Profil Informan dan Temuan Lapangan 1. Informan Utama

49 4.3.Gambaran umum Informan penelitian Informan kunciutamadalam penelitian ini sebanyak 10 orang yang merupakan pemulung yang menggunakan tenaga saja dan pemulung yang menggunakan tenaga dan modal uang untuk bekerja toke kecil.Dan 3 orang informan tambahan yaitu toke besar, warung langganan dan rumah tangga langganan. Berikut merupakan data informan kunciinti dalam penelitian berdasarkan usia, pekerjaan dan lama bekerja sebagai pemulung. Tabel 12 Data Informan Utama Penelitian No. Nama Usia Pekerjaan Sudah menjadi pemulung 1. Lasmaria br. Butar-butar 51 tahun Pemulung Lepas dan Toke kecil 10 tahun 2. Karisman Manalu 46 tahun Pemulung Lepas 12 tahun 3. Hotmananda simamora 36 tahun Pemulung lepas 5 tahun 4. Nurmala situmorang 46 tahun Pemulung lepas 12 tahun 5. Gabe tumiar sipahutar 43 tahun Pemulung lepas 12 tahun 6. Nurmaida br. Simangunsong 50 tahun Pemulung lepas dan toke kecil 12 tahun 7. Manogihon situmorang 29 tahun Pemulung berbandar 10 tahun 8. Tukkot manalu 29 tahun Pemulung lepas 15 tahun 9. Rossiner Br. Opsungguk 46 tahun Pemulung lepas 10 tahun 10. Diana br. Naibaho 43 tahun Pemulung lepas 10 tahun Sumber: Data primer 2016 4.4. Profil Informan dan Temuan Lapangan 4.4.1. Informan Utama

1. Informan Pertama

Data informan: Nama : Lasmaria br. Butar-butar Usia : 51 tahun Universitas Sumatera Utara 50 Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMA Asal : Pekanbaru Penghasilan per bulan : ± Rp. 1.200.000 Tanggungan : 2 orang anak dan suami Bu Lasmaria adalah seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pemulung selama 10 tahun, sebelum ia bekerja sebagai pemulung, dulunya sewaktu gadis dia bekerja di pabrik Lion Star di Jakarta sebagai karyawan pengiriman luar kota. Setelah menikah ia merantau ke Sumatera Utara dan menetap di perumahan Cendana dan bekerja sebagai pemulung lepas juga sebagai toke kecil. Bu Lasmaria memiliki 3 orang anak, anak pertama tamatan SMK bekerja sebagai supir mobil transportasi di Jakarta, anak kedua tamatan SMP dan sekarang sudah menikah dan memilik anak 1 berusia 1 tahun, dan ia bekerja menjual pakaian kredit disekitar rumah orang tuanya, dan anak yang ketiga masih sekolah SMP kelas 1. Bu lasmaria bekerja mulai jam 08.00-18.00 wib setiap harinya. Wilayah kerjanya disekitar tanjung morawa dan batang kuis.Bu Lasmaria memiliki langganan rumah tangga dan langganan sekolah, jadi setiap hari bu Lasmaria keliling kerumah-rumah langganan dan kesekolah langganannya. Pendapatan hariannya berkisarantara Rp. 150.000 - Rp.200.000harinya. Dipotong dengan uang minyak becak perhari Rp.20.000hari, pendapatan bersihnya berkisar Rp.130.000-Rp. 180.000 harinya termasuk dengan modal usaha bu lasmaria. Saat Universitas Sumatera Utara 51 ini bu Lasmaria sebagai tulang punggung keluarga, walaupun ia masih mempunyai suami akan tetapi suaminya sudah 3 bulan ini hanya bisa dirumah saja karena terkena penyakit kolesterol sehingga membuat suaminya tidak dapat banyak bergerak dan hanya bisa istirahat dirumah saja karena masih dalam proses pengobatan. • Strategi aktif informan pertama Pendapatan bu Lasmaria tergolong rendah, dikarenakan ia hanya bekerja sendiri untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan segala kebutuhan hidup yang semakin mahal dan tinggi, cara bu Lasmaria mempertahankan kehidupannya adalah dengan cara usaha sampingan yaitu menjual pakaian monzabekas. Jadi setiap hari senin-sabtu bu lasmaria bekerja sebagai pemulung sedangkan dihari minggunya ia berjualan pakaian bekas di pasar mingguan desa. Akan tetapi karena kenaikan harga pakaian bekas belakangan ini bu lasmaria berhenti sementara karena keterbatasan modal untuk belanja pakaian bekas yang harganya sudah mahal perbalnya. Cara lain yang dilakukan bu Lasmaria adalah biasanya dengan menukangi barang-barang bekas yang terbuat dari bahan logam, biasanya harga bahan logam perkilonya mulai Rp. 5000 – Rp. 40.000kg. Akan tetapi sebelum dijual ke toke besar biasanya barang-barang logam tersebut di sortir lagi bagian dalamnya, jika ada yang masih bagus akan dijual dengan harga yang berbeda. Begitulah cara bu Lasmaria menambah penghasilannya dengan kemampuan nya mengolah barang- barang bekas. Seperti ungkapan informan mengatakan : “ Kami pun dek, kalau tidak pintar-pintar menjual barang bekas ini, gak akan dapat untung lebih, misalnya seperti bahan-bahan logam, biasanya didalam bahan logam itu ada alat-alatnya yang masih bagus, jadi kami bongkar lah alatnya, kami pisahkanlah alat yang Universitas Sumatera Utara 52 bagusnya, biasanya kalo kami menjual terpisah itu bisa dapat untung 20-30rbkg nya, begitulah cara kami dek untuk menambah uang belanja rumah ini” L, 51th. • Strategi Pasif Informan pertama Strategi pasif adalah strategi yang dilakukan untuk menghemat pengeluaran keluarga, carabu Lasmaria menghemat pengeluaran adalah dengan cara menghemat biaya pangan, pendidikan dan kesehatan. Menghemat biaya pangan dengan cara makan dengan lauk seadanya, keluarga bu Lasmaria juga sudah tidak bisa memakan daging karena terkena penyakit kolesterol, sehingga mereka hanya makan menggunakan ikan saja, tahu dan tempe serta sayuran hijau. Karena pendapatan terbatas keluarga bu Lasmaria memenuhi kebutuhan keluarga dengan belanja perhari setelah pulang kerja. Menghemat biaya pendidikan, yaitu dengan cara menyekolahkan anak di sekolah negeri sehingga biaya pendidikan tidak terlalu mahal. Hanya menyiapkan biaya jajan harian saja, serta pakaian seragam sekolahnya. Dan menghemat biaya kesehatan dengan mendaftar sebagai keluarga kurang mampu dan mendapat Kartu Indonesia Sehat dari pemerintah, sehingga disaat mereka sakit mereka dapat berobat dengan cara gratis. Kalaupun ada biaya tambahan dikenakan biasanya biaya obat luar saja. • Modal sosial dan ketergantungan informan pertama Bu Lasmaria sangat memanfaatkan modal sosialnya sebagai alat pembantu kesulitan dalam hidupnya, misalnya seperti rumah yang ia tempati, ia tidak menyewa rumah, melainkan menetap secara gratis karena rumah yang ia tempati adalah rumah milik keluarganya, jadi sudah selama 10 tahun tinggal di perumahan cendana tidak pernah membayar uang sewa rumah.Becak barang yang informan Universitas Sumatera Utara 53 gunakan juga bukan milik pribadi, melainkan milik saudaranya yang diberi izin pakai tanpa sewa selama bertahun-tahun ini. Selanjutnya modal sosial yang ia bangun kepada langganan rumah tangga dan langganan sekolah, sehingga dengan mudah ia untuk memperoleh barang- barang bekas yang akan ia jual ke toke besar. Hubungan kepercayaan yang dibangun dengan toke juga sangat baik, terlihat dari toke mau memberikan pinjaman uang kepada informan, dan cara pembayarannya juga dapat dicicil. Hal tersebut semua tidak akan terjadi jika informan tidak memiliki modal sosial seperti kepercayaan dan hubungan timbal balik yang diberikan kepada toke selama bertahun-tahun. Seperti ungkapan informan: “Toke juga lihat-lihat orangnya dek, saya dikasih pinjaman karena saya sudah 4 tahun bekerjasama dengan toke, dan saya juga membangun kepercayaan toke kepada saya dengan cara: apabila saya berhutang saya membayarnya tepat waktu, dan saya setia hanya menjual barang saya kedia, makanya dia mau kasih pinjaman dengan saya dan bayar dicicilpun dia mau, semua itu harus ada kepercayaan dek, karena toke juga gak berani kasih sembarangan kalau dia belum percaya sama orangnya” L,51th. Terlihat juga besarnya ketergantungan bu Lasmaria terhadap tokenya disaat dia berada di masa sulit, dan tokenya juga sebaiknya, bahkan tokenya mau membeli barang dengan harga lebih. Selanjutnya Ketergantungan bu Lasmaria terhadap sekolah dan langganan rumah tangganya, terlihat bahwaia harus membangun hubungan yang baik dengan sekolah dan langganan rumah tangganya agar ia tetap dapat bekerjasama dengan langganannya. Cara dia membangun hubungan dengan langganannya adalah dengan cara disaat pelanggannya menghubunginya dan dibutuhkan ia akan segera hadir untuk mengambil barang Universitas Sumatera Utara 54 bekas, ia juga menunjukkan sikap ramah dan baik dalam berkomunikasi. Dan rajin menjalin silaturahmi ke langganannya. • Teori kemiskinan Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun. Berdasarkan pengamatan lapangan, Bu Lasmaria memiliki penghasilan bulanan senilai Rp. 1.200.000bulan, dengan jumlah tanggungan 2 orang yaitu suami dan anak nya.Jika menggunakan nilai tukar beras, setiap bulannya setiap orang wajib menghasilkan 26 kg beras sebagai standar garis kemiskinan. Apabila dirupiahkan maka 26kg = Rp. 260.000orangbulan. Maka seharusnya penghasilan minimal bu Lasmaria dengan 2 orang tanggungannya adalah Rp. 260.000 x 3 = Rp. 780.000bulan. Dengan jumlah penghasilan bu Lasmaria Rp. 1.200.00 – Rp. 780.000 = Rp. 420.000.- maka bu Lasmaria berada satu garis di atas garis kemiskinan. Namun demikian, keluarga bu Lasmaria masih dikatakan miskin karena berdasarkan ukuran di atas, maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Tidak memiliki factor produksi sendiri, seperti tanah, modal dan keterampilan. 2. Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha. 3 kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas self employed berusaha apa saja. Universitas Sumatera Utara 55 Bu Lasmaria tidak memiliki tanah, karena ia masih menumpang di rumah saudaranya, tidak mempunyai modal sendiri karena modal untuk usahanya di peroleh dari pinjaman yang diberikan oleh toke kepadanya. Dan tidak memiliki keterampilan lain selain bekerja sebagai pemulung.

2. Informan kedua

Data informan: Nama : Karisman manalu Usia : 46 tahun Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Laki-laki Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMP Asal : Dolok Sanggul Penghasilan per bulan : Rp. 1.440.00 Tanggungan : 7 orang 6 orang anak dan 1 istri Bapak karisman adalah seorang kepala rumah tangga yang sudah bekerja sebagai pemulung selama 12 tahun.Ia sudah menetap di perumahan Cendana selama 15 tahun. Dan ia bekerja menjadi pemulung bersama istrinya. Ia berasal dari dolok sanggul merantau ke Medan mulai dari ia lajang. Memilik 8 orang anak. 2 anak sudah tamat SMA dan sudah menikah, 2 anak hanya tamat SMP, 1 anak masih smp kelas 1, selanjutnya ada yang SD kelas 6 dan kelas 1 dan terakhir masih balita. Pak karisman sebagai pemulung lepas yang mencari barang bekas dengan cara menyewa becak bersama teman-temannya. Pendapatan harian mereka Universitas Sumatera Utara 56 Rp.50.000org di potong uang sewa becak setiap orang Rp.20.000org. Mereka hanya menerima Rp.30.000org penghasilan bersihnya.Jika berdua dengan istri menjadi Rp.60.000harinya.Mereka memulung semua jenis barang bekas, mulai dari besi, atom, kertas, karton, dan plastik.Ia bekerja mulai pukul 09.00-16.00 wib dilapangan, kemudian menyortir barang-barang dan pulang kerumah jam 18.00- 19.00 wib. Sesampai dirumah istrinya harus belanja dan memasak lagi untuk makan keluarga.Karena mereka belanja setiap hari setelah mereka pulang membawa uang.Wilayah kerja mereka yaitu daerah Pantai Labu, Batang Kuis, Sibiru-biru, Patumbak, Lubuk Pakam, dan Delitua. • Strategi aktif informan kedua Strategi aktif adalah segala usaha dan potensi yang ada dilakukan untuk mempertahankan kehidupan.Dengan pendapatan yang sangat minim untuk membiayai kehidupan anak yang banyak, pak Karisman melakukan strategi aktif dengan cara bekerja bersama istrinya. Istrinya membantu dia untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Dengan keadaan mereka yang berada di bawah garis kemiskinan tanggung jawab mencari nafkah bukan hanya berada di tangan suami, melainkan isteri juga harus turut membantu untuk meringankan beban ekonomi keluarga.Karena jika mereka bekerja berdua mereka bisa mendapat uang Rp.60.000-100.000harinya sehingga dapat memenuhi kebutuhan harian mereka. • Strategi pasif informan kedua Strategi pasif yang digunakan pak Karisman adalah dengan menghemat biaya pangan, pendidikan dan kesehatan. Cara mereka menghemat biaya pangan adalah dengan cara makan dengan lauk seadanya saja, seperti ikan asin, ikan teri, Universitas Sumatera Utara 57 dan sayur rebusan. Mereka juga mendapat bantuan beras kurang mampu dari program bantuan pemerintah dengan membayar Rp.6000 untuk 5kg beras setiap bulannya. Cara mereka menghemat biaya pendidikan mereka dengan cara menyekolahkan anak mereka ke sekolah negeri, sehingga hanya memikirkan uang jajan hariannya saja. Dan cara menghemat biaya kesehatan dengan cara menjadi anggota dari salah satu program bantuan pemerintah yaitu peserta Kartu Indonesia sehat, sehingga mereka bisa berobat kapan saja tanpa biaya gratis. • Modal sosial dan ketergantungan informan kedua Bapak Karisman menggunakan modal sosialnya sebagai cara membantu dia disaat berada dimasa sulit, misalnya disaat dia keabisan uang dan kesulitan untuk membeli kebutuhan pokok, ia dapat mengutang ke warungkede langganannya dengan cara pinjaman sementara. Misalnya hari ini ia mengutang di warung, besoknya ia wajib membayar utangnya ke warung, bisa langsung lunas atau dicicil perharinya. Tentunya ia harus membangun kepercayaan kepada pemilik warung agar dapat memberikan pinjamanutangan barang kepadanya. Dan ia memiliki ketergantungan terhadap pemilik warung, karena bagaimanapun disaat ia kesulitan untuk makan, ia hanya dapat meminta bantuan ke warung, karena kalau minta bantuan ke tetangga atau teman-teman, biasanya tidak akan dapat bantuan karena mereka sama-sama susah. Seperti ungkapan informan: “kalau disaat barang botot lagi sepi, pendapatanpun sedikit, ya harus ngutang dulu lah kewarung, besoknya setelah dapat duit baru dibayar, Cuma warung yang dapat kasih hutangan, itupun besoknya harus langsung bayar, kalau tidak dibayar besoknya sulit untuk dikasih ngutang lagi, kalau pinjam ke tetangga atau kawan sama aja, kamikan sesama pemulung, jadi sama susahnya, tidak bisa untuk meminjam” K, 49th. Universitas Sumatera Utara 58 Keluarga pak Karisman sangat bergantung terhadap pemilik warung, dan oleh sebab itu mereka menjaga hubungan yang baik dengan pemilik warung. • Teori kemiskinan Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun. Berdasarkan pengamatan lapangan, pak Karisman memiliki penghasilan Rp. 1.440.000bulan dengan jumlah tanggungan 7 orang, maka seharusnya penghasilan pak Karisman tiap bulannya adalah Rp. 260.000 x 7 = Rp. 1.820.000bulan, sedangkan pada kenyataannya penghasilan pak Karisman hanya Rp. 1.440.000 bulan. Selisihnya adalah minus Rp. 380.000.- dapat disimpulkan bahwa keluarga pak Karisman berada di bawah garis kemiskinan.

3. Informan ketiga

Data Informan: Nama : Hotmananda Simamora Usia : 36 tahun Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Laki-laki Status : menikah Pendidikan terakhir : SMA Asal : Dolok sanggul Penghasilan : Rp. 960.000 Tanggungan : 4 orang 3 anak dan 1 istri Universitas Sumatera Utara 59 Pak Hotman bekerja sebagai pemulung sudah 5 tahun belakangan ini, iasudah menetap di perumahan Cendana selama 5 tahun juga. Pak Hotman memiliki 3 orang anak, anak yang pertama masih berada dikelas 1 SD, dan anak ke 2 dan ke 3 masih Balita.Ia menyewa rumah di perumahan Cendana dengan bayaran sewa rumah 1,5jttahunnya. Pak Hotman kategori pemulung lepas yang setiap harinya memulung bersama-sama dengan teman-temannya menggunakan becak sewaan.Uang sewa becak perorangnya Rp.20.000orang setiap harinya, pendapatan harian pak hotman berkisar antara Rp.30.000-Rp.40.000hari, itu pun sudah dipotong uang sewa becak. Jam kerjanya mulai dari jam 09.00-16.00 wib belum termasuk menyortir barang, biasanya kalau hitung sampai mereka menjual ke toke, biasanya mereka pulang sekitar jam 18.00-19.00 wib tiba dirumah. • Strategi aktif informan ketiga Strategi aktif yang digunakan pak Hotman adalah dengan memanfaatkan segala tenaga dan waktunya untuk mencari barang bekas dilapangan dengan sebanyak-banyaknya, bahkan jika masih kurang banyak, ia bersama teman- temannya memperpanjang waktu kerja mereka hingga mereka mendapatkan barang bekas yang bisa memberikan uang yang layak buat belanja rumah tangga nya. • Strategi pasif informan ketiga Strategi pasif yang digunakan pak Hotman adalah dengan cara menghemat biaya kehidupan mereka, menghemat biaya kehidupan sehari-hari, keluarga pak Hotman lebih mengutamakan untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras, lauk pauk seadannya saja seperti telur, ikan asin, ikan teri dan sayuran rebusan. Untuk pakaian juga mereka lebih memilih pakaian bekasmonza dari pada pakaian Universitas Sumatera Utara 60 baru.Karena yang terpenting bagi mereka bisa makan saja sudah lebih baik dan bersyukur. • Modal sosial dan ketergantungan informan ketiga Pak Hotman berada di perumahan Cendana masih terhitung baru 5 tahun, dan ia pindah dari dolok sanggul ke perumahan Cendana juga karena ia bersaudaraan dengan pak Karisman informan ke 2 di penelitian ini.Ia bersaudara ipar dengan pak Karisman melalui istri mereka. Ia pindah ke perumahan Cendana karena pak Karisman sudah duluan tinggal di Cendana, dan potensi untuk bekerja sebagai pemulung juga ada, karena di kampungnya sendiri sulit untuk mencari pekerjaan, seperti ungkapan informan 3 : “ saya pindah kemari karena ada saudara saya sudah tinggal disini, dikampung susah untuk cari kerjaan, saya lihat abang itu aja anaknya 8 bisa hidup dengan memulung, kenapa saya tidak mencoba, kalau hidup di rantau orang ya harus kuat, susah senang ditanggung bersama.” H, 36th Terlihat bahwa pak Hotman menggunakan modal sosialnya untuk mendapatkan tempat dan usaha, melalui saudaranya ia akhirnya mendapat pekerjaan walau hanya sebagai pemulung setidaknya ia bisa memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya. Pak Hotman juga bercerita, disaat ia mengalami krisis keuangan ia biasanya mengutang ke warungkede langganannya, dan ia bisa membayarnya dengan cara mencicil. Tentunya ia sudah membangun modal sosial yang baik dengan pemilik warungkede sehingga pemilik warung mengizinkannya untuk menghutang dan bisa membayarnya dengan caradi cicil setiap harinya. • Teori kemiskinan Universitas Sumatera Utara 61 Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun. Berdasarkan pengamatan lapangan, pak Hotman memiliki penghasilan perbulan Rp. 960.000bulan dengan jumlah tanggungan 4 orang. Seharusnya penghasilan minimal pak Hotman setiap bulannya adalah senilai Rp. 260.000 x 5 = Rp. 1.300.000bulan. Sedangkan penghasilan riil pak Hotman adalah Rp. 960.000bulan, maka dapat dikatakan pak Hotman berada di bawah garis kemiskinan.

4. Informan keempat

Data informan: Nama : Nurmala Situmorang Usia : 46 tahun Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Perempuan Status : Janda Pendidikan terakhir : SMA Asal : Dolok Sanggul Penghasilan : Rp. 1.200.000 Tanggungan : 4 orang anak Ibu nurmala adalah seorang ibu rumah tangga tunggal janda,ia bekerja sebagai pemulung sudah 12 tahun, dari ia mulai tinggal di perumahan Cendana, ia Universitas Sumatera Utara 62 termasuk kedalam tipe pemulung lepasswausaha yang setiap harinya bekerja mulai pukul 09.00-16.00 wib dilapangan, selanjutnya menyortir lagi hingga pukul 18.00 wib dan malam tiba dirumah, bu nurmala setiap harinya menumpang becak bersama teman-temannya untuk memulung kelapangan, daerah pulungan mereka biasanya mulai dari Batang Kuis, Lubuk Pakam, Perbaungan hingga Galang. Pendapatan hariannya Rp. 50.000hari dan sudah dipotong uang sewa becak Rp. 20.000org. ia memiliki 4 orang anak, 2 anak sudah tamat SMA, 1 masih SMP, dan 1 lagi masih sekolah SD kelas 5. Ia menyewa di perumahan sudah 12 tahun dan membayar sewa rumah pertahunnya Rp. 1,5jttahun. • Strategi aktif informan keempat Strategi aktif yang digunakan bu nurmala adalah dengan mengajak anaknya untuk ikut dalam memulung, jadi bisa menambah penghasilan harian mereka. Selanjutnya ia memanfaatkan segala usaha dan tenaga yang ia miliki untuk menambah pendapatan hariannya dengan cara memperpanjang jam kerja dan lebih giat disaat berada dilapangan agar mendapat banyak barang bekas. • Strategi pasif informan keempat Strategi pasif yang digunakan bu nurmala ialah dengan cara menghemat pengeluaran keluarga yaitu dengan cara lebih mengutamakan membeli kebutuhan pokok seperti makan dan minum keluarga, makan dengan menggunakan lauk seadanya, seperti ikan asin dan ikan teri. Selanjutnya menghemat biaya pendidikan anak-anaknya dengan cara menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri, jadi tidak mengeluarkan biaya apapun selain pakaian seragam dan jajan harian anak. Berikutnya ia menghemat biaya kesehatan dengan cara mendaftar sebagai anggota Kartu Indonesia Sehat KIS, jadi bila ia dan keluarga sakit bisa Universitas Sumatera Utara 63 menghemat biaya kesehatan bahkan tidak bayar sama sekali karena kartu Indonesia Sehat KIS adalah program kesehatan dari pemerintah bagi masyarakat yang kurang mampu, jadi tidak dikenakan biaya apapun. • Modal sosial dan ketergantungan informan keempat Modal sosial meliputi jaringan, kepercayaan dan hubungan timbalbalikkerjasama, bu Nurmala sebagai orangtua tunggal didalam kehidupannya menggunakan modal sosial, seperti jaringanrelasi yang ia bangun didaerah tempat tinggalnya, ia sangat dekat kepada tetangganya baik sesama pemulung maupun tidak, dan ia termasuk memiliki banyak saudara di perumahan itu karena banyak yang 1 kampungnya tinggal di perumahan Cendana tersebut, dan disaat ia kesulitan ia juga sering meminta bantuan kepada kerabatnya yang 1 kampung dengan dia. Selanjutnya kepercayaan dan hubungan yang ia bangun dengan pemilik warung langganannya, karena disaat ia berada dalam kesulitan keuangan, biasanya ia mengutang kewarung langganannya untuk belanja kebutuhan pokok, dan membayarnya dengan cara dicicil setiap hari sepulang kerja. Berikutnya bentuk ketergantungan yang terjadi antara bu Nurmala terhadap toke nya terlihat disaat ia membutuhkan duit untuk kehidupannya, selain ia mengutang ke warung ia juga biasanya meminjam duit kepada tokenya, pinjaman yang diberikan pun bersifat sementara, dan banyak pinjaman juga terbatas, paling banyak hanya Rp.50.000 karena tokenya juga banyak memberikan pinjaman kepada pemulung yang lainnya. Maksud pinjaman sementara disini adalah misalnya ia meminjam uang hari ini kepada toke, besok harinya disaat ia mau menjual barang hutangnya langsung dipotong oleh tokenya. Universitas Sumatera Utara 64 • Teori kemiskinan Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun. Berdasarkan pengamatan lapangan, penghasilan bu Nurmala Rp. 1.200.000bulan dengan jumlah tanggungan 4 orang.Dengan teori garis kemiskinan seharusnya penghasilan minimal bu Nurmala adalah Rp. 260.000 x 5 =1.300.000bulan.Dengan melihat penghasilan riil bu Nurmala hanya Rp. 1.200.000bulan maka dapat disimpulkan bahwa keluarga Bu Nurmala berada di bawah garis kemiskinan.

5. Informan kelima

Data informan : Nama : Gabe tumiar sipahutar Usia : 43 tahun Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMA Asal : Sibolga Penghasilan : Rp. 1.200.000 Tanggungan : 4 orang anak Universitas Sumatera Utara 65 Ibu Gabe adalah seorang pemulung lepas yang sudah bekerja sebagai pemulung selama 12 tahun, ia bekerja sebagai pemulung pengumpul dijalanan, ia mencari barang bekas dengan cara berjalan kaki setiap hari mulai dari Tanjung Morawa hingga Batang Kuis. Jam kerja bu Gabe mulai dari pukul 08.00-17.00 wib. Bu Gabe memiliki 5 orang anak,1 sudah menamatkan sekolah SMA, kemudian 1 tamatan SMK, dan 3 anak lagi masih berada di SD. Bu Gabe tinggal di perumahan cendana tidak membayar uang sewa rumah dikarenakan rumah yang ia tempati adalah rumah keluarga. Pendapatan harian bu Gabe Rp. 50.000hari. • Strategi aktif informan kelima Strategi aktif bu Gabe dalam penelitian ini adalah ia bersama-sama dengan suami bekerja untuk mencari nafkah, suaminya bekerja sebagai tukangburuh bangunan, namun bekerja sebagai tukang bangunan tidak selamanya ada, terkadang disaat tidak ada suaminya ikut membantunya untuk memulung di jalanan. • Strategi pasif informan kelima Strategi pasif yang digunakan bu Gabe adalah dengan cara menghemat biaya kebutuhan pangan yaitu lebih mengutamakan untuk membeli makanan pokok seperti beras, gula, bubuk teh dan ikan asin sebagai kebutuhan pokok. Mereka makan dengan lauk seadanya yang penting bagi mereka bisa makan setiap hari aja sudah bersyukur.Selanjutnya menghemat biaya pendidikan dengan menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah negeri. Dan menghemat biaya kesehatan dengan cara mendaftar sebagai anggota Kartu Indonesia Sehat KIS program bantuan masyarakat kurang mampu dari presiden jokowi. Universitas Sumatera Utara 66 • Modal sosial dan ketergantungan informan ke lima Modal sosial meliputi jaringan, kepercayaan, dan hubungan timbal balik, bu gabe menggunakan jaringannya untuk membantu kehidupannya seperti tempat tinggalrumah yang ia tempati adalah rumah miliki keluarganya, sehingga ia diringankan untuk tidak membayar biaya sewa rumah. Kemudian kepercayaan dan hubungan timbalbalik yang dibangun oleh bu gabe terhadap koperasi yang biasanya ia mintai bantuan disaat ia dalam masa krisis keuangan. Bu gabe meminjam uang koperasi dan membayar cicilannya dengan cara bayaran Rp.15.000harinya. • Teori kemiskinan Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun. Berdasarkan pengamatan lapangan, bu Gabe memiliki penghasilan Rp. 1.200.000bulan dengan tanggungan 4 orang anak. Dengan menggunakan penghitungan garis kemiskinan seharusnya penghasilan bu Gabe tiap bulannya adalah Rp. 260.000 x 5 = Rp. 1.300.000 bulan, sedangkan penghasilan riil bu Gabe hanya Rp. 1.200.000bulan. Maka dapat disimpulkan keluarga bu Gabe berada di bawah garis kemiskinan.

6. Informan ke enam

Data informan: Nama : Nurmaida br. Simangunsong Universitas Sumatera Utara 67 Usia : 50 tahun Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMA Asal : Balige Penghasilan : Rp. 1.200.000.- Tanggungan : 3 orang anak Bu Nurmaida tergolong dalam pemulung lepas, ia bekerja kelapangan dengan menaiki becak bersama teman-temannya, ia memiliki becak tetapi ia belum menjadi toke kecil karena belum ada modal. Ia bekerja sebagai pemulung sudah 12 tahun. Dan ia tinggal di perumahan Cendana sudah 16 tahun. Ia menyewa di perumahan Cendana dengan bayaran sewa Rp. 2.000.000tahunnya. Ia bekerja mulai dari 08.00-17.00 wib, daerah kerja bu Nurmaida yaitu daerah Lubuk Pakam, Galang, Tumbukan, Delitua, dan Pantai Labu. Bu Nurmaida memiliki anak 6, 3 anak sudah tamat SMA, 1 masih SMP, dan 2 lagi masih SD. Pendapatan harian bu Nurmaida adalah Rp. 50.000hari biasanya ia belanja kebutuhan rumah disaat ia sudah pulang membawa duit. • Strategi aktif informan ke enam Strategi aktif yang digunakan bu Nurmaida adalah dengan bekerjasama bersama suaminya mencari nafkah, suaminya bekerja sebagai pekerja bangunan, anak bu Nurmaida juga ikut membantunya mencari barang bekas dilapangan disaat tidak sekolahlibur. • Strategi pasif informan ke enam Universitas Sumatera Utara 68 Strategi pasif yang digunakan bu nurmaida adalah dengan cara menghemat pengeluaran keluarga, seperti biaya kebutuhan pangan mereka biasanya makan dengan lauk seadanya, makan dengan menggunakan nasi dan ikan asin saja. Kalau mau makan daging disaat hari besar saja, seperti hari natal.Selanjutnya menghemat biaya pendidikan dengan menyekolahkan anak di sekolah negeri.Kemudian menghemat biaya kesehatan dengan mendaftar sebagai anggota Kartu Indonesia Sehat sehingga bisa berobat kapan saja dan tanpa biaya. • Modal sosial dan ketergantungan informan ke enam Bu Nurmaida memanfaatkan modal sosialnya yaitu jaringan yang ia miliki untuk membantunya dimasa sulit, yaitu warung langganan dekat rumah yang biasanya dijadikan tempat untuk menghutang disaat dia dan keluarga tidak dapat pinjaman dari tetangga atau saudara. Selanjutnya toke yang mau membantu memberikan hutangan walau hanya pinjaman sementara setidaknya dapat meringankan kesulitan dalam rumah tangga bu nurmaida, kepercayaan dan hubungan timbal balik yang dibangun bu Nurmaida dengan toke dapat memberikan dampak baik terhadap kehidupannya. • Teori kemiskinan Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun. Berdasarkan pengamatan lapangan, penghasilan bulanan bu Nurmaida perbulan adalah Rp. 1.200.000 dengan tanggungan 3 orang anak, seharusnya penghasilan minimal per bulan bu Nurmaida berdasarkan pengukuran garis Universitas Sumatera Utara 69 kemiskinan adalah Rp. 260.000 x 4 = Rp. 1.040.000. dengan melihat penghasilan riil bu Nurmaida Rp. 1.200.000 bulan maka dapat dikatakan bu Nurmaida berada satu garis di atas garis kemiskinan. Namun keluarga bu Nurmaida masih tergolong miskin karena tidak memiliki factor produksi sendiri seperti tanah, modal, dan keterampilan. Dapat di lihat rumah yang ditempati bu Nurmaida adalah rumah sewaan, itu berarti bu Nurmaida tidak memiliki tanah. Selanjutnya bu Nurmaida tidak memiliki modal untuk usahanya, dan ia juga tidak memiliki keterampilan lain selain bekerja sebagai pemulung.

7. Informan ke tujuh

Data informan : Nama : Manogihon situmorang Usia : 29 tahun Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Laki-laki Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMP Asal : Dolok Sanggul Penghasilan per bulan : Rp. 720.000.- Tanggungan : 3 orang 2 anak dan 1 istri Pa Manogihon adalah seorang pemulung berbandar, ia mendapatkan becak barang yang disewakan oleh tokenya, ia bekerja sebagai pemulung sudah 10 tahun, mulai dari ia sebelum menikah, ia bekerja mulai 08.00-19.00 wib selesai Universitas Sumatera Utara 70 menyortir dan menjual, wilayah kerjanya di Batulapan Perbaungan, Patumbak, dan Batang Kuis. Pendapatan hariannya Rp.50.000hari dipotong biaya sewa becak perhari Rp.20.000 di berikan ke toke, penghasilan bersih yang ia terima Rp. 30.000harinya. Ia memiliki 2 anak, anak pertama sekolah Tk, dan anak keduanya masih Balita. Ia menyewa rumah dengan bayaran Rp. 1,5jttahun. • Strategi aktif informan ke tujuh Strategi aktif yang digunakan pak Manogihon adalah dengan cara bekerja bersama istri dan adeknya, jadi mereka bertiga menaiki becak berkeliling dilapangan mengumpuli barang-barang bekas. • Strategi pasif informan ke tujuh Strategi pasif yang digunakan pak Manogihon adalah dengan cara menghemat biaya kebutuhan pokok, mereka lebih memilih makan dengan menggunakan lauk seadanya, yaitu makan dengan nasi dan ikan asin serta sayuran hijau yang direbus.Untuk makan daging biasanya disaat ada acara pesta dan di acara Natal. • Modal sosial dan ketergantungan informan ke tujuh Ia menggunakan modal sosialnya disaat ia berada di masa sulit keuangan, biasanya disaat ia tidak mendapat pinjaman lagi dari saudara dan tetangga ia biasanya meminta bantuan dengan cara meminjam kepada rentenir, dan menghutang kekede. Bentuk ketergantungan yang terjadi antara pak Manogihon terhadap tokenya terlihat dari becak yang ia gunakan adalah becak milik tokenya, ia hanya membayar uang sewa Rp.20.000harinya. Dan ia sudah bekerjasama dengan tokenya selama 7 tahun sehingga tokenya memberi kepercayaan memberikan becaknya. Tentunya di dalam ketergantungan pak Manogihon Universitas Sumatera Utara 71 terhadap tokenya, tokenya juga membutuhkan dia untuk menambah barang bekas di lapaknya.Selanjutnya Adiknya juga turut membantu belanja di rumah di saat pak Manogihon kesulitan keuangan. • Teori kemiskinan Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun. Berdasarkan pengamatan lapangan, penghasilan pak Manogihon adalah Rp. 720.000bulan dengan jumlah tanggungan 3 orang 2 anak dan 1 istri.Dengan menggunakan pengukuran garis kemiskinan seharusnya pendapatan minimal pak Manogihon seharusnya Rp. 1.040.000bulan, sedangkan pendapatn riil pak Manogihon adalah Rp. 720.000bulan.Dapat disimpulkan bahwa keluarga pak Manogihon berada di bawah garis kemiskinan.

8. Informan ke delapan

Data Informan : Nama : Tukkot manalu Usia : 29 tahun Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Laki-laki Status : Menikah Pendidikan terakhir : SD Asal : Sibolga Universitas Sumatera Utara 72 Penghasilan per bulan : Rp. 1.200.000.- Tanggungan : 5 orang 4 org anak dan 1 istri Pak Tukkot adalah tipe pemulung lepas yang menggunakan becak nya sendiri kelapangan, biasanya ia bersama teman-teman pemulung lain menumpang dibecak milik pribadinya keliling meleles barang bekas dilapangan, pak Tukkot sudah 15 tahun menjadi pemulung, ia memiliki anak 4 orang. Ke 4 anaknya masih Balita, ia mulai kerja setiap harinya mulai pukul 08.00-17.00 wib, daerah kerjanya seputaran Batang Kuis, Pantai Labu, dan Galang, pendapatan hariannya Rp.70.000 kotor, di potong uang minyak Rp.20.000hari, ia menerima pendapatan Rp.50.000 setiap harinya.Ia menyewa di perumahan cendana dengan bayaran 1,5jttahun. • Strategi aktif informan ke delapan Strategi aktif yang digunakan pak Tukkot adalah bekerja dengan semaksimal mungkin disetiap harinya untuk mencari nafkah buat anak istrinya, terkadang ia juga memperpanjang jam kerjanya untuk menambah penghasilan hariannya. • Strategi pasif informan ke delapan Strategi pasif yang digunakan pak Tukkot adalah menghemat biaya hidup sehari-hari, dikarenakan anak-anaknya masih balita, kebutuhan untuk pendidikan belum ada, jadi pak Tukkot bisa menghemat pengeluaran sehari-harinya, ia dan istri lebih mengutamakan membeli susu buat anak-anaknya karena masih balita, terkadang disaat sulit keuangan, ia memberikan nasi bubur untuk makanan anak-anaknya, dan untuk lauk pauk mereka juga makan dengan seadanya, hanya nasi dan ikan asin saja, Universitas Sumatera Utara 73 kalau pun makan daging di hari besar seperti natal dan acara pesta undangan saja. • Modal sosial dan ketergantungan informan ke delapan Pak Tukkot memanfaatkan jaringan sosialnya dikala ia butuh informasi dan bantuan seputar harga barang dipasaran, daerah mana yang mudah mendapat barang bekas, ia juga memberi kepercayaan dan kerjasama kepada koperasi disaat ia butuh uang untuk hidup, ia meminjam uang kepada pihak koperasi dengan sistem bayaran harian. • Teori kemiskinan Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun. Berdasarkan pengamatan lapangan, pak Tukkot memiliki penghasilan Rp. 1.200.000bulan dengan jumlah tanggungan 5 orang 4 orang anak dan 1 istri. Dengan menggunakan pengukuran garis kemiskinan seharusnya pendapatan minimal pak Tukkot tiap bulannya adalah Rp. 260.000 x 6 = Rp. 1.560.000.- sedangkan penghasilan riil pak Tukkot tiap bulannya adalah Rp.1.200.000.- dapat disimpulkan keluarga pak Tukkot berada di bawah garis kemiskinan.

9. Informan ke sembilan

Data Informan : Nama : Rossiner br. Opsungguk Universitas Sumatera Utara 74 Usia : 46 tahun Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : perempuan Status : Menikah Pendidikan terakhir : SMA Asal : Sidikalang Penghasilan per bulan : Rp. 1.200.000.- Tanggungan : 3 orang anak Bu Rossiner adalah tipe pemulung lepas bekerja sehari-hari mengelilingi daerah Limau Manis kecamatan Tanjung Morawa dengan berjalan kaki, ia menjadi pemulung sudah 10 tahun, ia memiliki anak 5, anak pertama dan kedua sudah tamat SMA, anak ketiga masih SMA, anak keempat masih SMP, dan yang terakhir masih SD. Ia menyewa rumah di cendana dengan biaya sewa Rp. 2.000.000tahun. Pendapatan harian bu ross setiap harinya berkisar mulai Rp.50.000-Rp.100.000hari, biasanya jika ia dapat Rp. 100.000, disaat ia banyak barang bekas yang didapat dilapangan. • Strategi aktif informan ke sembilan Bu Rossiner menggunakan strategi aktifnya yaitu : dengan bekerja mencarimeleles barang bekas dilapangan bersama anak-anaknya yang sudah tamat SMA. Bahkan anaknya membiayai uang sekolahnya sendiri dari hasil memulung bersama bu Ross di lapangan.Suaminya juga bekerja sebagai kuliburuh bangunan.Jadi mereka 1 keluarga saling membantu mecari nafkah untuk dirumah. Universitas Sumatera Utara 75 • Strategi pasif informan ke sembilan Strategi pasif yang digunakan bu Ross adalah dengan cara menghemat biaya makan sehari-hari, makan dengan menggunakan lauk seadanya, belanja butuhan pokok disaat sudah pulang kerja dan membawa duit. Menghemat pendidikan dengan memasukkan anaknya sekolah ke sekolah negeri. Dan terdaftar sebagai anggota kartu Indonesia sehat sebagai usahanya dalam men]ghemat biaya kesehatan. • Modal sosial dan ketergantungan informan ke sembilan Modal sosial terdiri dari jaringan, kepercayaan dan hubungan timbalbalik.bu Ross membangun jaringannya di perumahan dengan tetangga dan sesama pemulung, ia memanfaatkan jaringannya untuk saling berbagi informasi, mulai dari tentang pekerjaan mereka sebagai pemulung hingga info-info terbaru tentang bantuan dari pemerintah setempat. Selanjutnya ia membangun kepercayaan dan kerjasama dengan tetangga, sesama pemulung dan rentenir dengan baik. Rentenir adalah salah satu wadah bagi bu ross untuk meminta bantuan disaat ia dalam masa sulit keuangan. Dan bentuk saling ketergantungan antara bu ross dengan rentenir bisa terlihat. Karena rentenir juga membutuhkan orang untuk meminjam uangnya sehingga duitnya bisa bertambah melalui bunga pinjaman yang diberikan sebesar 10 kepada orang yang meminjam kepadanya. • Teori kemiskinan Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras kg per orang per bulan yaitu untuk Universitas Sumatera Utara 76 masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun. Berdasarkan pengamatan lapangan, penghasilan bu Ross tiap bulannnya adalah Rp. 1.200.000.- dengan tanggungan 3 orang anak. Jika menggunakan pengukuran garis kemiskinan seharusnya penghasilan per bulan bu Ross adalah Rp. 260.000 x 4 = Rp. 1.040.000bulan. Melihat penghasilan riil bu Ross Rp.1.200.000bulan maka dapat disimpulkan bu Ross berada satu garis di atas garis kemiskinan. Namun, bu Ross masih dicirikan miskin karena sesuai dengan cirri- ciri kemiskinan, yaitu tidak memiliki factor produksi sendiri seperti tanah, modal dan keterampilan. Kita buktikan dengan tidak memiliki tanah karena masih menyewa di perumahan Cendana dengan bayaran Rp. 2000.000tahunnya, selanjutnya tidak memiliki modal untuk usaha karena bu Ross adalah tipe pemulung lepas yang hanya menggunakan tenaga untuk bekerja, dan terakhir tidak memiliki keterampilan lain selain bekerja sebagai pemulung saja.

10. Informan ke sepuluh

Data informan: Nama : Diana Br. Naibaho Usia : 43 Tahun Agama : Kristen Protestan Jenis kelamin : Perempuan Status : Menikah Universitas Sumatera Utara 77 Pendidikan terakhir : SMP Asal : Samosir Penghasilan per bulan : Rp. 1.440.000.- Tanggungan : 5 orang 4 orang dan 1 suami Bu Diana adalah tipe pemulung lepas yang bekerja kesehariannya dengan menaiki becak bersama-sama temannya dilapangan. Dengan bayaran sewa becak perharinya Rp. 20.000.- ia mulai kerja pukul 08.00-16.00 wib setiap harinya. Ia memiliki 5 orang anak. Anaknya yang pertama sudah tamat SMK. Anak kedua masih bersekolah di SMK, anak ketiga masih duduk dikelas 3 SMP, anak keempat kelas 2 SMP, dan yang terakhir masih SD. Anaknya yang SMP dan SMK bersekolah di sekolah swasta karena ketidakmampuan otak untuk seleksi masuk ke sekolah negeri. • Strategi aktif informan ke sepuluh Strategi aktif yang digunakan bu Diana adalah dengan menjadi pemulung bersama-sama dengan suaminya.Dengan bekerja bersama suaminya ia bisa menambah penghasilan harian. Biasanya ia masing- masing mendapat Rp. 50.000org, jadi jika ia bersama suaminya bisa mendapat Rp. 100.000harinya. • Strategi pasif informan ke sepuluh Strategi pasif yang digunakan bu Diana adalah dengan mengehemat kebutuhan pokok, membeli baju baru disaat tahun baru saja, makan daging disaat pesta dan natal saja.Serta setiap harinya makan dengan lauk seadanya saja.Bu Diana menghemat biaya kehidupannya juga Universitas Sumatera Utara 78 dengan menjadi anggota Kartu keluarga sejahtera mendapat bantuan kehidupan setiap bulannya.Ia juga terdaftar sebagai anggota Kartu Indonesia sehat sehingga ia bisa menghemat biaya kesehatan dengan kartu tersebut. • Modal sosial dan ketergantungan informan ke sepuluh Modal sosial yang dibangun bu Diana kepada tetangga, dan sesama pemulung dapat memberikan bantuan kepada dirinya dan keluarga disaat masa sulitnya. Misalnya bu Diana di masa sulit uang untuk membeli bahan makanan, biasanya bu Diana mengutang ke warung langganannya untuk membeli kebutuhan pokonya dengan cara system bayaran perhari. Ambil hari ini dibayar besoknya.Jadi secara tidak langsung bu Diana memiliki ketergantungan yang besar terhadap kedewarung langganannya. • Teori kemiskinan Menurut Prof. Sayoga, garis kemiskinan dinyatakan dalam Rp. Per tahun, sama dengan nilai tukar beras kg per orang per bulan yaitu untuk masyarakat pedesaan 320 kg per orang per tahun dan untuk masyarakat perkotaan 480 kg per orang per tahun. Berdasarkan pengamatan lapangan, penghasilan bu Diana bersama suami adalah Rp. 1.440.000 dengan tanggungan 5 orang 4 orang anak dan 1 suami. Maka seharusnya penghasilan minimal bu Diana tiap bulannya adalah Rp. 260.000 x 6 = Rp. 1.560.000bulan. Melihat penghasilan riil bu Diana hanya Rp. 1.440.000bulan maka dapat disimpulkan keluarga bu Diana berada di bawah garis kemiskinan. Universitas Sumatera Utara 79

4.4.2. Informan Tambahan 1. Informan ke sebelas