Rumusan Masalah Lokasi Penelitian. Tujuan Dan Manfaat penelitian Tinjauan Pustaka

itu menimbulkan pertanyaan, seperti hal apakah yang membuat mereka memakan sirih? Hal inilah yang mendorong penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang orang-orang yang makan sirih.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana man belo pada masyarakat Karo. Rumusan masalah akan diuraikan dalam beberapa pertanyaan dibawah ini antara lain: 1. Sebenarnya apa yang membuat gadis-gadis Karo makan sirih? 2. Apakah manfaat atau fungsi memakan sirihmenyirih? 3. Bagaimana cara masyarakat Karo menunjukkan identitasnya?

1.3. Lokasi Penelitian.

Penelitian ini dilakukan di seputaran Padang Bulan, Medan dengan spesifik lokasi berada di Kelurahan Titi Rantai. Masyarakat Karo diberbagai daerah banyak yang memakan sirih, tetapi daerah ini merupakan salah satu daerah yang banyak tinggal masyarakat Karo yang memakan sirih terlebih-lebih generasi muda khususnya wanita.

1.4. Tujuan Dan Manfaat penelitian

Tujuan dari penelitian ini pada hakekatnya adalah untuk mengkaji mengenai perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, yakni bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kehidupan generasi muda Karo yang Universitas Sumatera Utara memakan sirih dalam proses menunjukkan atau mempertahankan identitas kelompoknya. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya atau menambah khasanah Antropologi mengenai masyarakat Karo.

1.5. Tinjauan Pustaka

Masyarakat adalah pendukung suatu kebudayaan, baik itu masyarakat kota maupun masyarakat pedesaan. Dalam kenyataan hidup bermasyarakat kebudayaan mempunyai arti yang penting dalam mempengaruhi perilaku dan cara berpikir para anggotanya. Seorang ahli Antropologi, yaitu Ralph Linton mengemukakan bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu Parsudi Suparlan 1983:2. Di Indonesia terdapat sejumlah masyarakat etnis yang telah lama menumbuhkan, memelihara, dan mengembangkan tradisi mereka masing-masing. Dengan bahasa dan perangkat-perangkat sistem budaya lainnya, masing-masing suku bangsa berupaya menjaga identitas etnis mereka, sehingga eksistensi mereka sebagai suatu masyarakat etnis tetap berlangsung Mursal Esten, 1993:15 Kelompok etnik atau suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. 10 10 Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri-ciri biologis. http:id.wikipedia.orgwikiKelompok_etnik. Universitas Sumatera Utara Salah satu yang mendorong terbentuknya identitas etnik adalah kesamaan- kesamaan sesama anggota etnik yang terbentuk melalui kesamaan proses belajar, kesamaan pengalaman, dan kesamaan latar belakang, yang membuat mereka memiliki kesamaan adat dan perilaku. 11 Salah satu suku minoritas yang berjuang untuk mendapatkan pengakuan pada sekitar tahun 80-an adalah suku yang mendiami bagian selatan pulau Kalimantan. Secara tradisional, sebagian besar etnik group yang mendiami wilayah pulau yang luas ini disebut orang luar sebagai suku Dayak. Sebagian besar anggota masyarakat di wilayah Kalimantan tengah menganut kepercayaan Kaharingan. Mereka merasa bahwa mereka adalah kelompok yang berbeda dengan kelompok lain karena dalam satu kelompok memiliki kesamaan-kesamaan yang besar, baik dalam hal bahasa, kebiasaan, adat istiadat, dan sebagainya. 12 Menurut Laker dalam Taylor dan Moghaddam, 1994 dalam keadaan dimana individu ataupun kelompok merasa identitasnya sebagai anggota suatu kelompok kurang berharga maka akan muncul fenomena misidentification, yaitu upaya mengidentifikasi pada identitas atau kelompok lain yang dipandang lebih baik . Melalui kepercayaan inilah, masyarakat Dayak yang tersebar di beberapa wilayah terpencil bergabung dalam suatu komunitas dan pada saat melaksanakan ritual keagamaan, orang-orang ini membentuk suatu kelompok. 13 11 http:www.ujungpandangekspres.comview.php?id=21228jenis=Etnik. Fenomena ini misalnya ditemukan pada anak-anak kulit hitam di Amerika yang justru menganggap rendah kelompoknya sendiri dan lebih senang mengidentifikasi pada kelompok kulit putih. 12 http:www.lestariweb.comIndonesiaKalimantan_People_Dayak.htm 13 http:id.wikipedia.orgwikiKelompok_etnik. Universitas Sumatera Utara Menurut Phinney dan Alipora 1990 identitas etnik adalah sebuah konstruksi yang kompleks yang mengandung sebuah komitmen dan rasa kepemilikan pada kelompok etnik, evaluasi positif pada kelompok, berminat didalam dan berpengetahuan tentang kelompok, dan turut serta terlibat dalam aktivitas sosial kelompok. Identitas itu berkaitan dengan masa lalu dan aspirasi masa depan yang berhubungan dengan etnisitas. 14 Identitas etnik seseorang tidak berhenti ketika orang ditasbihkan sebagai anggota etnik tertentu melalui bukti darah. Akan tetapi identitas itu terbentuk melalui sosialisasi dalam keluarga dan masyarakat lingkungannya. Seorang yang terlahir sebagai etnis Karo misalnya, tidak akan merasa memiliki identitas etnis Karo apabila tidak ada sosialisasi identitas terhadapnya. Konsep kelompok ras didasarkan pada persamaan cirri fisik, maka konsep kelompok etnik didasarkan pada persamaan kebudayaan. Francis 1947 mengklasifikasikan kelompok etnik sebagai suatu bentuk Gemeinschaft yaitu kehidupan bersama yang intim dan pribadi, suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir yang ditandai dengan persamaan warisan kebudayaan dan ikatan batin diantara anggotanya Kamanto Sunarto, 2000:149. Jadi, identitas etnik akan membuat seseorang memiliki harapan akan masa depan yang berkait dengan etnisnya. Saat terjadinya konflik antar etnis di Kalimantan yang melibatkan etnis Dayak dan etnik Madura berakibat memperkuat identitas etnis lain di daerah tersebut. 15 14 http:www.ujungpandangekspres.comview.php?id=21228jenis=Etnik Banyak bangunan-bangunan, baik toko, rumah, dan semacamnya diberi 15 http:www.ujungpandangekspres.comview.php?id=21228jenis=Etnik Universitas Sumatera Utara label milik orang Bugis, milik orang Jawa, milik orang Minang dan sebagainya untuk menghindari sasaran penghancuran. Man belo dalam penelitian ini maksudnya adalah bahwa masyarakat Karo ingin menunjukkan identitasnya ataupun mempertahankan identitasnya diantara suku-suku yang lain. 16 Man belo selain sebagai suatu proses identitas sosial bagi generasi muda etnik Karo, juga sebagai suatu proses revitalisasi atau penguatan kembali nilai- nilai tradisi dalam kancah kehidupan yang kompleks, hal ini dikatakan Guyette sebagai : Menurut kamus bahasa Indonesia, sirih adalah tumbuhan merambat di pohon lain, daunnya berasa agak pedas, dan biasa dikunyah bersama dengan pinang, kapur, dan gambir sebagai makanan yang dapat mengakibatkan ketagihan kecanduan dan sebagai penguat gigi. “Cultural revitalization means making traditions a more vital part of community life. In this context cultural revitalization involves increasing the level of practice of tradition or recovering a tradition when its practice has declined in recent years. Generally, members of a tribe or community must still retain adequate knowledge for cultural revitalization to occur . . . 1996.” Secara bebas, pendapat Guyete tersebut menitikberatkan pada proses revitalisasi kebudayaan sebagai bagian penting dalam kehidupan komunitas. Revitalisasi juga dapat meningkatkan pemahaman terhadap nilai-nilai tradisi dalam kehidupan. Wijayakusuma 1992 mengatakan bahwa sirih sudah dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sejak lama. Tanaman ini banyak ditanam orang di pekarangan, batangnya berwarna hijau kecokelatan, permukaan kulit 16 http:www.sms-anda.comindonesiakamusindonesia-gratis- lengkap.php?hasil=sukses_id_17hasil. Universitas Sumatera Utara kasar dan berkerut-kerut, mempunyai nodule atau ruas yang besar sebagai tempat keluarnya akar. 17 Daun sirih disamping untuk keperluan ramuan obat-obatan juga masih sering digunakan oleh ibu-ibu generasi tua untuk kelengkapan ‘nginang’ Jawa. Biasanya kelengkapan untuk ‘nginang’ tersebut adalah daun sirih, kapur sirih, pinang, gambir, dan kapulaga. Begitu juga dengan masyarakat Karo, bahwa sirih tidak hanya digunakan sebagai keperluan ramuan obat saja, tetapi digunakan juga untuk ‘nginang’ yang disebut orang karo dengan man belo ataupun nontil. Biasanya kelengkapan nontil ini adalah sirih, kapur sirih, gambir, pinang dan tembakau. Sirih tumbuh memanjat dan bersandar pada batang lain dan tingginya mencapai puluhan meter, daunnya tebal, tumbuh berseling, bertangkai, dan berbentuk jantung dengan ujung daun meruncing, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek atau hijau agak kecoklatan dan akan mengeluarkan bau aromatik bila diremas. Makan sirih adalah bagian yang melengkapi struktur kebudayaan dan biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat di daerah tertentu yang dilakukan oleh berbagai suku di Indonesia seperti Karo, Batak, Simalungun, Aceh, Nias, Jawa, dan yang lain-lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hanindita Ratna Asti pada suku Bayan di Lombok Utara, daun sirih diibaratkan kulit manusia, membungkus tulang yang putih yaitu kapur, dan daging yang diwakili oleh buah pinang, kemudian menjadi air yang merah yang berarti darah. 18 17 Daun sirih memiliki sifat alami sebagai antiseptik atau membunuh kuman. Mungkin pada zaman dahulu, http:radensomad.commanfaat-daun-sirih-herbal.html 18 http:wa-iki.blogspot.com201010nyirih-tradisi-leluhur-kaya-makna-dan.html Universitas Sumatera Utara nyirih memang digunakan untuk membersihkan mulut sebelum mengenal sikat dan pasta gigi. Nyirih atau memakan sirih juga berguna untuk mempererat hubungan antar pihak yang menyirih, demikian juga halnya dengan masyarakat Karo yang memakan sirih untuk mempererat hubungan satu sama lain serta sebagai tanda penghormatan atau tanda kesopanan bila memakan sirih bersama-sama.

1.6. Metode Penelitian