Wanita Kerangka Teori 1. Peranan

15 3. Participating Yaitu gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri tinggi hubungan dan rendah tugas; pemimpin maupun bawahan saling memberikan gagasan dan membuat keputusan bersama. 4. Delegating Yaitu gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri : rendah hubungan dan rendah tugas; pemimpin melimpahnya pembuatan keputusan dan pelaksanaan kepada bawahan.

I.5.3. Wanita

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia 1988 : 1007, wanita berarti “perempuan dewasa” dan berdasarkan “Old Javanese English Dictionary” kata wanita berarti “yang diinginkan” Zoetmulder, 1982. Dengan maksud bahwa wanita adalah sesuatu yang diinginkan pria. Wanita baru bisa diperhitungkan jika dan bila ia bisa dimanfaatkan oleh pria. Dengan demikian, kata ini berarti wanita hanya menjadi objek bagi pria. Berdasarkan etimologi rakyat Jawa folk etimology, jarwodoso atau keratabasa, kata wanita dipersepsikan secara kultural sebagai “wani ditoto”; terjemahan leksikalnya ‘berani diatur’; terjemahan kontekstualnya ‘bersedia diatur’; secara sederhana berarti ‘tunduklah pada suami’ atau ‘jangan melawan pria’. Dalam hal ini wanita dianggap mulia bila tunduk dan patuh pada pria. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wanita berarti “manusia yang bersikap halus, mengabdi dan setia pada tugas-tugas suami”. Suka dan tidak, inilah tugas dan lelakon yang harus dijalankan wanita. Sadarwati D. Universitas Sumatera Utara 16 Jupriono dalam artikelnya Betina, Wanita, Perempuan : Telaah Semantik Leksikal, Semantik Historis, Pragmatik. Situasi tersebut muncul dengan adanya struktur budaya yang dibuat oleh manusia. Data ini dapat ditelusuri melalui : 1. Struktur budaya patriarkhi yang muncul karena perubahan sosial ke arah masyarakat industri. 2. Struktur ekonomi yang menghasilkan suatu sistem yang merugikan wanita urusan pangan dibebankan kepada wanita, wanita masuk kategori tenaga kerja kurang produktif, kesempatan memimpin bagi wanita banyak hambatannya. 3. Struktur sosial yang memunculkan hubungan hierarkis dalam keluarga sehingga wanita menjadi manusia nomor dua. 4. Struktur politik yang memunculkan sistem “kelembutan wanita” sifat feminim tidak pernah mendapat kesempatan untuk turut mengambil keputusan dalam bidang politik contoh : Corry Aquino dikategorikan pemimpin yang tidak tegas, Megawati dinilai kapasitasnya meragukan, dst. 5. Struktur sosial religius, memunculkan pandangan “Perempuan yang kehidupan religiusnya bermutu” adalah mereka yang menafsirkan Kitab Suci sebagai Sabda Tuhan, tanpa mempersoalkan budaya patriarkhat yang melatarbelakangi penulisan kitab tersebut. Universitas Sumatera Utara 17

I.5.4. Jabatan Publik