Peranan Kepemimpinan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)

(1)

PERANAN KEPEMIMPINAN WANITA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

(Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

RINA FEBRIANI 130921037

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Sarjana Pada Departemen

Ilmu Administrasi Negara

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh :

Nama : Rina Febriani

NIM : 130921037

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Peranan Kepemimpinan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)

Medan, April 2015 Ketua Departemen

Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

Hatta Ridho S.Sos M.Sp Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si NIP. 197105132006041001 NIP. 196401081991021001

Dekan FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan danrahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peranan Kepemimpinan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)”, untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Studi S1 Ekstensi Administrasi Negara.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orang tua, Ayahanda Zulfan Azmir dan Ibunda Tavip Hairani, yang dengan kasih sayang dan ridhonya memberikan doa serta restu bagi penulis selama menempuh masa pendidikan. Terima kasih kepada Allah SWT karena senantiasa memberkahi orang tua dan seluruh keluarga penulis.

Selama pengerjaan skripsi ini, penulis mendapat banyak sekali arahan, bimbingan, motivasi, saran serta kritik dari semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikannya. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara.

4. Bapak Hatta Ridho S.Sos M.Si selaku dosen pembimbing akademik selama masa perkuliahan sekaligus selaku dosen pembimbing skripsi yang begitu


(4)

tulus dan murah hati dalam membimbing dan memotivasi penulis selama pengerjaan skripsi ini .

5. Ibu Arlina SH, M.Hum selaku dosen penguji yang juga turut memberikan arahan dan bimbingan untuk skripsi ini.

6. Bapak Yan Santoso Purba SH. MM selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang telah memberi izin penelitian.

7. Bapak Irwan Harefa SE.M. Ak selaku Kepala Seksi Bagian Umum yang telah bersedia menjadi informan sebagai perwakilan Kepala Kantor.

8. Ibu Ika Rotua Sinurat.SE selaku Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara penelitian.

9. Ibu Rika dan Kak Mela selaku pegawai Seksi Bagian Umum yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis sampai penulis bisa wawancara dengan informan.

10.Seluruh Bapak dan Ibu dosen dan staf pengajar di Departemen Ilmu Administrasi Negara yang menambahkan kepada penulis pengajaran dan pengalaman hidup.

11.Seluruh staf pegawai administrasi di Departemen Ilmu Administrasi Negara, khususnya Kak Mega dan Kak Dian yang turut meringankan langkah penulis selama masa pendidikan.

12.Untuk Abangnda Mirzan Fanriza serta Adik Rika Hariyanti yang telah bantu

memberikan do’a selama proses pembuatan skripsi ini.

13.Muhammad Fauzi Nasution yang telah memberi penulis semangat dan do’a untuk menyelesaikan skripsi ini secepatnya.


(5)

14.Untuk sahabat terbaikku (Aufa Mazaya, Nimas Sumastya dan Afrissa Isty Fadillah) yang selalu menemani dikala penulis butuh bantuan.

15.Dan seluruh teman angkatan 2013 ekstensi.

Semoga hasil Skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang Administrasi Negara khususnya tentang Peranan Kepemimpinan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan. Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari adanya kekurangan pada Skripsi ini. Namun, penulis telah secara maksimal melakukan penyempurnaan-penyempurnaan sedemikian rupa untuk memperbaiki Skripsi ini agar dapat lebih baik lagi. Penulis juga memohon maaf apabila ada kata-kata yang salah atau kurang tepat dalam penulisan Skripsi ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Meski begitu, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan dan isi, mohon saran dan kritik yang dapat membangun kebaikan skripsi ini. Akhir kata, kiranya setiap pembaca dapat menemukan hal bermanfaat didalam skripsi ini. Sekian dan terima kasih.

Medan, April 2015


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Kerangka Teori ... 5

1.5.1 Kepemimpinan... 5

1.5.2 Peran Kepemimpinan...8

1.5.3 Kepemimpinan Wanita ...10

1. Gaya Kepemimpinan Wanita ... 12

2. Hambatan-Hambatan Kepemimpinan Wanita ... 13

1.5.4 Pengambilan Keputusan ... 15

1. Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan ... 17

2. Jenis-Jenis Pengambilan Keputusan ... 19

1.6 Peranan Kepemimpinan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan ... 22

1.7 Definisi Konsep`... .24

1.8 Sistematika Penulisan ... 24

BAB II METODE PENELITIAN ... 26

2.1 Bentuk Penelitian ... 26

2.2 Lokasi Penelitian ... 26

2.3 Informan ... 27

2.3 Teknik Pengumpulan Data ... 28


(7)

BAB IIIDESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN ... 30

3.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 30

3.2 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 34

3.4 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 35

3.5 Uraian Tugas Dan Fungsi KPP Pratama Lubuk Pakam ... 36

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 42

4.1 Karakteristik Informan ... 42

1. Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

2. Karakteristik Informan Berdasarkan Usia ... 43

3. Klasifikasi Informan Berdasarkan Pendidikan ... 44

4. Klasifikasi Informan Berdasarkan Golongan ... 45

5. Klasifikasi Informan Berdasarkan Masa Bekerja ... 45

4.2 Pendapat Informan Mengenai Peranan Kepemimpinan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan Di KPP Pratama Medan Kota ... 46

1. Distribusi Jawaban Informan Mengenai SOP ... 47

2. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Penetapan Target Kerja .... 48

3. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kecepatan Pengambilan Keputusan Dalam Pengambilan Keputusan ... 49

4. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Memberikan Sanksi Atau Hukuman Kepada Pegawainya ... 50

5. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kedisiplinan Peraturan Kerja ... 51

6. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Memberikan Pengikutsertaan Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan ... 51

7. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Memberikan Motivasi Kepada Pegawainya Dalam Menyelesaikan Pekerjaan ... 53

8. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Menjalin Komunikasi Yang Baik Dengan Pegawainya ... 54

9. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Memberikan Kebebasan Kepada Pegawainya Dalam Mengungkapkan Ide Atau Pendapat ... 55

10. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Memberikan Toleransi Penundaan Pekerjaan Karena Alasan Tertentu ... 55 11. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kepala Seksi Adalah


(8)

Pemimpin Yang Baik ... 56

12. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kepedulian Dengan Masalah Yang Dihadapi Pegawainya ... 57

13. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Menggunakan Penekatan Secara Emosional ... 58

14. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pemberian Pengarahan Yang Jelas Kepada Pegawainya ... 59

15. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pemimpin Yang Menghargai Pegawainya ... 60

4.3 Persamaan Gender Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 61

BAB V ANALISIS DATA ... 64

5.1 Peranan Kepemimpinan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ... 65

5.2 Permasalahan Yang Pernah Dihadapi Pemimpin Wanita Dalam Pengambilan Keputusan Di KPP Pratama Medan Kota... 70

BAB VI PENUTUP ... 71

6.1 Kesimpulan ... 71

6.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan ...19

Tabel 3.2 Jumlah Pegawai Per Seksi/Bagan/Kelompok di KPP Pratama Medan Kota Tahun 2015...40

Tabel 4.1 Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin...45

Tabel 4.2 Karakteristik Informan Berdasarkan Usia...45

Tabel 4.3 Klasifikasi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan...46

Tabel 4.4 Klasifikasi Informan Berdasarkan Golongan ...47

Tabel 4.5 Klasifikasi Informan Berdasarkan Masa Kerja...48

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Informan Mengenai SOP ...49

Tabel 4.7 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Penetapan Target Kerja..50

Tabel 4.8 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kecepatan Pengambilan Keputusan Dalam Pengambilan Keputusan ... .51

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Memberikan Sanksi Atau Hukuman Kepada Pegawainya ... 52

Tabel 4.10 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kedisiplinan Peraturan Kerja ... 53

Tabel 4.11 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Memberikan Pengikutsertaan Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan ... .54

Tabel 4.12 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Memberikan Motivasi Kepada Pegawainya Dalam Menyelesaikan Pekerjaan ... .55

Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Menjalin Komunikasi Yang Baik Dengan Pegawainya.... ... 56

Tabel 4.14 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Memberikan Kebebasan Kepada Pegawainya Dalam Mengungkapkan Ide Atau Pendapat .. 57 Tabel 4.15 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Memberikan Toleransi


(10)

Penundaan Pekerjaan Karena Alasan Tertentu ... 58 Tabel 4.16 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kepala Seksi Adalah

Pemimpin Yang Baik ... 59 Tabel 4.17 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kepedulian Dengan

Masalah Yang Dihadapi Pegawainya ... 60 Tabel 4.18 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Menggunakan Penekatan

Secara Emosional ... 61 Tabel 4.19 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pemberian Pengarahan

Yang Jelas Kepada Pegawainya ... 62 Tabel 4.20 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Pemimpin Yang


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan ...41


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan Penelitian 2. Daftar Identitas Informan 3. Daftar Pertanyaan Wawancara 4. Daftar Kuesioner

5. Dokumentasi Peneliti Dengan Informan 6. Dokumentasi Lokasi Penelitian

7. Surat Permohonan Persetujuan Judul

8. Surat Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 9. Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

10.Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal 11.Berita Acara Seminar Proposal

12.Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

13.Surat Izin Penelitian Dari Kanwil DJP SUMUT 1

14.Surat Izin Penelitian Dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 15.Surat Keterangan Selesai Penelitian


(13)

ABSTRAK

PERANAN KEPEMIMPINAN WANITA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

MEDAN KOTA

Nama : Rina Febriani

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Hatta Ridho S.Sos M.Sp

Tuntutan persamaan hak wanita dalam berbagai bidang kehidupan merupakan agenda dizaman sekarang. Dimana wanita menginginkan adanya kesempatan bertambahnya pemimpin wanita, terbukanya kesempatan bagi perempuan untuk mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, yang selama ini pimpinan atau manajer hampir selalu didominasi oleh laki-laki. Karena hakikat dari kepemimpinan adalah seseorang yang memiliki kemampuan memperngaruhi dan menggerakkan orang lain agar mengikuti perintahnya, tanpa harus memperhatikan gender.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan dalam penelitian ini yaitu Kepala Seksi Pengolahan Data Dan Informasi KPP Pratama Medan Kota sebagai informan kunci. Kepala Sub Bagian Umum KPP Pratama Medan Kota sebagai informan utama. Sementara itu, pegawai dari seksi Pengolahan Data Dan Informasi merupakan informan tambahan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan kepemimpinan wanita dalam pengambilan keputusan di KPP Pratama Medan Kota tergolong baik dan berpengaruh positif. Ada pun perbedaan yang terjadi yaitu terletak pada gaya kepemimpinan saja, dimana hal tersebut disesuaikan dengan sifat dan prilaku individual pemimpin, sedangkan dalam hal diskriminasi terhadap kepemimpinan perempuan tidak pernah terjadi di kantor pelayanan pajak pratama medan kota. Dan permasalahan yang pernah dihadapi pemimpin wanita di KPP Pratama Medan Kota tidak pernah berkaitan dengan masalah dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu,diharapkan peranan kepemimpinan wanita di KPP Pratama Medan Kota lebih ditigkatkan.

Kata Kunci (Keywords): kepemimpinan wanita, peranan kepemimpinan, pengambilan keputusan, kantor pelayanan pajak pratama medan kota


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tuntutan persamaan hak wanita dalam berbagai bidang kehidupan sudah merupakan agenda di zaman sekarang ini. Prestasi dan keterampilan yang ditunjukkan kaum wanita selama ini sudah memunculkan anggapan bahwa antara wanita dan laki-laki tidak banyak perbedaan. Prestasi dan keterampilannya tersebut dapat terlihat dari kepemimpinan dan peranan wanita dalam kehidupan politik di negara kita. Kekuatan berupa ketegaran, ketegasan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan merupakan ciri yang dimiliki sekaligus oleh wanita dan syarat bagi kepemimpinannya. Beban dan tanggung jawab seorang pemimpin wanita lebih besar tanggung-jawabnya dari pada pemimpin laki-laki. Dimana wanita berperan ganda sebagai ibu dalam rumah tangga maupun tanggung-jawab di kerjaannya. Kesejajaran antara wanita dengan laki-laki merupakan suatu usaha yang tidak sia sia apabila wanita berusaha sesuai kemampuannya, untuk dapat bersaing dengan kaum laki-laki sesuai dengan sifat kewanitaanya.

Kemajuan zaman telah banyak mengubah pandangan tentang wanita, mulai dari pandangan yang menyebutkan bahwa wanita hanya berhak mengurus rumah dan selalu berada di rumah, sedangkan laki-laki adalah makhluk yang harus berada diluar rumah, kemudian dengan adanya perkembangan zaman dan emansipasi wanita menyebabkan wanita memperoleh hak yang sama dengan laki-laki

Perjuangan memilik hak yang sama secara tegas dimulai dari RA. Kartini. Walaupun banyak wanita-wanita lain di Indonesia memiliki perjuangan yang


(15)

sama, tetapi perjuangannya merupakan cita-cita agar wanita memiliki pikiran dan tindakan yang modern. Dengan demikian, adanya persamaan hak di berbagai bidang kehidupan telah menggeser pandangan terdahulu, sebagaimana dikemukakan Nilakusuma (1960 : 151-152) :

“Wanita dan laki-laki mempunyai tempatnya masing-masing di dalam kehidupan masyarakat. Dan kedua jenis manusia tersebut dapat menempati tempatnya masing-masing tanpa menjadi kurang hak. Karena fikiran, kecerdasan, menentukan nilai yang sama antara laki dan wanita. Memang banyak pekerjaan yang dikerjain oleh laki-laki dan wanita tidak meninggalkan sifat-sifat asli wanita. Malah menjadi kepala pemimpin atau presiden pun tidak akan meninggalkan sifat-sifat kewanitaannya”.

Tuntutan persamaan hak wanita tentunya didasarkan pada beberapa tanggapan bahwa antara wanita dan laki-laki tidak banyak perbedaan, sebagaimana dikemukakan Presiden Pertama Indonesia, Sukarno (1963: 30) bahwa:

“...ini tidak menjadi bukti bahwa dus kwaliteit otak perempuan itu kurang dari kwaliteit otak kaum laki-laki, atau ketajaman otak perempuan kalah dengan ketajaman otak laki-laki. Kwaliteitnya sama, ketajamannya sama hanya kesempatan bekerjanya yang tidak sama, kesempatan berkembangnya yang tidak sama. Maka oleh karena itu, justru dengan alasan kurang dikasihnya kesempatan oleg masyarakat sekarang pada kaum perempuan, maka kita wajib berikhtiar membongkar ketidak-adilan masyarakat terhadap kaum perempuan itu”.


(16)

Salah satu keinginan yang diperjuangkan oleh gerakan wanita adalah bertambahnya pemimpin wanita, terbukanya kesempatan bagi perempuan untuk mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, yang selama ini pimpinan atau manajer hampir selalu didominasi oleh laki-laki. Wanita memang mempunyai peluang untuk memegang peran melihat jumlahnya yang cukup besar yang bila diikuti dengan kualitas dan kemampuan, akan menjadi suatu potensi pembangunan yang kuat. Namun kenyataanya perempuan masih selalu dianggap sebagai orang kedua (sub ordinat) dari berbagai bidang. Sementara seorang pimpinan dikatakan baik dan berhasil manakala mampu mengambil keputusan yang rasional dan bijaksana. Karena pengambilan keputusan merupakan persyaratan keterampilan bagi seorang pemimpin dan menjadi tolok ukur efektivitas kepemimpinan seorang pemimpin apabila mampu dan mahir mengambil keputusan, dan keputusan itu dikatakan baik, apabila memiliki syarat rasional, logic, realistis, dan pragmatis. Keputusan yang realitis dan pragmatis merupakan ciri kaum feminin, (A. Nunuk P. Murniati, Getar Gender, halaman 57). Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepemimpinan wanita dalam proses pengambilan keputusan di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. mengetahui faktor-faktor yang memungkinkan partisipasi wanita dalam pembangunan, dan mengetahui hambatan yang terjadi pada kepemimpinan wanita tersebut.

Namun, Masih banyak wanita yang belum berani mengambil kesempatan-kesempatan yang tersedia baginya, terlebih lagi untuk merebut kesempatan-kesempatan. Tentu saja, hal tersebut akan menghambat cita-cita sebagai wanita karir. Selain itu, peranan kepemimpinan wanita pada sektor publik dianggap masih banyak memiliki keterbatasan karena wanita dihadapkan pada situasi memainkan peran


(17)

ganda yaitu sebagai wanita karier dan sebagai istri serta ibu bagi anak-anaknya secara optimal dalam kurun waktu yang bersamaan. Seharusnya, wanita Indonesia sudah diberi kesempatan secara bebas untuk menentukan pilihan kariernya dimana wanita sudah dipahami sebagai manusia utuh dan berperan sebagai mitra sejajar yang diikutsertakan dalam pengambilan keputusan di segala bidang pembangunan. Hal ini akan mendorong wanita Indonesia untuk berproses mengembangkan dirinya sebagai pribadi yang utuh. (A. Nunuk P. Murniati, 2004 : 221). Maka dari pernyataan diatas penulis tertarik mengadakan penelitian yang

berjudul “Peranan Kepemimpinan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana peranan kepemimpinan wanita dalam pengambilan keputusan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota ?

2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Pemimpin Wanita dalam pengambilan keputusan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana peranan kepemimpinan wanita dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.


(18)

2. Untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Pemimpin Wanita dalam pengambilan keputusan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain adalah :

1. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiahterutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi masyarakat yang ada hubungannya dengan teori akademis.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu sosial secara umum dan ilmu administrasi negara secara khusus mengenai peranan kepemimpinan wanita dalam pengambilan keputusan.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mendalami dan melakukan penelitian serupa ditempat lain.

1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan inti daripada suatu organisasi karena kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat manusia dan alat lainnya dalam suatu organisasi. Demikian pentingnya peranan kepemimpinan dalam usaha mencapai tujuan suatu organisasisehingga dapat dikatakan bahwa sukses atau kegagalan yang dialami oleh organisasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki oleh orang-orang yang


(19)

diserahi tugas memimpin dalam organisasi itu. Defenisi tentang kepemimpinan sangat bervariasi sebanyak orang yang mencoba mendefenisikan konsep kepemimpinan.

Menurut Rivai (2003 : 2) sebagai berikut :

a) Kepemimpinan secara luas adalah meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

b) Kepemimpinan yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang kepemimpinan hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela/sukacita.

c) Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para pegawai kelompok.

Menurut Miftah Thoha (2003 : 9) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi prilaku orang lain atau seni mempengaruhi prilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Sedangkan menurut Kartini Kartono (2005:56), pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan-kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan disuatu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu demi pencapaian suatu tujuan atau beberapa tujuan.

Jadi, pemimpin adalah orang yang memiliki satu atau beberapa kelebihan sebagai predisposisi (bakat yang dibawa sejak lahir) dan merupakan kebutuhan dari suatu situasi atau zaman, sehingga orang itu mempunyai kekuatan dan


(20)

kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahan. Pemimpin juga mendapat pengakuan serta dukungan dari bawahan dan mau menggerakkan ke arah tujuan tertentu. Disamping itu, pengertian-pengertian kepemimpinan di atas menunjukkan adanya sejumlah variabel yang penting, yaitu :

1. Pemimpin sebagai orang yang menjalankan fungsi kepemimpinan

2. Pengikut sebagai sekelompok orang yang berkedudukan mengikuti pemimpin

3. Situasi sebagai kondisi atau keadaan yang melingkupi kepemimpinan tersebut.

Ketiga variabel tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan oleh pemimpin tersebut, atau dapat dikembangkan keputusan yang tepat sesuai dengan karakteristik ketiga variabel tersebut. Karena itu, kepemimpinan ada jika memenuhi sejumlah persyaratan sebagai berikut:

1. Mempunyai kekuasaan, yaitu kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pimpinan guna mempengaruhi orang lain untuk berbuat sesuatu.

2. Memiliki kewibawaan, yaitu kelebihan, keunggulan dan keutamaan sehingga mampu mempengaruhi atau mengatur orang lain agar orang lain itu patuh dan bersedia melakukan tindakan tertentu.

3. Mempunyai kemampuan, yaitu segala daya kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/keterampilan/pengetahuan yang dianggap melebihi orang lain. Adapun kelebihan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut James A. Lee dalam bukunya ManagementTheories and Prescriptions, dalam Salam (2002 : 91), adalah :


(21)

1. Kapasitas dalam bidang kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, keahlian dan kemampuan menilai.

2. Prestasi yang meliputi bidang gelar kesarjanaan dan ilmu pengetahuan. 3. Tanggung jawab, yaitu sifat dan karakteristik pribadi yang mandiri,

berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif dan punya hasrat unggul. 4. Partisipasi dalam arti aktif, punya sosiabilitas yang tinggi, mampu bergaul,

kooperatif, mudah menyesuaikan diri dan punya rasa humor.

1.5.2 Peran Kepemimpinan

Dalam pengertian umum, peranan dapat diartikan sebagai perbuatan seseorang atas sesuatu pekerjaan. Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian (Poerwadarminta, 1987 : 768).

Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Administrasi Pendidikan menyatakan bahwa setiap orang mempunyai bermacam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur prilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku, dimana peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.

Jadi dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh


(22)

seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang pemimpin. Peran pemimpin yang mutlak harus dilakukan adalah:

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu hal yang paling urgen atau penting dari seluruh kegiatan. Karena peencanaan merupakan sarana bagi seorang pimpinan untuk menentukan kemana arah sebuah perusahaan atau organisasi akan dibawa, maka akan sulitnya hasil yang baik jika perencanaan dalam kegiatan tersebut kurang baik, meskipun pelaksanaannya dilakukan dengan baik.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan suatu konsep yang memiliki makna yang cukup luas karena menyangkut dua hal, yaitu:

a. Struktur organisasi sebagai wadah melaksanakan kegiatan

Secara umum yang mengatur struktur organisasi adalah pimpinan tingkat atas (eksekutif). Akan tetapi yang dibahas disini adalah unit kegiatan yang dalam kegiatannya berkaitan dengan sekelompok orang yang mempersatukan dirinya untuk mengerjakan sesuatu yang tidak dapat mereka laksanakan sendiri.

b. Penempatan Pegawai

Dalam hal ini, seorang pemimpin harus mengetahui lebih dahulu mengenai karakteristik dari orang yang akan ditempatkan sebaik mungkin, agar mendapatkan orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat sekaligus menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat pada situasi bawahan yang tepat.


(23)

Kegiatan pemimpin yang sangat menentukan, karena dengan mengawasi akan menghasilkan sesuatu yang sesuai denagan yang telah direncanakan. Pada dasarnya pemimpin hanya mengawasi tiga hal yaitu uang, bahan, dan pegawai. Langkah yang diperlukan dalam mengawasi adalah menentukan standar, ukuran hasil atas dasar standard an melakukan perbaikan jika diperlukan.

4. Pengevaluasian

Pemimpin berperan untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para pegawai, apakah pelaksanaan pekerjaan berjalan secara efisien dan efektif, atau pelaksanaannya justru terjadi inefisiensi. Hasil evaluasi ini dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan-perbaikan jika ditemukan adanya kendala-kendala dalam melaksanakan pelayanan terhadap masyarakat.

1.5.3 Kepemimpinan Wanita

Fenomena yang ada menunjukkan banyak wanita yang telah menduduki jabatan sebagai pemimpin kepala desa, kepala kantor , kepala sekolah, kepala seksi, manajer perusahaan, direktur rumah sakit, direktur bank, sebagai pemimpin keluarga, dan lain-lain.Namun Persentase wanita sebagai pemimpin dibandingkan populasi perempuan secara keseluruhan, jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase laki laki sebagai pemimpin.

Wanita sebagai seorang pemimpin formal pada mulanya banyak yang meragukan mengingat penampilan wanita yang berbeda dengan laki-laki, tetapi keraguan ini dapat diatasi dengan keterampilan dan prestasi yang dicapai. Di dalam kepemimpinan baik dilakukan oleh wanita maupun laki-laki memiliki


(24)

tujuan yang sama hanya saja yang berbeda dilihat dari segi fisik semata-mata, sebagaimana dikemukakan Kimbal Young (dalam Kartono) :

“Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu, berdasarkan akseptasi/penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasu khusus”

Pemimpin yang berada pada organisasi formal akan memiliki kekuasaan manajemen yang didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen pula, sehingga kekuasaan yang dimilikinya bersifat institusional dan tidak dihubungkan dengan sifat-sifat pribadi. Misalnya, seorang wanita yang menjadi kepala sekolah, kemudian bawahannya baik guru-guru ataupun staf tata usaha tunduk kepadanya bukan pada pribadi melainkan pada kepemimpinannya karena dia adalah pemimpin formal.

Seorang pemimpin dapat meningkatkan hasil yang baik bila dari sebelumnya memiliki prestasi kerja yang lebih baik pula, sehingga pemimpin wanita akan diakui kepemimpinannya oleh bawahannya maupun orang lain karena kemampuan memimpin yang baik apalagi berhasil mencapai tujuan institusi yang dipimpinnya.

Wanita yang menjadi seorang pemimpin formal termasuk seorang wanita karier yang akan banyak menghadapi masalah, terutama berhubungan dengan posisi yang bersangkutan antara karier dan rumah tangga. Wanita yang mampu bertindak sebagai pemimpin, memiliki sifat ganda baik sebagai wanita yang feminim maupun memiliki kekuatan berupa, tegas, tegar dan keperkasaan dalam arti mampu mengambil keputusan yang tepat seperti halnya dilakukan laki-laki.


(25)

Hal ini merupakan sifat yang diperlukan seorang pemimpin, tanpa hal itu akan sulit dilaksanakan, mengingat banyak pendapat bahwa wanita adalah makhluk lemah tetapi sebenarnya tidaklah demikian.

1. Gaya Kepemimpinan Wanita

Secara umum ada 2 (dua) gaya kepemimpinan khas wanita yaitu kepemimpinan maskulin-feminim dan kepemimpinan transformasional-transaksional.

a. Gaya Kepemimpinan Feminim-Maskulin

Menurut Bass (1985), gaya kepemimpinan maskulin mempunyai ciri-ciri kompetitif, otoritas hirarki, kontrol tinggi bagi pemimpin, tidak emosional dan analisis dalam mengatasi masalah. Sedangkan kepemimpinan feminim mempunyai ciri-ciri koperatif, kolaborasi dengan manajer dan bawahan, kontrol rendah bagi pemimpin dan mengatasi masalah berdasarkan intuisi dan empati.

Perbedaan jenis kelamin dalam kepemimpinan maskulin dan feminim terlihat jelas, laki-laki cenderung mempunyai model kepemimpinan maskulin sedangkan wanita cenderung kepemimpinan feminim sesuai dengan ciri-ciri yang ada. Sesuai dengan gaya kepemimpinan feminim yang khas berdasarkan jenis kelamin, Visser (2002) mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan melekat pada orientasi keluarga sedangkan gaya maskulin lebih berorientasi pada karir.

b. Gaya Kepemimpinan Transformasional-Transaksional

Bass (1985) mengemukakan bahwa kepemimpinan transaksional adalah suatu pendekatan sosial terhadap kepemimpinan yang melibatkan proses timbal balik antara pimpinan dan bawahan. Pemimpin meyakinkan pengikut bahwa beberapa keuntungan akan bertambah bila pengikut berprilaku seperti yang


(26)

diharapkan pemimpin. Pemimpin merespon terhadap kebutuhan dasar bawahan dan kebutuhan akan rasa aman. Pemimpin dan bawahan mengatur suatu proses pertukaran (transaksi).

Sedangkan kepemimpinan transformasional menjelaskan proses hubungan antara atasan dan bawahan yang didasari oleh nilai-nilai, keyakinan dan asumsi mengenai visi dan misi organisasi. Pemimpin transformasional dapat menggerakkan pengaruhnya demi kepentingan kelompok, organisasi, atau negara daripada kepentingan self interest mereka sendiri. Mereka berusaha agar dapat mengubah konsep diri bawahan dan meningkatkan bawahan mereka menjadi orang-orang yang dapat mencapai aktualisasi diri, regulasi diri dan kontrol diri.Secara umum penelitian-penelitian yang ada menunjukkan bahwa wanita cenderung memiliki gaya kepemimpinan transformasional dibanding pria.

Dalam kenyataannya tidak selalu 2 (dua) gaya tersebut yang dipunyai pemimpin wanita, bisa saja seorang pemimpin wanita memiliki kombinasi dari 2 (dua) gaya tersebut jika dibentuk matriks, maka akan berbentuk 4 (empat) kombinasi gaya yaitu :

1) Feminim-Maskulin 2) Feminim-Transaksional 3) Maskulin-Transformasional 4) Transaksional-Transformasional

2. Hambatan-Hambatan Kepemimpinan Wanita

Wanita sebagai pemimpin tidak jarang menghadapi banyak hambatan yang berasal dari sikap budaya masyarakat yang keberatan, mengingat bahwa laki-laki


(27)

berfungsi sebagai pelindung dan kepala keluarga. Begitu pula hambatan fisik wanita yang dianggap tidak mampu melaksanakan tugas-tugas berat.

Ibrahim (dalam Tan, 1991 : 16) mengatakan hambatan yang muncul dari kepemimpinan wanita adalah sebagai berikut :

c. Hambatan fisik

Wanita katanya dibebani tugas “kontrak” untuk mengandung, melahirkan dan

menyusui. Keharusan ini mengurangi keleluasaan mereka untuk aktif terus meneru dalam berbagai kehidupan. Bayangkan jika wanita harus melahirkan sampai banyak anak. Pastilah usia produktinya habis dipakai untuk tugas-tugas reproduktif yang mulia itu.

d. Hambatan teologis

Untuk waktu yang lama, wanita dipandang sebagai makhluk yang dicipta untuk lelaki. Termasuk mendampingi mereka, menghiburnya, dan mengurus keperluannya. Perempuan menurut cerita teologis seperti ini, diciptakan dari rusuk lelaki. Cerita ini telah jauh merasuk dalam benak banyak orang, dan secara psikologis menkadi salah satu faktor penghambat perempuan untuk mengambil peran yang berarti.

e. Hambatan sosial budaya

Pandangan ini melihat wanita sebagai makhluk yang pasif, lemah, perasa, tergantung dan menerima keadaan. Sebaliknya lelaki dinilai sebagai makhluk yang aktif, kuat, cerdas, mandiri dan sebagainya. Pandangan ini menempatkan lelaki memiliki derajat lebih tinggi dibanding wanita.

f. Hambatan sikap pandang

Hambatan ini memandang antara tugas perempuan dan lelaki. Perempuan dinilai sebagai makhluk rumah, sedangkan lelaki dilihat sebagai makhluk luar


(28)

rumah. Pandangan seperti ini boleh jadi telah membuat wanita merasa risih keluar rumah, dan visi bahwa tugas-tugas kerumah-tanggaan tidak layak digeluti lelaki.

g. Hambatan historis

Kurangnya nama perempuan dalam sejarah di masa lalu bisa dipakai membenarkan ketidakmampuan perempuan untuk berkiprah seperti halnya lelaki.

1.5.4 Pengambilan Keputusan

Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah merupakan tahap-tahap yang harus digunakan untuk membuat keputusan.Pengambilan keputusan merupakan pusat dari kegiatan organisasi.

Perron dalam Salusu (1996:45), menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan kunci kepemimpinan,sedangkan Gore (1959), menyebut sebagai inti kepemimpinan,Moore (1966),menyebut sebagai jantung admnistratif.

Sedangkan yang dimaksud dengan pengambilan keputusan menurut Siagian (2004:39), adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.Pendekatan yang sistematis itu menyangkut pengetahuan tentang hakikat alternative yang dihadapi,pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan masalah yang dihadapi,analisis masalah dengan menggunakan fakta dan data,mencari alternativ pemecahan,menganalisis setiap alternative sehingga ditemukan alternative yang paling rasional,dan penilaian dari hasil yang dicapai sebagai keputusan yang diambil.

Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan diatas,dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan


(29)

alternative terbaik dari beberapa alternative secara sistematis untuk ditindaklanjuti(digunakan)sebagai suatu cara pemecahan masalah.

Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang mendasarkan diri pada relasi sesama.

Definisi menurut para ahli, antara lain:

a. Menurut George R. Terry : pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. b. Menurut Sondang P. Siagian : pengambilan keputusan adalah suatu

pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.

c. Menurut James A. F. Stoner : pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.


(30)

Dari definisi pengambilan keputusan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Pengambilan keputusan itu sendiri suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari alternatif yang ada.

1. Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan

Dalam setiap pengambilan keputusan selalu didasarkan pada hal-hal tertentu tergantung pada jenis keputusan yang akan diambil oleh pemimpin atau pengambil keputusan.Terrt menyebutkan ada lima dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku secara umum yaitu:

a. Insting, yaitu pengambilan keputusan yang dilakukan dengan berdasarkan atas insting yang bersifat subjektif, sehingga mudah terkena oleh beberapa pengaruh.

b. Pengalaman, yaitu pengambilan keputusan yang dilakukan dengan berdasarkan pada pengalaman. Karena pengalaman seseorang dapat memprediksi keadaan sesuatu berdasarkan pada pengalaman yang telah dialami.

c. Fakta, yaitu pengambilan keputusan yang didasarkan pada fakta.Keputusan yang didasarkan pada fakta dapat melahirkan keputusan yang baik,karena dengan fakta maka tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi.


(31)

d. Wewenang, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilalkukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi jabatannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.

e. Rasional, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan rasional,keputusan yang dihasilkan bersifat objektif dan logis sehingga dapat dikatakan keputusan yang dihasilkan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diharapakan.

DASAR-DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Dasar Kelebihan Kelemahan

Intuisi Waktu yang digunakan untuk

mengambil keputusan relative lebih cepat. Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas pengambilan keputusan akan memberikan kepuasan pada

umumnya. Kemampuan

mengambil keputusan itu sangat berperan oleh karena itu perlu dimanfaatkan.

Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.Sulit

mencari alat

komparasinya,sehingga sulit diukur kebenarannya.Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan serangkali diabaikan.

Wewenang Kebanyakan penerimaannya

adalah bawahan,terlepas apakah penerimaan tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa. Keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Memiliki orientisitas (orientik).

Dapat menimbulkan sifat

rutinitas.

Mengasosialisasikan dengan praktik dictatorial. Sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga menimbulkan kekaburan.


(32)

Pengalaman Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis.Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu,dapat memperhitungkan untung ruginya,baik buruknya keputusan yang dihasilkan.

Fakta Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat,solid,dan baik.Dengan fakta,maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi,sehingga orang cepat menerimanya dengan ikhlas.

Rasional Keputusan yang diambil bersifat objektif,logis, lebih transparan,konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu,sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.Pengambilan keputusan secara rasional dapat tercapai:

(1) kejelasan masalah, (2) orientasi tujuan, (3) pengetahuan alternatif, (4) preferensi yang jelas, dan (5) hasil maksimal.

Tabel 2.1 Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan 2. Jenis – Jenis Pengambilan Keputusan

Berdasarkan Kriteria yang menyertainya, pengambilan keputusan dapat diklasifikasi atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :

1) Berdasarkan programnya, pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Pengambilan keputusan terprogram yaitu pengambilan keputusan yang bersifat rutinitas, berulang-ulang dan cara menanganinya telah ditentukan. Pengambilannya keputusan terprogram ini digunakan untuk menyelesaikan masalah yang terstruktur yang melalui hal-hal sebagai


(33)

berikut. Yaitu (a) Prosedur, yaitu serangkaian langkah yang berhubungan dan berurutan yang harus diikuti oleh pengambilan keputusan, (b) Aturan, yaitu ketentuan yang mengatur apa yang harus dan apa yang tidak harus dilakukan oleh pengambil keputusan. (c) Kebijakan, yaitu pedoman yang menentukan parameter untuk membuat keputusan.

b. Pengambilan keputusan tidak terprogram, yaitu pengambilan keputusan yang tidak rutinitas dan sifat unik shingga memerlukan pemecahan masalah yang khusus. Pengambilan keputusan tidak terprogram ini untuk menyelesaikan masalah yang tidakterstruktur. Contoh strategi mempromosikan untuk produk baru.

2) Berdasarkan Lingkungannnya, keputusan dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu sebagai berikut :

a. Pengambilan keputusan dalam kondisi pasti, yaitu pengambilan keputusan berlangsung hal-hal sebagai berikut : (a) alternative yang harus dipilh hanya memiliki satu konsekuensi/jawaban/hasil. Ini berarti hasil keputusan dari setiap alternative tindakan tersebut ditentukan dengan pasti, (b) keputusan yang akan diambil didukung oleh informasi/data yang lengkap, sehingga dapat diramalkan secara akurat atau eksak dari setiap tindakan yang dilakukan, (c) dalam kondisi ini, pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang. (d) teknik pemecahannya antara lain model antrian.

b. Pengambilan keputusan dalam kondisi beresiko, yaitu pengambilan keputusan dimana berlangsung hal-hal sebagai berikut: (a) alternative yang harus di pilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil, (b) pengambil keputusan memiliki lebih dari satu alternative tindakan, (c)


(34)

diasumsikan bahwa pengambil keputusan mengetahui peluang yang akan terjadi terhadap berbagai tindakan dan hasil, (d) resiko dapat terjadi karena pengambilan keputusan tidak dapat diketahui dengan pasti,walaupun diketahui nilai probabilitynya, (e) pada kondisi ini, keadaan lingkungan dalam keadaan tidak pasti. (f) teknik pemecahannya adalah menggunakan

metode probability.

c. Pengambilan keputusan dalam keadaan yang tidak pasti, yaitu pengambilan keputusan dimana, (a) tidak diketahui sama sekali jumlah kondisi yang mungkin terjadi, (b) pengambilan keputusan tidak dapat menentukan probability terjadinya berbagai kondisi atau hasil yang keluar. (c) yang diketahui hanyalah kemungkinan hasil dari suatu tindakan, tetapi tidak dapat diprediksi berapa besar probability setiap hasil tersebut, (d) pengambil keputusan tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap mengenai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan tersebut, (e) hal yang akan diputuskan biasanya relative belum pernah terjadi sebelumnya, (f) teknik pemecahannya adalah menggunakan beberapa metode yaitu antara lain metode maximin atau metode minimax.

d. Pengambil keputusan dalam kondisi konflik, yaitu pengambilan keputusan dimana; (a) kepentingan dua atau lebih pengambil keputusan saling bertentangan dalam situasi persaingan,(b) pengambil keputusan saling bersaing dengan pengambilan keputusan lainnya yang rasional, tanggap dan bertujuan untuk memenangkan persaingan tersebut, (c) pengambil keputusan bertindak sebagai pemain dalam suatu permainan, (d) teknik pemecahannya adalah menggunakan teori permainan. Jadi dalam teori pengambilan keputusan atau pendekatan-pendekatan dapat digunakan oleh


(35)

para pemimpin birokrasi dalam suatu proses pemilihan alternative sebagai pemecahan masalah.

1.6Peranan Kepemimpinan Wanita dalam Pengambilan Keputusan

Wanita makhuk yang sensitif, selalu memakai perasaan saat menghadapi dan menyelesaikan masalahnya. Tapi, dari kepekaan inilah wanita dapat lebih merasakan sesuatu masalah dengan lebih rinci. Menggunakan perasaan dan logika dalam menyelesaikan permasalahan akan lebih baik ketimbang hanya menggunakan salah satu saja. Hai ini tidak menjadikan wanita adalah makhul lemah. Sikap tegas harus tetap di asah dan mutlak diterapkan oleh seorang Pemimpin. Berperasaan bukan berarti menjadi lemah dan kalah dengan keadaan. Peran pemimpin wanita akan sangat terlihat saat akan mengambil keputusan. Peka saat terjadi sesuatu dalam tim dan tegas saat mengambil suatu keputusan.

Saat ini masih terdapat banyak anggapan bahwa wanita tidak mempunyai peran dalam pengambilan keputusan, baik di luar maupun di dalam rumah tangga. Adanya bias gender selalu memposisikan wanita sebagai sosok yang lemah dan tidak memiliki kekuasaan. Berdasarkan norma yang ada mengatakan bahwa yang paling menentukan dalam pengambilan keputusan adalah kaum pria. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri lagi di lingkungan masyarakat.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peranan wanita dalam persoalan pengambilan keputusan, antara lain seperti yang dikemukakan oleh Rosaldo, dalam kerangka pemikirannya tentang hubungan antara wanita, kebudayaan, dan masyarakatya. Ia membedakan secara tegas dua sektor kegiatan dalam masyarakat, yakni sektor publik dan sektor domestik. Sektor domestik adalah bidang untuk wanita, yakni di lingkungan rumah tangganya saja, sedangkan sektor


(36)

publik adalah bidang untuk pria, yakni di luar lingkungan rumah tangga sebagai pencari nafkah untuk keluarganya. Perbedaan terhadap kedua sektor ini tidak selalu sama disetiap masyarakat, karena pada umumnya dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Menurut Rosaldo, pada masyarakat terdapat perbedaan yang ketat antara kegiatan di sektor domestik dan sektor publik, yakni apabila wanita terkucil dari pergaulan masyarakat dan sepenuhnya berada di bawah wewenang lelaki, maka kaum wanita cenderung tidak mempunyai kekuasaan sama sekali untuk mengambil keputusan dalam keluarganya apalagi dalam masyarakat. Selain itu, ada pula faktor-faktor lain yang di anggap mempengaruhi peranan wanita dalam pengambilan keputusan, yaitu proses sosialisasi, pendidikan, latar belakang perkawinan, pendidikan, kedudukan dalam masyarakat, dan pengaruh luar lainnya.

Akan tetapi, kini pernyataan akan rendahnya posisi wanita dibandingkan pria tidak selamanya berlaku, karena sekarang banyak kaum wanita yang telah berpendidikan sehingga terjadi kesetaran gender didalamnya. Oleh karena itu, sudah seharusnya pandangan tentang kaum wanita itu dirubah, kenyataannya kini sudah banyak wanita yang diberi kesempatan untuk bekerja dan berperan sebagai pemimpin selayaknya seorang pria serta berhak untuk mengemukakan pendapat, sehingga tidak ada lagi alasan bahwa wanita itu selalu lemah dan selalu bergantung dimata seorang pria.

Hadary dan Henderson mengatakan para pengusaha dan pemimpin wanita yang sukses selalu mendapat laporan keuangan secara berkala dan mengindetifikasi kunci metriknya yaitu memberikan wawasan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menyusun strategi dan pengambilan keputusan.


(37)

1.7Definisi Konsep

Menurut Effendi, konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989 : 480). Beliau juga mengatakan bahwa guna menghindari kesalahan-kesalahan pengertian atau penafsiran, maka perlu kiranya dikemukakan batasan-batasan dari konsep dalam penelitian lapangan tersebut.

Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep yang dipergunakan, yaitu :

a. Peranan kepemimpinan wanita dalam pengambilan keputusan yaitu serangkaian prilaku yang dilakukan oleh wanita sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin dalam pengambilan keputusan.

b. Pengambilan keputusan yaitu suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindak lanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.

1.8 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.


(38)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan penyajian data-data yang diperoleh dari lapangan, kemudian mentabulasikannya.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisikan analisa data dari setiap data yang diperoleh dari lokasi penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian yang dilakukan.


(39)

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai suatu variabel tanpa membuat perbandingan, ataupun menghubungkan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain (Sugiono, 2005 : 12). Penelitian deskriptif ini memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang aktual, kemudian menggambarkan fakta tentang masalah yang diselidiki tersebut, sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi.

Berdasarkan apa yang terjadi penelitian kualitatif bertujuan untuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional akurat. Dengan metode ini diharapkan dapat memberikan gambaran dengan jelas tentangPeranan Kepemimpinan Wanita dalam Jabatan Publik di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2.2 Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang beralamatkan di Jalan Sukamulia No 17-A Medan Sumatera Utara.


(40)

2.3 Informan

Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, maka dalam penelitian ini tidak dikenal adanya sampel, melainkan informan. Hal ini dibutuhkan untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas mengenai permasalahan penelitian yang sedang dibahas.

Menurut Bagong Suyanto (2005:172) informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu :

1. Informan kunci (key informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci dan informan utama, yaitu sebagai berikut :

1. Informan Kunci adalah Kepala Seksi PDI (pengolahan data dan informasi), penulis membutuhkan informasi terkait peranan kepemimpinan wanita dalam pengambilan keputusan dan kinerjanya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2. Informan Utama adalah Kepala Seksi Sub Bagian Umum selaku perwakilan Kepala Kantor, penulis membutuhkan informasi tentang kinerja Kepala Seksi PDI di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3. Informan tambahan adalah Pegawai Seksi PDI di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota berjumlah 6 orang.


(41)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan dan data-data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data-data sebagai berikut :

1) Teknik pengumpulan data Primer

Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan instrument :

a. Metode Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada orang yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Metode Kuesioner

Yaitu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan penulis mempelajari sikap-sikap, perilaku dan karakeristik beberapa orang utama didalam organisasi.

c. Metode Observasi

Yaitu kegiatan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau. 2) Teknik pengumpulan data Sekunder

Pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari:

a. Penelitian Kepustakaan

Pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah dan pendapat para ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. b. Studi Dokumenter


(42)

Teknik yang digunakan dengan menelaah catatan tertulis, dokumen arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait.

2.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti akan mencoba mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menyusun ke dalam pola-pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.


(43)

BAB III

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MEDAN KOTA

3.1Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelahkemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jendral Pajak Keuangan Republik Indonesia.

Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu: a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan

b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota). Dan untuk semakin memantapkan pelayanannya kepada masyarakat dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Replubik Indonesia Nomor : 267/KMK.01/198, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti


(44)

nama menjadi Kantor Pelayan pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai.

Berdasarkan Keputusan menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK.01/2001 tentang “ Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah Direktorat

Jendral Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak di Kota madya Medan Menjadi

enam wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

a. Kecamatan Medan timur b. Kecamatan Medan Area c. Kecamatan Medan Tembung


(45)

d. Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi wilayah:

a. Kecamatan Medan Barat b. Kecamatan Medan Sunggal c. Kecamatan Medan Petisah d. Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah: a. Kecamatan Medan kota

b. Kecamatan Medan Denai c. Kecamatan Medan Johor d. Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

a. Kecamatan Medan Polonia b. Kecamatan Medan Maimun c. Kecamatan Medan Baru d. Kecamatan Medan Tuntungan e. Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

a. Kecamatan Medan Belawan b. Kecamatan Medan Marelan c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli


(46)

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota adalah sebagai institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Karena Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang berhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk laporan rakyat.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota berada di Gedung Direktorat Jenderal Pajak Kantor Wilayah SUMUT I lantai 3 di jalan Sukamulia Nomor 17A Medan. Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai berikut :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang berdasarkan kepada :

a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 443/KMK/.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/kmk.01/2002 tanggal 26 Februari 2002

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/KMK/.01/2002 tanggal 26 Februari 2002

2. Yang mengepalai Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota saat ini adalah Bapak Yan Santoso Purba,SH.MM

Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131/PMK.01/2006 tentang


(47)

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 67/PMK.01/2008.

3.2 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan prilaku pegawai Direktorat Jenderal Pajak. Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik-praktik “good governance” pada institusi pemerintah secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut:

VISI

“Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan

integritas dan profesionalisme yang tinggi”.

MISI

“Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu

menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi”.


(48)

3.3Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1(satu) bagian dan 10 (sepuluh) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional.

Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan 5. Seksi Pemeriksaan 6. Seksi Ekstensifikasi

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11.Kelompok Jabatan Fungsional


(49)

3.4Uraian Tugas dan Fungsi

Struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kantor

Tugasnya adalah mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak tidak langsung lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Tugas:

a. Penerimaan dan penyampaian dokumen di KPP.

b. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Sub bagian umum. c. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta

pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS). d. Permintaan pengujian kesehatan pegawai.

e. Pembuatan kartu tanda pengenal pemeriksa.

f. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung kepada rekanan.

g. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP dan pembuatan laporan tahunan.

h. Penyusunan laporan/daftar realisasi anggaran belanja.

3. Seksi Pelayanan

Tugas:


(50)

b. Penatausahaan surat, dokumen dan laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

c. Perubahan identitas Wajib Pajak.

d. Penyelesaian permohonan pengukuhan pengusaha kena pajak.

e. Penerbitan surat teguran penyampaian SPT Masa dan SPT tahunan PPh. f. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.

g. Penyelesaian pemindahan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak lama.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi PDI. b. Penatausahaan alat keterangan.

c. Pembentukan bank data.

d. Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan (SPH) kirim ke Kantor Pelayanan Pajak lainnya.

e. Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak, perkembangan ekonomi dan keuangan.

f. Penerbitan STP Bunga Penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita.

g. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan terhadap wajib pajak tertentu.

5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (I,II,III)

Seksi Pengawasan dan Konsultasi atau yang biasa disebut seksi Waskon, terbentuk setelah kantor pelayanan pajak melakukan modernisasi, dimana


(51)

pembagian seksi berorientasi pada fungsi seksi. Fungsi umum dari seksi waskon adalah melakukan pengawasan dan konsultasi terhadap wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. Pada KPP Pratama Binjai seksi ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu: Seksi Waskon I, Waskon II, dan Waskon III. Tugas dari ketiga seksi tersebut pada dasarnya sama, yang membedakan hanyalah pembagian wilayah kerjanya. Hal ini bertujuan mempermudah dan membantu tugas fungsi KPP Pratama Binjai.

Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi pengawasan dan konsultasi.

b. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP). c. Penerbitan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB). d. Penyelesaian permohonan perubahan metode pembukuan. e. Penetapan Wajib Pajak patuh.

f. Penyelesaian permohonan pembetulan ketetapan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP. g. Penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi

administrasi PBB di KPP.

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

b. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor. c. Penerbitan surat himbauan untuk ber-NPWP.


(52)

d. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian lapangan.

e. Penyelesaian permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) pemotongan PPh atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

f. Penyelesaian permohonan penundaan pengembalian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan mutasi sebagian atau seluruhnya objek dan subjek pajak PBB.

g. Penerbitan daftar nominatif untuk usulan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) PSL, Ekstensifikasi dan lain-lain.

7. Seksi Pemeriksaan

Tugas:

a. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di seksi pemeriksaan. b. Penyelesaian usulan pemeriksaan.

c. Penyelesaian usulan pemeriksaan bukti permulaan. d. Pemeriksaan kantor.

e. Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar.

f. Penatausahaan laporan pemeriksaan pajak dan nota perhitungan.

g. Pengamatan KPP, pemeriksaan kantor, pemeriksaan lapangan dan penyelesaian usulan pemeriksaan dan lain-lain.

8. Seksi Penagihan

Tugas:


(53)

b. Menjawab konfirmasi data tunggakan Wajib Pajak. c. Penyelesaian permohonan penundaan pembayaran pajak. d. Penagihan pajak seketika dan sekaligus.

e. Penerbitan dan penyampaian surat teguran penagihan. f. Penghapusan piutang pajak.

g. Penerbitan STP bunga penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita.

Tabel 3.2 Jumlah Pegawai Per Seksi/Bagian/Kelompok Di KPP Pratama Medan Kota Tahun 2015

No Seksi/Bagian Jumlah Pegawai

1 Kepala Kantor 1

2 Sub Bagian Umum 6

3 Sekretaris 2

4 Pelayanan 14

5 Pengolahan Data Dan Informasi (PDI) 9

5 Penagihan 5

6 Ekstensifikasi Perpajakan 5

7 Pengawasan dan Konsultasi I 7

8 Pengawasan dan Konsultasi II 8

9 Pengawasan dan Konsultasi III 8

10 Pengawasan dan Konsultasi IV 8

11 Fungsional 14

Jumlah 87


(54)

Gambar 3.2 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota


(55)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini penulis akan menyajikan dan menguraikan data-data yang diperoleh selama masa penelitian yang telah dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Penyajian data ini meliputi data-data tentang identitas informan, pendapat pegawai terhadap pemimpin mereka dengan sistem pengisian kuesioner, yang kemudian di uraikan dalam tabel frekuensi. Sedangkan, hasil wawancara dengan beberapa informan utama dan informan kunci disajikan dalam bentuk petikan wawancara.

4.1 Karakteristik Informan

Jenis informan dalam penelitian ini ada tiga, yakni informan utama, informan kunci dan informan tambahan. Dalam karakteristik informan ini akan dijelaskan data mengenai identitas informan yang terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, golongan dan masa kerja di kantor pelayanan pajak pratama Medan Kota.

Adapun karakteristik informan tentang peranan kepemimpinan wanita dalam pengambilan keputusan (studi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota) adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang yang bersedia menjadi informan. Informan penelitian ini sama sekali tidak ada unsur kesengajaan yang ditentukan berdasarkan jenis kelamin. Baik informan kunci maupun informan utama merupakan orang-orang yang langsung peneliti temui di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota sebagai objek lokasi penelitian.


(56)

Tabel 4.1 Data Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki-laki 3 50

2 Perempuan 3 50

Total 6 100

Sumber : Kuesioner penelitian 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 6 orang informan yang ada, jumlah informan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (50%), sedangkan informan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang (50%). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pegawai di seksi PDI pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ternyata jumlah laki-laki dan perempuan sama banyaknya.

2. Karakteristik Informan Berdasarkan Usia

Usia informan yang akan dipakai dalam penelitian ini berkisar antara 20 tahun sampai 50 tahun keatas. Dibawah ini adalah tabel yang menjelaskan tentang usia partisipan.

Tabel 4.2 Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi Persentase (%)

1 20-30 2 33

2 31-40 4 67

3 41-50 0 0

4 50 tahun keatas 0 0

Total 6 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari informan, kelompok umur 20-30 tahun sebanyak 2 orang (33%), jumlah informan yang berumur antara 31-40 tahun


(57)

sebanyak 4 orang (67%), dan jumlah informan yang berumur antara 41-50 tahun serta yang berumur 50 tahun keatas sebanyak 0 orang (0%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pegawai di seksi PDI pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah pegawai yang umurnya pada kelompok 31-40 tahun.

3. Klasifikasi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pengklasifikasian kedua yang peneliti sajikan yaitu informan berdasarkan tingkat pendidikan. Peneliti tidak lupa menanyakan informasi tentang pendidikan terakhir yang ditempuh informan. Adapun temuan terhadap informan menurut pendidikannya seperti dibawah ini :

Tabel 4.3 Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 SMA 0 0

5 D3 1 17

6 S1 5 83

7 S2 0 0

Total 6 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2015

Data tabel diatas dapat terlihat bahwa dari 6 orang informan jumlah informan dengan tingkat D3 sebanyak 1 orang (17%), jumlah informan dengan tingkat S1 sebanyak 5 orang (83%), dan jumlah informan dengan tingkat SMA dan S2 sebanyak 0 orang (0%), dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa di seksi PDI pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota sebagian besar berpendidikan S1.


(58)

4. Klasifikasi Informan Berdasarkan Golongan

Golongan informan yang akan dipakai dalam penelitian ini berkisar antara non golongan hingga IVd. Dibawah ini adalah tabel yang menjelaskan tentang golongan informan.

Tabel 4.4 Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Golongan

No. Usia Frekuensi Persentase (%)

1 IIa-IId 3 50

2 IIIa-IIId 3 50

3 IVa-Ivd 0 0

Total 6 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari informan, kelompok golongan IIa-IId sebanyak 3 orang (50%), jumlah informan yang golongan antara IIIa-IIId sebanyak 3 orang (50%), dan jumlah informan yang golongan antara IVa-IVd sebanyak 0 orang (0%). Hal ini menunjukkan bahwa pegawai di seksi PDI pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota yang bergolonngan IIa-IId dan IIIa-IIId sama banyaknya.

5. Klasifikasi Informan Berdasarkan Masa Bekerja

Penulis meneliti sudah berapa lamanya telah bekerja infoman di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Dibawah ini adalah tabel yang menjelaskan tentang lamanya bekerja informan berkisar dari < 5tahun sampai lebih dari 15 tahun.


(59)

Tabel 4.5 Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Masa Bekerja

No. Usia Frekuensi Persentase (%)

1 < 5 tahun 2 33

2 5-9 tahun 0 0

3 10-15 tahun 3 50

4 Lebih dari 15 tahun 1 17

Total 6 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari informan, yang telah bekerja pada < 5 tahun sebanyak 2 orang (33%), jumlah informan yang telah bekerja 5-9 tahun sebanyak 0 orang (0%), jumlah informan yang telah bekerja 10-15 tahun sebanyak 3 orang (50%), dan jumlah informan yang telah bekerja lebih dari 15 tahun sebanyak 1 orang (17%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pegawai di seksi PDI pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah pegawai yang mempunyai masa kerja yang 10-15 tahun.

4.2Pendapat Informan Mengenai Peranan Kepemimpinan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan Di KPP Pratama Medan Kota

Pada Penelitian ini, Penulis membuat pedoman wawancara dan metode kuesioner. Penulis mewawancarai informan utama dan informan kunci. Didalam pengambilan data wawancara, penulis dapat mewawancarai informan utama yaitu Bapak Irwan Harefa SE. M. AK dan mewawancarai informan kunci yaitu Ibu Ika Rotua Sinurat SE. Dan penulis juga mengambil hasil pembagian kuesioner kepada informan tambahan yaitu pegawai seksi PDI yang berjumlah 6 orang.

Masing-masing informan utama dan kunci bersedia dan telah menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti mengenai peran kepemimpinan wanita dalam


(60)

pengambilan keputusan di kantor pelayanan pajak pratama medan kota. Serta informan tambahan sudah menjawab pertanyaan dari kuesioner mengenai kinerja kepala seksi PDI menurut pendapat mereka. Kemudian, seluruh jawaban dari informan akan di abstraksikan dan disimpulkan. Berikut ini adalah hasil data mengenai pertanyaan yang diajukan melalui kusioner yang diperoleh selama penelitian beserta kutipan hasil wawancara tentang peranan kepemimpinan wanita dalam pengambilan keputusan di kantor pelayanan pajak pratama medan kota dapat dilihat, antara lain :

1. Distribusi Jawaban Informan Mengenai Kesesuaian Mengikuti Aturan

Standart Operating Procedures

SOP (Standart Operating Procedures) adalah panduan hasil kerja yang diinginkan serta proses kerja yang harus dilaksanakan. Prosedur tersebut haruslah mudah dipahami dan dapat di implemetasikan dengan baik. Tabel dibawah ini adalah jawaban dari informan tentang pertanyaan apakah Kepala Seksi selalu mengikuti aturan SOP.

4.6 Tabel Kepala Seksi Selalu Mengikuti Aturan SOP

No. Jawaban Frekuensi Persentase (%)

1 Iya 6 100

2 Kadang-kadang 0 0

3 Tidak 0 0

Total 6 100

Sumber : Kuesioner Penelitian 2015

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 6 orang informan yang ada, sebanyak 6 orang (100%) menjelaskan bahwa kepala seksi selalu mengikuti aturan SOP, dan sebanyak 0 orang (0%) menjawab tidak.


(1)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA-S1 EKSTENSI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Saya seorang mahasiswa pada Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dengan identitas sebagai berikut :

Nama : Rina Febriani

NIM : 130921037

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Universitas : Universitas Sumatera Utara (USU), Medan

Bermaksud melakukan penelitian mengenai Peranan Kepemimpinan Wanita Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota) kemudian dari hasil jawaban tersebut akan dianalisis dan disimpulkan. Saya memohon kepada Saudara untuk bersedia menjawab wawancara ini sesuai dengan hati nurani Saudara sendiri dan berkenan untuk memberi data yang saya perlukan, demi kelancaran tugas yang diberikan kepada saya.

Demikianlah atas kerja samanya, tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih.

Penulis,


(2)

DAFTAR WAWANCARA

KEPALA KANTOR:

1. Berapa umur bapak sekarang?

2. Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai Kepala Kantor di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ini?

3. Berapakah jumlah pegawai yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ini?

4. Apa kriteria untuk menjadi pemimpin di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota?

5. Berapakah jumlah Pegawai Wanita yang menduduki jabatan sebagai pemimpin di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ini ?

6. Menurut Bapak, apa perbedaan pemimpin wanita dengan pemimpin laki-laki dalam hal pengambilan keputusan?

7. Pada Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota ini, apakah masih terdapat diskriminasi bagi para wanita untuk dapat menduduki jabatan sebagai pemimpin ?

8. Menurut Bapak, apakah pemimpin wanita disini sudah berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan?


(3)

KASI WANITA :

1. Berapa umur ibu sekarang?

2. Sudah berapa lamakah ibu bekerja dan mengabdi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ini ?

3. Apakah Ibu pernah mengalami persoalan (konflik) status ketika memegang peranan sebagai pemimpin di dalam Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ini dan bagaimana sikap ibu dalam menghadapi konflik tersebut ?

4. Bagaimanakah cara ibu dalam menjaga hubungan dengan sesama rekan kerja, atasan kerja maupun dengan para pelaksana di dalam Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota ini ?

5. Menurut Ibu, apakah pendidikan merupakan faktor yang penting dalam menunjang jabatan sebagai Kepala seksi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ini ?

6. Apakah Ibu setuju bahwa wanita harus dilibatkan ke dalam berbagai pembangunan di Indonesia ?

7. Bagaimana harapan ibu ke depan terhadap peranan wanita diberbagai bidang pembangunan khususnya di kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota ini? 8. Bagaimana cara ibu dalam proses pengambilan keputusan? Apakah dengan

berdiskusi kepada bawahan atau dengan keputusan sendiri?

9. Apakah ibu pernah konflik dengan bawahan disini dalam proses pengambilan keputusan?

10.Bagaimana cara ibu memotivasi pegawai agar mau mengikuti keputusan yang telah ibu ambil?


(4)

JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA – FISIP UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jl. Dr. A. Sofyan Nomor 1, Kampus USU Padang Bulan Medan Kode Pos 20155

Bapak/Ibu yang saya hormati,

Saya mahasiswa jurusan Administrasi Negara (Ekstensi), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik di Universitas Sumatera Utara. Dalam hal ini saya sedang melakukan penelitian untuk Skripsi saya, kuisioner ini berhubungan dengan persepsi anda sebagai pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Hasil kuisioner ini bukan untuk di publikasikan tetapi hanya untuk kepentingan peneliti semata.

Atas bantuan, kesediaan, dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

1. Jenis Kelamin : laki laki perempuan

2. Usia : 20-30 31-40 41-50

diatas 50

3. Pendidikan : tamat SMA Diploma S1 S2 4. Golongan : IIa-IId IIIa-IIId IVa-IVd

Non Golongan

5. Lama bekerja disini : < 5tahun 5-9tahun 10-15tahun lebih dari 15tahun

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah Kepala Seksi anda selalu mengikuti aturan SOP?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

2. Menurut anda, Apakah Kepala Seksi anda memiliki sikap yang jelas dalam menetapkan target kerja yang harus dicapai oleh anggotanya?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak


(5)

3. Menurut anda, Apakah Kepala Seksi anda cepat dalam mengambil keputusan jika dihadapkan masalah?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

4. Apakah Kepala Seksi anda memberikan sanksi atau hukuman terhadap hasil kerja anggotanya yang buruk?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

5. Menurut anda, Apakah Kepala Seksi anda menerapkan peraturan kerja dengan sangat disiplin?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

6. Apakah Kepala Seksi anda memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk pengikutsertaan dalam pengambilan keputusan?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

7. Menurut anda, Apakah Kepala Seksi anda

memberikan motivasi kepada anggota dalam menyelesaikan pekerjaan?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

8. Menurut anda, Apakah Kepala Seksi menjalin komunikasi yang baik dengan anggotanya?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

9. Apakah Kepala Seksi memberikan kebebasan kepada anggotanya dalam mengungkapkan ide atau pendapat?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

10. Apakah Kepala Seksi anda memberikan toleransi penundaan pekerjaan karena alasan tertentu (sakit, keluarga)?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

11. Menurut anda, Apakah Kepala Seksi anda adalah pemimpin yang baik selama ini?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

12. Apakah Kepala Seksi anda peduli dengan masalah yang dihadapi anggotanya?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

13. Apakah dalam menghadapi masalah Kepala Seksi anda menggunakan pendekatan secara emosional?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak

14 Menurut anda, Apakah Kepala Seksi anda memberikan pengarahan yang jelas kepada anggotanya?

a. Iya

b. Kadang-kadang c. Tidak


(6)

15 Menurut anda, Apakah Kepala Seksi adalah pemimpin yang menghargai anggotanya?

a. Iya

b. Kadang-Kadang c. Tidak