Man Belo Sebagai Usaha Kesehatan

Status identitas etnik atau derajat identifikasi etnik yang dimiliki seseorang tergantung pada banyak hal. Dua yang terpenting adalah derajat dari homogenitas dan heterogenitas kehidupan lingkungan tempat tinggal. Semakin homogen masyarakat yang ada di lingkungan tempat tinggal maka identifikasi terhadap kelompok etniknya juga semakin rendah dan semakin heterogen masyarakat di lingkungan tempat tinggal maka identifikasi terhadap kelompok etnik semakin tinggi. Dalam masyarakat yang homogen, dalam hal ini satu etnik, tidak ada kebutuhan untuk menunjukkan identitas kelompok etniknya pada orang lain halmana membuat kurang kuatnya identifikasi terhadap kelompok etnik. Selama ini kita mengira bahwa melalui pendidikan yang diselenggarakan oleh negara yang muatan pendidikannya lebih bersifat kebangsaan maka keeratan peserta didik terhadap etniknya akan berkurang. Akan tetapi ternyata yang terjadi tidak demikian. Pendidikan memang meningkatkan kesadaran pentingnya bangsa tetapi tidak mengurangi anggapan bahwa etnik seseorang itu penting. Sangat mungkin hal itu didorong oleh adanya pengajaran untuk menghargai dan bersikap positif terhadap kelompok sendiri dan kelompok lain. Sikap positif terhadap ingroup kelompok etnik sendiri berkorelasi positif dengan sikap positif pada outgroup kelompok etnik lain.

4.4. Man Belo Sebagai Usaha Kesehatan

Menyirih atau man belo selain sebagai suatu kegiatan yang memiliki nilai budaya juga memiliki nilai dalam usaha kesehatan. Penggunaan sirih pada masyarakat Karo sebagai salah satu obat alternatif masih dipergunakan sampai sekarang ini. Universitas Sumatera Utara Penjelasan mengenai man belo sebagai prosesusaha kesehatan tidak lepas dari konteks pembahasan secara antropologis, dimana antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya yang memberikan perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi keduanya sepanjang kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Untuk itu masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat sering berhubungan dengan sosial budaya. Masalah kesehatan dapat kita lihat dari dua faktor yaitu faktor bukan perilaku biologis dan faktor perilaku dan sosial budaya. Perilaku menyirih sangat sulit untuk dihilangkan, karena dahulu perilaku ini berhubungan dengan adat-istiadat yaitu pada acara pertunangan dan pernikahan. Perilaku menyirih juga sangat erat hubungannya dengan kepercayaan suku Karo. Perilaku menyirih pada masyarakat Karo sudah ada sejak zaman dahulu. Walaupun kebiasaan penggunaan sirih yang berhubungan dengan kepercayaan sebagian besar telah hilang, namun kebiasaan menyirih yang berhubungan dengan adat-istiadat tetap ada sampai sekarang. Kebiasaan mengunyah sirih yang berhubungan dengan adat- istiadat digunakan sebagai persembahan untuk orang-orang atau tamu yang dihomati, misalnya pada acara pertemuan atau acara perkawinan. Namun dari tradisi ini hal itu sampai sekarang telah bergeser karena pada wanita Karo khususnya dalam mengkonsumsi sirih tidak lagi pada acara- acara adat istiadat saja tapi sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Selain itu, sirih telah Universitas Sumatera Utara berabad-abad dikenal oleh nenek moyang kita sebagai tanaman obat berkhasiat dan sering digunakan dalam pengobatan tradisional. Sirih juga digunakan untuk pengobatan disertai dengan jampi dan mantra oleh dukun. Suku Karo percaya bahwa sirih dapat digunakan untuk pengobatan, baik untuk gusi dan gigi maupun nafas yang tidak sedap dan campuran lain dalam menyirih yang juga menambah nilai kesehatan. Akibat yang ditimbulkan dari menyirih adalah nafas tidak bau, hal ini disebabkan pencampuran sirih, gambir, kapur yang menjadi bahan dasar menyirih dan pola mengkonsumsinya yang dikulum menimbulkan aroma yang khas. Selain dapat menghilangkan nafas yang tidak sedap, menyirih juga dapat menguatkan gigi dan gusi. Berdasarkan penuturan orang-orang tua Karo yang mengkonsumsi sirih bahwa gigi akan menjadi kuat dan gusi yang sehat, selain itu penelitian atas kegiatan menyirih dan kesehatan 22 juga mendukung hal tersebut. 22 Lihat hasil penelitian Bernadetta Sembiring, Perilaku Penggunaan Sirih Pada Suku Karo; Studi Kasus di Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo, Skripsi S-1, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2007. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN