain sebagainya. Tetapi belakangan ini yang menjual sirih semakin banyak sehingga sirih sangat mudah untuk ditemukan. Seperti di pasar Kabanjahe di setiap gerbang masuk ke pasar tersebut banyak berjejer penjual sirih, begitu juga yang peneliti lihat di pasar Kwala, pasar Melati, simpang Simalingkar, Simpang Selayang, dan Sempakata banyak berjejer penjual sirih. Tidak hanya dipasar yang menjual sirih, di kedai-kedai kecil disekitar daerah Padang Bulan juga ada dijual sirih. Penulis sangat tertarik untuk meneliti ini karena anak- anak usia kuliah yang kost di Medan, khususnya generasi muda Karo, banyak sekali yang memakan sirih dan sudah memiliki kampil tempat sirih sendiri seperti nenek- nenek. Penulis pernah melakukan observasi singkat di tempat orang yang menjual sirih di pasar Kwala Medan selama ±2 jam, penulis mendapatkan gambaran bahwa hampir 80 yang membeli sirih itu adalah anak gadis dan anak kuliah, hal Universitas Sumatera Utara itu menimbulkan pertanyaan, seperti hal apakah yang membuat mereka memakan sirih? Hal inilah yang mendorong penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang orang-orang yang makan sirih.

1.2. Rumusan Masalah