7 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah pegawai yang berada dalam
jabatan struktural pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan saat ini masih didominasi oleh laki-laki, dimana jumlah laki-laki adalah 9 orang dari seluruh
ESELON III dan ESELON IV, sementara jumlah wanita hanya 1 orang yang terkonsentrasi pada jabatan ESELON IV.
Berdasarkan gambaran yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “Peranan Kepemimpinan Wanita
dalam Jabatan Publik Studi Pada Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan” yang akan mengkaji kiprah kepemimpinan wanita khususnya pada
Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana peranan kepemimpinan wanita dalam menduduki jabatan sebagai
Kasi Pelayanan Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan ? 2.
Bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Pemimpin Wanita dalam menduduki jabatan sebagai Kasi Pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Medan ?
Universitas Sumatera Utara
8
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana peranan kepemimpinan wanita dalam menduduki jabatan sebagai Kasi Pelayanan Pada Kantor
Pelayanan Pajak Madya Medan. 2.
Untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Pemimpin Wanita dalam menduduki jabatan sebagai Kasi
Pelayanan Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan.
I.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain adalah :
1. Bagi penulis khususnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan menulis karya ilmiah terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi masyarakat yang ada hubungannya dengan teori
akademis. 2.
Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu sosial secara umum dan ilmu administrasi negara secara khusus mengenai peranan
kepemimpinan wanita dalam jabatan publik. 3.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mendalami dan melakukan penelitian serupa ditempat lain.
Universitas Sumatera Utara
9
I.5. Kerangka Teori I.5.1. Peranan
Dalam pengertian umum, peranan dapat diartikan sebagai perbuatan seseorang atas sesuatu pekerjaan. Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian Poerwadarminta, 1987 : 768.
Menurut Soejono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Administrasi Pendidikan menyatakan bahwa setiap orang mempunyai bermacam-macam
peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta
kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur prilaku seseorang. Peranan
menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan- perbuatan orang lain. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku, dimana
peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.
Adapun peranan seseorang seperti yang dikatakan oleh Levinson 1964; 204 meliputi 3 hal :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat. Peranan disini diartikan sebagai rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
Universitas Sumatera Utara
10 3.
Peranan juga dapat dikatakan sebagai prilaku individu yang penting sebagai struktur sosial masyarakat.
I.5.2. Kepemimpinan I.5.2.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan inti daripada suatu organisasi karena kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat
manusia dan alat lainnya dalam suatu organisasi. Demikian pentingnya peranan kepemimpinan dalam usaha mencapai tujuan suatu organisasi sehingga dapat
dikatakan bahwa sukses atau kegagalan yang dialami oleh organisasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang
diserahi tugas memimpin dalam organisasi itu. Defenisi tentang kepemimpinan sangat bervariasi sebanyak orang yang
mencoba mendefenisikan konsep kepemimpinan. Menurut Rivai 2003 : 2 sebagai berikut :
a Kepemimpinan secara luas adalah meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
b Kepemimpinan yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan
mempengaruhi orang kepemimpinan hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara
sukarelasukacita. c
Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas- aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.
Universitas Sumatera Utara
11 Menurut Miftah Thoha 2003 : 9 mengatakan bahwa kepemimpinan
adalah kegiatan untuk mempengaruhi prilaku orang lain atau seni mempengaruhi prilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Sedangkan menurut Kartini
Kartono 2005:56, pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan-kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan disuatu bidang
sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu demi pencapaian suatu tujuan atau beberapa tujuan.
Jadi, pemimpin adalah orang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi bakat yang dibawa sejak lahir dan merupakan kebutuhan
dari suatu situasi atau zaman, sehingga orang itu mempunyai kekuatan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan. Pemimpin juga
mendapat pengakuan serta dukungan dari bawahan dan mau menggerakkan ke arah tujuan tertentu.
Disamping itu, pengertian-pengertian kepemimpinan di atas menunjukkan adanya sejumlah variabel yang penting, yaitu :
1. Pemimpin sebagai orang yang menjalankan fungsi kepemimpinan
2. Pengikut sebagai sekelompok orang yang berkedudukan mengikuti pemimpin
3. Situasi sebagai kondisi atau keadaan yang melingkupi kepemimpinan tersebut.
Ketiga variabel tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan oleh pemimpin tersebut, atau dapat dikembangkan keputusan yang tepat sesuai dengan
karakteristik ketiga variabel tersebut.
Universitas Sumatera Utara
12 Karena itu, kepemimpinan ada jika memenuhi sejumlah persyaratan
sebagai berikut : 1.
Mempunyai kekuasaan, yaitu kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pimpinan guna mempengaruhi orang lain
untuk berbuat sesuatu. 2.
Memiliki kewibawaan, yaitu kelebihan, keunggulan dan keutamaan sehingga mampu mempengaruhi atau mengatur orang lain agar orang lain itu patuh dan
bersedia melakukan tindakan tertentu. 3.
Mempunyai kemampuan, yaitu segala daya kesanggupan, kekuatan dan kecakapanketerampilanpengetahuan yang dianggap melebihi orang lain.
Adapun kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut James A. Lee dalam bukunya Management Theories and Prescriptions, dalam
Salam 2002 : 91, adalah : 1.
Kapasitas dalam bidang kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, keahlian dan kemampuan menilai.
2. Prestasi yang meliputi bidang gelar kesarjanaan dan ilmu pengetahuan.
3. Tanggung jawab, yaitu sifat dan karakteristik pribadi yang mandiri,
berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif dan punya hasrat unggul. 4.
Partisipasi dalam arti aktif, punya sosiabilitas yang tinggi, mampu bergaul, kooperatif, mudah menyesuaikan diri dan punya rasa humor.
1.5.2.2. Sifat Kepemimpinan
Menurut Keith Davis dalam Sukanto Reksohardiprojo dan T. Hani Handoko 1997 : 285 – 287 mengikhtisarkan ada 4 ciri sifat utama yang
mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan dalam organisasi yaitu:
Universitas Sumatera Utara
13 1.
Kecerdasan Dalam penelitian-penelitian pada umumnya, seorang pemimpin mempunyai
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada pengikutnya. 2.
Kedewasaan sosial dan hubungan sosial yang luas Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil, matang dan mempunyai
kegiatan dan perhatian yang luas. 3.
Motivasi diri dan dorongan berprestasi Pemimpin secara relatif mempunyai motivasi dan dorongan berprestasi yang
tinggi. Mereka bekerja lebih untuk nilai intrinsik daripada ekstrinsik. 4.
Sikap- sikap hubungan manusiawi Seorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat
pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi, dan berorientasi pada anggota organisasinya.
1.5.2.3. Tipe Kepemimpinan
Menurut House dan Mitchel dalam Thoha 1983 : 290 – 293 membagi 4 tipe kepemimpinan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan direktif directive leadership
Yaitu bawahan tahu secara jelas apa yang diharapkan dari mereka dan perintah-perintah khusus apa yang diberikan oleh pemimpin. Disini tidak
dikenal partisipasi bawahan atau bersifat autokratis. 2.
Kepemimpinan suportif Supportive Leadership Yaitu pemimpin selalu bersedia menjelaskan, bertindak sebagai rekanan dan
mudah didekati.
Universitas Sumatera Utara
14 3.
Kepemimpinan partisipatif Participative Leadership Yaitu pemimpin meminta dan menggunakan saran-saran bawahan, tetapi tetap
berperan dalam pengambilan dan pembuatan keputusan. 4.
Kepemimpinan berorientasi prestasi Achievement Oriented Leadership Yaitu pemimpin mengajukan tantangan-tantangan dengan tujuan yang
menarik bagi bawahan, dan merangsang bawahan untuk mencapai tujuan tersebut serta melaksanakannya dengan baik.
1.5.2.4. Gaya Kepemimpinan
Menurut Hersey dan Blanchard dalam Sutarto 1998 b : 737 – 738 mengkombinasikan prilaku tugas dengan prilaku hubungan, sehingga
membedakan 4 gaya kepemimpinan sebagai berikut : 1.
Telling Yaitu gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri : tinggi tugas dan rendah hubungan;
pemimpin memberikan perintah khusus; pengawasan dilakukan secara ketat ; pemimpin menerangkan kepada bawahan apa yang harus dikerjakan,
bagaimana cara mengerjakannya, kapan harus dilaksanakan dan dimana harus dilakukannya.
2. Selling
Yaitu gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri : tinggi tugas dan tinggi hubungan; pemimpin menerangkan keputusan, memberikan pengarahan, dan komunikasi
dilakukan secara 2 arah.
Universitas Sumatera Utara
15 3.
Participating Yaitu gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri tinggi hubungan dan rendah tugas;
pemimpin maupun bawahan saling memberikan gagasan dan membuat keputusan bersama.
4. Delegating
Yaitu gaya kepemimpinan dengan ciri-ciri : rendah hubungan dan rendah tugas; pemimpin melimpahnya pembuatan keputusan dan pelaksanaan kepada
bawahan.
I.5.3. Wanita
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia 1988 : 1007, wanita berarti “perempuan dewasa” dan berdasarkan “Old Javanese English Dictionary” kata
wanita berarti “yang diinginkan” Zoetmulder, 1982. Dengan maksud bahwa wanita adalah sesuatu yang diinginkan pria. Wanita baru bisa diperhitungkan jika
dan bila ia bisa dimanfaatkan oleh pria. Dengan demikian, kata ini berarti wanita hanya menjadi objek bagi pria. Berdasarkan etimologi rakyat Jawa folk
etimology, jarwodoso atau keratabasa, kata wanita dipersepsikan secara kultural sebagai “wani ditoto”; terjemahan leksikalnya ‘berani diatur’; terjemahan
kontekstualnya ‘bersedia diatur’; secara sederhana berarti ‘tunduklah pada suami’ atau ‘jangan melawan pria’. Dalam hal ini wanita dianggap mulia bila tunduk dan
patuh pada pria. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wanita berarti “manusia yang bersikap halus, mengabdi dan setia pada tugas-tugas suami”. Suka
dan tidak, inilah tugas dan lelakon yang harus dijalankan wanita. Sadarwati D.
Universitas Sumatera Utara
16 Jupriono dalam artikelnya Betina, Wanita, Perempuan : Telaah Semantik
Leksikal, Semantik Historis, Pragmatik. Situasi tersebut muncul dengan adanya struktur budaya yang dibuat oleh
manusia. Data ini dapat ditelusuri melalui : 1.
Struktur budaya patriarkhi yang muncul karena perubahan sosial ke arah masyarakat industri.
2. Struktur ekonomi yang menghasilkan suatu sistem yang merugikan wanita
urusan pangan dibebankan kepada wanita, wanita masuk kategori tenaga kerja kurang produktif, kesempatan memimpin bagi wanita banyak
hambatannya. 3.
Struktur sosial yang memunculkan hubungan hierarkis dalam keluarga sehingga wanita menjadi manusia nomor dua.
4. Struktur politik yang memunculkan sistem “kelembutan wanita” sifat
feminim tidak pernah mendapat kesempatan untuk turut mengambil keputusan dalam bidang politik contoh : Corry Aquino dikategorikan
pemimpin yang tidak tegas, Megawati dinilai kapasitasnya meragukan, dst. 5.
Struktur sosial religius, memunculkan pandangan “Perempuan yang kehidupan religiusnya bermutu” adalah mereka yang menafsirkan Kitab Suci
sebagai Sabda Tuhan, tanpa mempersoalkan budaya patriarkhat yang melatarbelakangi penulisan kitab tersebut.
Universitas Sumatera Utara
17
I.5.4. Jabatan Publik
Kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka suatu satuan organisasi disebut
dengan jabatan. PP Republik Indonesia No. 15 Tahun 1994. Jabatan dalam rangka satuan organisasi berfungsi menciptakan, menafsirkan dan memperkuat
tata tertib yang mengikat anggota-anggota dalam sistem politik disebut dengan jabatan. Kumpulan jabatan dalam suatu sistem politik membentuk pemerintahan
dari sistem itu, pemerintah berperan menetapkan aturan-aturan berperilaku bagi anggota masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan masyarakat atau
negara. Peranan itu meliputi bidang pembuatan undang-undang bekerjasama dengan lembaga Legislatif, menjalankan Undang-Undang dan peraturan lainnya
sebagai wewenang dalam bidang eksekutif, serta bekerjasama dengan badan yudikatif mempertahankan undang-undang dan keputusan lainnya. Kesemuanya
itu mengandung tujuan untuk menciptakan dan mengalokasikan nilai-nilai yang bersifat materiil maupun non materiil.
Jabatan publik adalah jabatan yang diduduki seseorang sebagai pejabat pemerintah. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada jabatan struktural yang
secara khusus penempatan wanita kedalam eselonering pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan. Sedangkan Jabatan Struktural menurut Keputusan Kepala
Badan Kepegawaian Negara No. 12 tahun 2002 adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri
Sipil dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian danatau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
18 Jadi jabatan publik dalam penelitian ini merupakan “kedudukan individu
yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan haknya sebagai Pegawai Negeri Sipil dalam rangka menjalankan tugas pokok, fungsi dan keahlian
serta keterampilan yang dimiliki untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi”.
I.5.5. Peranan Kepemimpinan Wanita dalam Jabatan Publik
Peranan kepemimpinan wanita dalam jabatan publik dapat diartikan sebagai serangkaian prilaku yang dilakukan oleh wanita sesuai dengan
kedudukannya sebagai pemimpin dalam jabatan publik. Apabila wanita telah masuk dan terlibat dalam sektor publik khususnya
memegang peranan sebagai pemimpin dalam jabatan publik, ada beberapa hal fundamental yang mempengaruhi posisinya, antara lain :
1 Nilai-nilai Sosial
Nilai sosial dimaksudkan sebagai pengendali perilaku manusia. Nilai sosial ini merupakan ukuran-ukuran didalam menilai tindakan dalam
hubungannya dengan orang lain. Menurut Soedjito, dengan nilai-nilai sosial ini orang yang satu dapat memperhitungkan apa yang dilakukan oleh orang lain.
Sementara Soejono Soekanto mendefenisikan sebagai konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Dari definisi di atas terlihat bahwa nilai-nilai sosial ini menjadi patokan atau ukuran dari masyarakat yang bersangkutan, yang bertujuan untuk mengadakan
tata atau ketertiban.
Universitas Sumatera Utara
19 Nilai-nilai yang ada dalam suatu masyarakat bersifat dinamis. Ia akan
selalu mengalami perubahan, bersamaan dengan meningkatnya pengalaman, baik yang diperoleh dari luar masyarakatnya atau perkembangan pola pikir yang
selaras dengan tuntutan jaman. Hal ini akan berakhir pada berubahnya nilai-nilai sosial yang dianut. Namun begitu ada nilai-nilai tertentu yang relatif sulit
mengalami perubahan, misalnya agama. Terjadinya perubahan tersebut, baik disengaja atau tidak, akan
berpengaruh terhadap peran-peran yang harus dijalankan dalam institusi yang bersangkutan. Keluarga merupakan institusi terkecil dari masyarakat juga
mengalami hal demikian. Beberapa peran tersebut ada yang kita warisi, ada yang kita ciptakan dan ada pula yang muncul bersamaan dengan aktifitas kita. Brunetta
R. Wolfman, 1992. Oleh karena itu peran-peran tersebut ditentukan oleh keluarga dan lingkungan budaya kita. Pertentangan timbul jika ketentuan peran dan
perasaan kita sendiri tidak sama, sehingga mulai timbul konflik dalam menjalankan peran tersebut. Hal ini disebabkan tidak semua perubahan terjadi
dengan mudah, masih dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian yang seringkali menimbulkan konflik. Hal yang sama terjadi jika wanita memasuki sektor publik
secara lebih khusus bila ia menempati posisi sebagai pemimpin dalam jabatan publik, ia dinilai mendobrak kemampuan atas sistem nilai yang telah
mengakar kuat.
2 Status Sosial
Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya masing- masing. Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban
individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut sebagai
Universitas Sumatera Utara
20 kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Pada
semua sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status, seperti anak, isteri, suami dan sebagainya.
Cara-cara individu memperoleh status atau kedudukan adalah sebagai berikut:
1. Ascribed Status adalah kedudukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha
seperti : Jenis kelamin, gelar kebangsawanan, keturunan, dsb. 2.
Achieved Status adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja, misalnya yang diperoleh melalui pendidikan dokter.
3. Assigned Status merupakan kombinasi dari perolehan status secara otomatis
dan status melalui usaha. Status ini diperoleh melalui penghargaan atau pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan sesuatu untuk kepentingan atau
kebutuhan masyarakat. Kadangkala seseorangindividu dalam masyarakat memiliki dua atau lebih
status yang disandangnya secara bersamaan. Apabila status-status yang dimilikinya tersebut berlawanan akan terjadi benturan atau pertentangan. Hal
itulah yang menyebabkan timbul apa yang dinamakan Konflik Status. Jadi akibat yang ditimbulkan dari status sosial seseorang adalah timbulnya konflik status.
Konflik status dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu : a Konflik status bersifat ndividual, yaitu konflik status dirasakan seseorang dalam hatinya sendiri.
b Konflik status antar individu terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena status yang dimilikinya. c Konflik status antar kelompok
karena kedudukan atau status yang terjadi antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.
Universitas Sumatera Utara
21 Memilih sebagai wanita karier atau ibu rumah tangga merupakan
persoalan konflik status yang harus dihadapi seorang wanita apabila ia masuk kedalam sektor publik dan menempati posisi sebagai pemimpin dalam jabatan
publik.
3 Komunikasi
Komunikasi sangatlah penting bagi organisasi, sebagaimana diungkapkan oleh Chester Bernard Thoha, 2001 bahwa setiap organisasi yang tuntas,
komunikasi akan mendukung suatu tempat utama, karena susunan, keluasan, dan cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh teknik komunikasi. Thoha
juga mengatakan bahwa komunikasi sangat penting mengingat suatu program hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila program jelas bagi pelaksana, hal
ini menyangkut penyampaian informasi, kejelasan dan informasi yang disampaikan dan konsistensi dari informasi tersebut. Komunikasi juga bertujuan
untuk mengembangkan suatu iklim yang mengurangi tekanan dan konflik di dalam masyarakat, maka komunikasi tidak hanya harus datang dari atas,
melainkan timbal balik. Menurut Tubbs dan Moss 1996 : 164, komunikasi organisasi
didefinisikan sebagai komunikasi insani yang terjadi dalam konteks organisasi. Disebut demikian karena manusialah yang berkomunikasi dalam organisasi
tersebut atau antara manusia anggota organisasi yang satu dengan yang lainnya dan bukan organisasinya sendiri. Ciri-ciri utama dari komunikasi organisasi ini
adalah faktor-faktor struktural yang ada dalam organisasi yang mengharuskan para anggotanya bertindak sesuai dengan peranan yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
22 Dalam organisasi, komunikasi memiliki empat fungsi. Pertama,
menyediakan informasi yang sesuai dengan kebutuhan anggota organisasi untuk membuat keputusan. Kedua, sebagai alat untuk memotivasi anggota. Komunikasi
dibutuhkan untuk menjelaskan tujuan organisasi, memberikan umpan balik terhadap pencapaian tujuan dan penguatan terhadap perilaku anggota.
Ketiga, sebagai alat untuk mengendalikan perilaku. Keempat, sebagai media untuk mengungkapkan emosi antara lain rasa kecewa, rasa puas an lain-lain.
Nitisemito 1996 : 34 mengemukakan bahwa apabila kita mampu melaksanakan komunikasi dengan baik dan sarat dengan pesan-pesan yang
komunikatif, akan diperoleh keuntungan-keuntungan tertentu yaitu : 1.
Kelancaran tugas-tugas lebih terjamin 2.
Biaya-biaya dapat ditekan 3.
Dapat meningkatkan partisipasi 4.
Pengawasan dapat dilakukan dengan baik Dari penjelasan di atas komunikasi merupakan faktor yang sangat penting
dalam organisasi yang baik secara langsung maupun secara tidak langsung mempengaruhi posisi wanita sebagai pemimpin dalam jabatan publik. Jika
seseorang dapat mencapai kekuasaan atas kemampuannya sendiri, hal ini disebabkan karena ia mampu membangun basis kekuasaan keorganisasian karena
ditunjang oleh arus komunikasi yang efektif.
Universitas Sumatera Utara
23
4 Pendidikan
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Miriam Budihardjo 1998, bahwa : “Pendapatan income, pendidikan dan status merupakan faktor penting dalam
proses memperoleh jabatan atau dengan kata lain, orang yang berpendapatan tinggi, yang berpendidikan tinggi, dan berstatus sosial tinggi. Cenderung lebih
banyak daripada orang yang berpendapatan serta pendidikan yang rendah”.
Peningkatan peranan wanita dalam dunia kerja ternyata ditunjang dengan peningkatan tingkat pendidikan wanita. Mereka yang berpendidikan cukup tinggi
memiliki pengetahuan dan informasi lebih baik dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau tidak sekolah. Dengan model tersebut, mereka
yang berpendidikan tinggi lebih memahami makna kehidupan politik sehingga lebih cenderung terlibat dalam kegiatan publik. Pekerjaan yang lebih baik yang
dimiliki seseorang mencerminkan kemampuan orang tersebut, terutama dalam tingkat intelektual dan kemampuan pribadi lainnya.
Bagi wanita yang memilih bekerja setelah mengenyam pendidikan tinggi, kemungkinan besar akan mendapat dukungan dari sebagian masyarakat yang
beranggapan bahwa sekolah atau pendidikan adalah untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan dianggap sebagai pemberi status, seperti yang dikemukakan oleh
seorang wanita sebagai berikut : “Walau bermimpi menjadi ibu rumah tangga, saya ragu apakah orang
masih memandang saya kalau berhenti bekerja karena pekerjaan memberi saya status,”
Deborah, 24 tahun editor Kosmopolitan : 2000; 167
Sementara bagi wanita yang memilih mendidik anak, keluarga atau bekerja di sektor informal di luar kantor, kemungkinan besar akan mendapat
tantangan dari kelompok masyarakat yang menganggap sekolah adalah untuk mencari pekerjaan. Namun akan mendapat dukungan bagi mereka yang
Universitas Sumatera Utara
24 berpendapat bahwa ilmu adalah harta yang paling bernilai dan akan semakin
bernilai jika diamalkan dalam ruang lingkup yang tak terbatas pada ruang kantor semata.
Ada kalanya seorang wanita benar-benar ingin menjadi ibu rumah tangga seratus persen dengan tujuan dapat lebih berkonsentrasi mengikuti perkembangan
anak dengan bekal pendidikan yang dimiliki. Namun keinginan itu seringkali harus berhadapan dengan ‘keinginan’ masyarakat Indonesia secara umum, karena
diaku atau tidak, ada perubahan nilai yang terjadi di masyarakat yaitu dari wanita sebagai pengurus rumah tangga yang tidak memerlukan pendidikan tinggi menjadi
wanita yang harus sekolah untuk kelak juga bekerja di kantor dan terpanang. “Buat apa sekolah susah-susah kalau Cuma di rumah mengurus anak?” Kurang
lebih begitulah tanggapan yang akan didengar jika melihat seorang wanita berpendidikan tinggi yang memilih menjadi ibu rumah tangga. Perbedaan
pandangan yang terjadi baik pada masyarakat luas maupun wanita berpendidikan itu sendiri tidak lepas dari latar belakang budaya yang ada.
5 Pengalaman Kerja
Ada dua sudut pandang yang berbeda yang menyebabkan para wanita memilih untuk tetap bekerja meskipun sudah menikah. Pertama untuk
meningkatkan standar ekonomi keluarga dalam arti karena adanya kebutuhan ekonomi, dan yang kedua untuk meningkatkan kualitas hidup seperti keinginan
untuk memuaskan diri sendiri, ketertarikan dalam melakukan sesuatu, atau mengaktualisasikan kemampuan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
25 Uang bukanlah satu-satunya motif bagi wanita untuk bekerja, tapi lebih
pada pemenuhan kebutuhan intelektual atau kebutuhan untuk berprestasi. Ada pula wanita yang sebenarnya tidak terlalu berambisi terhadap profesi atau
pekerjaan tetapi tetap melanjutkan bekerja meskipun sudah menikah. Hal ini terjadi karena para wanita ini telah terbiasa bekerja dan tidak terbiasa untuk diam
di rumah sebagai ibu rumah tangga biasa. Pengalaman kerja menentukan kesuksesan seseorang dalam karir yang
dipengaruhi oleh bentuk dan jenis tugas serta jenis pekerjaan yang spesifik, sehingga mendorong orang mencapai penyelesaian yang sempurna dan lebih baik
dibandingkan orang lain, Penelitian dari Mc. Enery Ms. Enery Arnold Davey, 1992 menunjukkan bahwa keinginan untuk sukses dalam karir
mendorong seseorang mencari jalan untuk berkembang melalui pelatihan- pelatihan serta lebih suka memilih tugas-tugas yang penuh tantangan Hellman,
Rivero, Brett, dalam Arnold Davey, 1992. Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh
wanita yang menempati posisi sebagai pemimpin dalam jabatan publik. Kendala tersebut dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu : 1 kendala yang bersifat
internal, 2 kendala yang bersifat eksternal, dan 3 kendala yang merupakan interaksi antara kedua hal tersebut. Dan Bachor dan Durri Andriani dalam Jurnal
No.5 “Analisis Kendala yang Dihadapi Pejabat di Lingkungan perguruan Tinggi di Indonesia”.
Universitas Sumatera Utara
26
I.6. Definisi Konsep
Menurut Effendi, konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan,
kelompok atau individu tertentu Singarimbun, 1989 : 480. Beliau juga mengatakan bahwa guna menghindari kesalahan-kesalahan pengertian atau
penafsiran, maka perlu kiranya dikemukakan batasan-batasan dari konsep dalam penelitian lapangan tersebut.
Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep yang
dipergunakan, yaitu : -
Jabatan publik yaitu kedudukan individu yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan haknya sebagai Pegawai Negeri Sipil dalam rangka
menjalankan tugas pokok, fungsi dan keahlian serta keterampilan yang dimiliki untuk mencapai tujuan dari organisasi.
- Peranan kepemimpinan wanita dalam jabatan publik yaitu serangkaian prilaku
yang dilakukan oleh wanita sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin dalam jabatan publik.
I.7. Definisi Operasional