tamu. Bahkan jika ia bepergian, mereka akan tetap membawa peralatan menginang sebagai bekal dalam perjalanan Marsden, terj. 2008:257-258.
Selain berfungsi sebagai alat pergaulan sosial, sirih pinang juga menjadi perangkat penting dalam berbagai aspek kehidupan budaya Karo. Hal ini
dimungkinkan karena hakikat dari kebiasaan bersirih pinang menyimbolkan penghormatan dan persembahan kepada tamu, orang lain, atau bahkan arwah
leluhur. Dalam kebudayaan pra-Islam, sirih pinang kerap digunakan sebagai sesajian kepada leluhur atau para dewa Al Mudra, 2006:2. Bahkan hingga kini,
masyarakat di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, masih menyajikan sirih pinang sebagai simbol penghormatan kepada arwah para leluhur
dalam perayaan-perayaan adat http:koran.kompas.com.
3.2. Menyirih
Menyirih merupakan suatu kebiasaan yang populer di Asia, terutama di India, Sri Lanka, Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik dan China.
Menurut catatan sejarah, nenek moyang di Asia Pasifik, Asia Selatan, dan Asia Tenggara menyirih
secara sosial diterima di seluruh lapisan masyarakat termasuk wanita dan sebagian anak- anak. Kebiasaan menyirih ini telah diketahui dan dilaporkan dari beberapa
negara seperti Bangladesh, Thailand, Kamboja, Sri Lanka, Pakistan, Malaysia, Indonesia, Cina, Papua Nugini, beberapa pulau di Pasifik, dan populasi yang
bermigrasi ke tempat-tempat seperti Afrika Selatan, Afrika Timur, Eropa, Amerika Utara dan Australia.
Pada beberapa negara, tembakau umumnya digunakan bersamaan dengan campuran sirih. Literatur mengenai kebiasaan menyirih sudah ada di India sekitar
Universitas Sumatera Utara
2000 tahun yang lalu dan diperkirakan lebih kurang 200-600 juta orang mempunyai kebiasaan ini.
Sedangkan tembakau baru dikenal pada tahun 16 Masehi. Di Indonesia, campuran sirih dikunyah terlebih dahulu dan kemudian
potongan tembakau yang besar digunakan untuk membersihkan gigi, kemudian dibiarkan di dalam mulut.
Kebiasaan menyirih juga terdapat di Indonesia dan telah lama diketahui serta telah dilakukan beberapa penelitian mengenai kebiasaan menyirih di
Indonesia. Pada mulanya menyirih digunakan sebagai suguhan kehormatan untuk orang-orang atau tamu-tamu yang dihormati, pada suatu acara pertemuan atau
pesta perkawinan. Dalam perkembangannya budaya menyirih menjadi kebiasaan untuk dinikmati di saat santai.
3.3. Komposisi Menyirih 3.3.1. Sirih
Tradisi makan sirih merupakan warisan budaya silam, melebihi 3000 tahun yang lalu atau zaman Neolitik dan meluas ke Asia Tenggara sampai
sekarang ini. Sirih disukai oleh berbagai golongan masyarakat. Pelayar terkenal Marcopollo di abad 13 telah menulis dalam catatannya bahwa terdapat segumpal
tembakau didalam masyarakat India, pernyataan ini dijelaskan oleh penjelajah terdahulu, seperti Ibnu Batuta dan Vasco Da Gamma yang menyatakan kebiasaan
makan sirih juga terdapat pada masyarakat sebelah timur. Kini sirih menjadi terkenal pada masyarakat Melayu, selain dimakan oleh masyarakat juga dijadikan
simbol adat istiadat pada beberapa adat masyarakat tersebut, misalnya pada adat perkawinan.
Universitas Sumatera Utara
Bahan dan Perlengkapan Menyirih Suku Karo serta raga dayang keranjang khas Karo Sumber : Penulis
Sirih adalah sejenis tumbuhan yang terdapat di Malaysia juga dikawasan tropika asia, Madagaskar, timur afrika dan hindia barat. Sirih yang terdapat
disemenanjung Malaysia terdiri dari 4 jenis, yaitu : sirih Melayu, sirih Cina, sirih Keling dan sirih Udang.
Nama ilmiah dari sirih adalah Piper betle Linn dalam keluarga Piperaceae. Nama Betle adalah dari bahasa Portugis-Betle, berasal sebelumnya dari bahasa
Malayalam di negeri Malabar yang disebut Vettila. Dalam bahasa Hindi lebih dikenal Pan atau Paan dan dalam bahasa Sansekerta disebut sebagai Tambula.
Universitas Sumatera Utara
Dalam bahasa Sinhala Sri Langka disebut Bulat. Bahasa Thai disebut sebagai Plu www.indomedia.com, 2007.
Sifat tumbuhan sirih adalah sejenis pepohonan yang menjalar dan merambat pada batang pohon sekelilingnya. Bentuk daunnya agak membujur. Daun-daun
sirih yang subur berukuran antara 8 cm sd 12 cm. Lebar daun 10 – 15 cm. Panjang sirih sesuai umurnya, ditanam diatas tanah gembur yang tidak terlalu
lembab dan memerlukan cuaca tropis, agar tumbuh subur diperlukan jumlah air yang mencukupi.
Rasa sirih disebabkan oleh minyak uap yang mengandung fenol dan bahan- bahan yang menyebabkannya pedas. Bahan-bahan yang terdapat dalam daun sirih
adalah kalsium nitrat sedikit gula dan tannin www.indomedia.com, 2007. Faktor-faktor yang menentukan enak atau tidaknya daun sirih adalah jenis
sirih itu, umurnya dan kecukupan cahaya matahari serta keadaan daun-daunnya. Sirih hutan tidak boleh dimakan, selain daunnya yang keras, rasanya juga tidak
enak. Ia tumbuh dipohon yang terdapat di hutan hujan tropika. Daun-daunnya berukuran kecil yang sering dibuat obat dan penawar oleh Dukun. Sirih bertemu
urat adalah yang paling sering menjadi pilihan pada ibu Bidan dalam ilmu perobatan tradisional. Pada masa kini kegunaan sirih masih penting bagi
masyarakat Melayu walaupun jumlah orang yang memakannya mulai berkurang www.indomedia.com, 2007.
Makan sirih mulai dilakukan masyarakat di China dan India, lalu menyebar ke benua Asia termasuk Indonesia. Komposisi utama dari menyirih
adalah buah pinang, kapur sirih, gambir, dan sebagai bahan tambahan adalah kapulaga, cengkeh, kayu manis dan tembakau. Kegiatan makan sirih memiliki
Universitas Sumatera Utara
efek terhadap gigi, gingiva atau gusi, dan mukosa mulut. Dan efek tersebut membawa dampak yang positif maupun negatif”. Efek baiknya makan sirih
terhadap gigi di antaranya untuk menghambat proses pembentukan karies. Sedangkan efek negatif adalah bisa menyebabkan penyakit periodontal yaitu
penyakit inflamasi kronik rongga mulut yang umum dijumpai dan pada mukosa mulut
http:m.okezone.com
.
Sirih dan Campuran Sumber : Penulis
3.3.2. Gambir
Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama Uncaria gambir. Kandungan
penting gambir adalah catechin satu bahan alami yang bersifat anti-oksidan. Kegunaan gambir yang utama di Nusantara adalah dikenal luas sebagai salah satu
komponen menyirih. Dari Sumatera sampai Papua diperkirakan sudah 2.500 tahun lalu mengenal gambir dengan kegunaan untuk menyirih Wikipedia, 2011.
3.3.3. Kapur Sirih
Kapur sirih yaitu satu bentuk pasta yang dibuat dari menggiling atau menghancurkan cangkang kerang dan membuatnya menjadi pasta.
Universitas Sumatera Utara
3.3.4. Pinang
Buah dari golongan palem ini biasanya dipotong kecil dan digulung bersama dengan daun sirih, gambir, kemudian dikunyah bersama sehingga menimbulkan
warna merah.
3.4. Menyirih Dalam Adat Karo
Makan sirih adalah bagian yang melengkapi struktur kebudayaan dan biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat di
daerah tertentu. Beberapa pengkonsumsi sirih melakukan setiap hari sementara orang lain mungkin makan sirih sesekali.
Makan sirih merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia. Kebiasaan makan sirih ini merupakan tradisi yang dilakukan turun-
temurun pada sebagian besar penduduk dipedesaan yang mulanya berkaitan erat dengan adat kebiasaan masyarakat setempat. Adat kebiasaan ini biasanya
dilakukan pada saat acara yang sifatnya ritual. Begitu juga dengan suku Karo yang memiliki adat kebiasaan tersebut pada tradisi mereka. menurut suku Karo,
perilaku menyirih yang berhubungan dengan adat-istiadat masih tetap dilakukan sampai sekarang, khususnya dalam acara pertunangan dan pernikahan. sirih
merupakan lambang komunikasi dan kehormatan pada masyarakat Karo, kebiasaan ini dijumpai tersebar luas dikalangan penduduk wanita suku Karo.
Universitas Sumatera Utara
Wanita Karo menyirih Sumber : Penulis
Menyirih merupakan proses meramu campuran dari unsur-unsur yang telah terpilih yang dibungkus dalam daun sirih kemudian dikunyah dalam waktu
beberapa menit. Menyirih dilakukan dengan cara yang berbeda dari satu negara dengan negara lainnya dan satu daerah dengan daerah lainnya dalam satu negara.
Secara umum dilihat dari tinjauan geografis, budaya, dan rumpun bangsa, suku Karo adalah salah satu etnis bangsa Indonesia yang berdiam di sebagian
besar dataran tinggi Karo serta menganut sistem kekerabatan yang disebut dengan Merga dimana terdapat 5 cabang yaitu Perangin- angin, Karo-karo, Ginting,
Sembiring dan Tarigan. Pada mulanya menyirih digunakan sebagai suguhan kehormatan untuk
orang- orang atau tamu-tamu yang dihormati pada upacara pertemuan atau pesta perkawinan. Dalam perkembangannya budaya menyirih menjadi kebiasaan
memamah selingan di saat-saat santai sirih menjadi budaya secara turun temurun, dan menjadi suatu menu yang wajib dalam setiap kegiatan-kegiatan adat, atau
pesta perkawinan masyarakat Karo.
Universitas Sumatera Utara
Perilaku menyirih sangat sulit untuk dihilangkan, karena dahulu perilaku ini berhubungan dengan adat-istiadat yaitu pada acara pertunangan dan pernikahan.
Perilaku menyirih juga sangat erat hubungannya dengan kepercayaan suku Karo. Perilaku menyirih pada masyarakat Karo sudah ada sejak zaman dahulu.
Sirih digunakan bila seseorang jatuh sakit atau lemah badannya, meninggal dunia untuk meramal, untuk penghormatan, pada acara merdang, pada upacara
berkeramas, untuk mengusir roh, pada upacara ngkuruk emas mengambil emas, dan upacara muat kertah mengambil belerang. Walaupun kebiasaan penggunaan
sirih yang berhubungan dengan kepercayaan sebagian besar telah hilang, namun kebiasaan menyirih yang berhubungan dengan adat-istiadat tetap ada sampai
sekarang. Kebiasaan mengunyah sirih yang berhubungan dengan adat- istiadat
digunakan sebagai persembahan untuk orang-orang atau tamu yang dihomati, misalnya pada acara pertemuan atau acara perkawinan. Perilaku menyirih pada
wanita karo karena pada dasarnya nilai budaya Karo itu sendiri adalah menyirih. Namun dari tradisi ini hal itu sampai sekarang telah bergeser karena pada wanita
Karo khususnya dalam mengkonsumsi sirih tidak lagi pada acara- acara adat istiadat saja tapi sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Selain itu, sirih telah
berabad-abad dikenal oleh nenek moyang kita sebagai tanaman obat berkhasiat dan sering digunakan dalam pengobatan tradisional.
Sirih juga digunakan untuk pengobatan disertai dengan jampi dan mantra oleh dukun. Hal ini yang membuat sulit untuk meninggalkan kebiasaan menyirih
yang telah melekat di masyarakat, karena segala sesuatu yang bersifat sosial dan berakar budaya sulit untuk dihilangkan.
Universitas Sumatera Utara
3.5. Upacara Menggunakan Sirih