24
2.3.2. Mengukur Kemiskinan
Menurut Baswir dan Sumodiningrat, secara sosioekonomi, terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu :
1. Kemiskinan absolut adalah kemiskinan dimana orang-orang miskin memiliki
tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan, atau jumlah pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum. Kebutuhan hidup
minimum antara lain diukur dengan kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, perumahan, pendidikan, kalori, GNP per kapita, dan pengeluaran konsumsi.
Kemiskinan absolut diukur dari satu set standar yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempatNegara. Sebuah contoh dari pengukuran
absolut yaitu persentase dari populasi yang mengkonsumsi makanan dibawah jumlah yang cukup menopang kebutuhan tubuh manusia kira-kira 2000-2500
kalori per hari untuk laki-laki dewasa. Bank Dunia mendefenisikan kemiskinan absolut sebagai hidup dengan
pendapatan dibawah USD 1hari dan kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah 2 per hari. Dengan batasan ini maka diperkirakan pada
2001 1,1 miliar orang dunia mengkonsumsi kurang dari 1hari dan 2,7 miliar orang didunia mengkonsumsi kurang dari 2hari.
2. Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan
antara tingkat pendapatan dan tingkat pendapatan lainnya. Contoh, seorang yang tergolong kaya mampu pada masyarakat desa tertentu bisa jadi yang
termiskin pada masyarakat desa yang lain. Disamping itu, terdapat bentuk bentuk kemiskinan yang sekaligus menjadi faktor penyebab kemiskinan asal
Universitas Sumatera Utara
25
mula kemiskinan, yaitu : 1 kemiskinan natural, 2 kultural, dan 3 struktural.
a. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang
miskin. Kelompok masyarakat ini menjadi miskin karena tidak memilki sumber daya yang memadai baik sumber daya alam, manusia, maupun
pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan yang rendah. Menurut Baswir, kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan
oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut, atau karena bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini menurut kartasasmita
disebut sebagai “persisten poverty”, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun-temurun. Daerah seperti ini pada umumnya merupakan daerah
yang kritis sumber daya alamnya atau daerah yang terisolasi. b.
Kemiskinan kultural mengacu kepada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup,
dan budaya dimana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak
berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki, dan mengubah tingkat kehidupannya. Akibatnya, tingkat
pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang dipakai secara umum. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Baswir bahwa ia miskin karena
faktor budaya seperti malas, tidak disiplin dan boros. c.
Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh factor- faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil,
distribusi asset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta
Universitas Sumatera Utara
26
tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu. Selanjutnya Sumodiningrat mengatakan bahwa
munculnya kemiskinan struktural disebabkan karena berupaya menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan bermacam-
macam program dan kebijakan. Namun karena pelaksanaannya tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata, kesempatan yang tidak
sama menyebabkan keikutsertaan masyarakat menjadi tidak merata pula, sehingga menimbulkan struktur masyarakat yang timpang.
2.4.Ketergantungan
Didalam KBBI ketergantungan adalah hubungan sosial seseorang yang tergantung kepada orang lain atau masyarakat, keadaan seseorang yang belum
dapat memikul tanggung jawabnya sendiri. Teori ketergantungan atau dikenal teori dependensi dependency theory
adalah salah satu teori yang melihat permasalahan pembangunan dari sudut Negara dunia ketiga. Menurut Theotonio Dos Santos, depedensi ketergantungan
adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi Negara-negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi Negara–negara lain,
dimana Negara-negara tertentu ini hanya berperan sebagai penerima akibat saja. Aspek penting dalam kajian sosiologi adalah adanya pola ketergantungan antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya dalam kehidupan berbangsa didunia.
Pola ketergantungan pada pemulung dilihat dari hubungan antara pemulung dan Toke, dimana pemulung bergantung kepada toke disaat pemulung
Universitas Sumatera Utara
27
mengalami keadaan pulungan sedikit dan desakan kebutuhan terhadap duit untuk kelangsungan hidup.
2.5.Sektor Informal
Sektor informal didefenisikan sebagai bidang dimana produksi barang dan jasa pada umumnya berada diluar kontrol pemerintah dan tidak terdaftar.
Pedagang kaki lima, usaha kecil yang tenaga kerjanya anggota keluarga sendiri, tukang becak, tukang semir sepatu dan pemulung dianggap sebagai perwujudan
sektor infornal ini. Sementara itu konsep “sektor informal” juga digunakan sebagai label
bidang-bidang tertentu pada masyarakat industrial jerman barat tanpa memperhatikan diskusi-diskusi kritis yang berkembang dalam disiplin sosiologi
pembangunan. Sektor informal mestinya dilihat dari sisi sosiologis, bahwa sebuah strata dalam masyarakat yang basis kelangsungan hidupnya paling kritis, akan
selalu berusaha bertahan hidup dan mempertahankan sistem reproduksinya dengan memanfaatkan semua ceruk ekonomi yang memungkinkan, dengan
mobilitas tinggi dalam mencari kerja, dengan memanfaatkan beberapa sumber pendapatan dan reproduksi Elwert, Evers dan Wilkens 1983 dalam urbanisme di
Asia Tenggara oleh Evers Korff 2002. Menyebabkan meluasnya sektor informal ketika di masa-masa krisis tingkat pengangguran disektor formal
meningkat. Ketidakseragaman heterogenitas kota besar sering didiskusikan sebagai
sebuah dikotomi antara “sektor informal” dan “sektor formal”. Pada kenyataannya, ekonomi sebagian besar kota dunia ketiga tampaknya memang
memiliki dua sektor atau lintasan yang satu sama lainnya berbeda dan terpisah
Universitas Sumatera Utara
28
Santos 1979 dalam urbanisme di Asia Tenggara oleh Evers Korff 2002. Sektor formal atau modern dengan perusahaan-perusahaan besar, bank-bank, dan
pusat-pusat perbelanjaannya, dan sektor informal dengan pengasong, pedagang kaki lima, produsen kecil-kecilan, pelacur dan pemulungnya. Di sepanjang jalan
raya, khususnya di Asia Tenggara, berjejer warung-warung yang menjual makanan, jam tangan imitasi dan busana rancangan yang juga tiruan, mie rebus
dan lain-lain. Tetapi terdapat pula gedung-gedung tinggi perkantoran, hotel-hotel modern, toserba dan pusat perbelanjaan.
Sampai sekarang, aspek sektor informal yang mendapat perhatian sedikit adalah “lingkungan sosial”, “pengalaman sehari-hari” dan “moral ekonomi”,
namun aspek-aspek ini dapat berguna untuk menjelaskan perilaku protes yang muncul didalam sektor informal Stauth 1982; Semsek 1986 dalam urbanisme di
Asia Tenggara oleh Evers Korff 2002.
2.6.Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni penelitian dari Gunawan 2012, penelitian ini menyangkut permasalahan bagaimana strategi
bertahan hidup yang dimiliki oleh pemulung di tempat pembuangan akhir Ganet Tanjungpinang, metode yang digunakan deskriptif kualitatif dengan menggunakan
teknik pengumpulan data wawancara, pengamatan dan dokumentasi. Teknik analisisdatayang digunakan yaitu mendeskripsikanfenomena, mengklasifikasikan
dan melihat bagaimana konsep-konsep yang muncul satu dengan yang lainnya saling berkaitan.Teori yang digunakan yaitu modal social yang dilihat dari tiga
indicator yaitu networking, trust, dan reciprocal.Marjinalisasi dan kemiskinan serta ketergantungan.
Universitas Sumatera Utara
29
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi bertahan hidup pada kelompok pemulung di Tempat Pembuangan Akhir TPA Ganet Tanjungpinang
adalah: 1.
Telah terjadi suatu kepercayaan yang melekat dalam kehidupan sehari- hari pemulung ini. Kepercayaan yang dimiliki untuk mempererat
kembali kelompok mereka, membuat rasa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya sehingga menimbulkan rasa hubungan keluarga.
2. Hubungan timbal balik yang tercipta melalui jaringan yang mereka
ciptakan yang tidak hanya terjadi antara sesama pemulung itu sendiri melainkan terjadi dengan semua orang yang mereka kenal selama
terjadinya suatu hubungan yang baik dan saling menguntungkan bagi mereka. Dari hubungan yang sudah terjalin pada kelompok pemulung
ini telah terjadinya suatu hubungan timbal balik satu dengan yang lainnya, hubungan timbal balik yang sudah mereka ciptakan tidak
hanya dalam bentuk ekonomi atau uang saja akan tetapi dalam bentuk tenaga ataupun dalam bentuk barang dan mereka akan membalasnya
dari apa yang mereka peroleh dari apa yang mereka bantu sebelumnya. 3.
Pemulung ditempat Pembuangan Akhir Ganet Tanjungpinang itu sendiri mereka merasa miskin ketika menggunakan atribut sebagai
pemulung lepas dari itu semua mereka bebas dari rasa miskin dalam hidup mereka, kemiskinan yang diciptakan oleh diri sendiri membuat
mereka merasa terasing, selain itu juga rasa malas yang dimiliki pemulung membuat kebiasaan baru pada diri mereka untuk tidak
mencari rekan kerja baru selain di Tempat Pembuangan Akhir TPA
Universitas Sumatera Utara
30
dan hal seperti ini akan membuat mereka selalu berharap terhadap orang yang sama, dan tidak mau mencoba mencari toke baru di luar
TPA.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN