ii. Memaksimalkan potensi wisata yang ada di Kabupaten Karo, khususnya Berastagi
sehingga dapat meningkatkan sektor pariwisata Kab. Karo. iii.
Melestarikan kebudayaan masyarakat Karo. iv.
Meningkatkan sektor pariwisata Kab. Karo.
1.4 PENDEKATAN PERENCANAAN
Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam pengembangan konsep dan perencanaan selama proses perancangan berlangsung adalah:
i. Studi pustaka atau studi literatur yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang
diangkat untuk mendapatkan informasi dan bahan berupa literatur yang sesuai dengan materi laporan, yang berguna untuk memperkuat fakta secara ilmiah.
ii. Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis dengan melakukan pendekatan
perancangan dengan melihat keadaan yang sudah ada. Sumber dapat berupa buku, majalah, internet, dan sebagainya.
iii. Wawancara dengan instansi terkait atau orang-orang yang dianggap ahli dan mengetahui
tentang kasus dan tema yang diangkat, untuk pengenalan masalah dan dapat menghasilkan kriteria umum bagi perancangan dan perencanaan kasus proyek
1.5 LINGKUP DAN BATASAN PROYEK
Ruang lingkup dari kegiatan di kawasan wisata Karo, antara lain: i.
Perancangan sarana wisata budaya yang memiliki daya tarik wisata ii.
Perencanaan sarana pendukung yang memungkinkan. iii.
Proyek ini dibatasi pada ruang lingkup wisata budaya bagi wisatawan lokal maupun internasional.
1.6 KERANGKA BERPIKIR
KASUS dan TEMA
Kasus: Karo Cultural Tourism Park Tema: Neo-Vernakular
LATAR BELAKANG KASUS
• Sesuai dengan program pengembangan pariwisata.
• Melestarikan kebudayaan Karo. • Mewadahi serta memfasilitasi
kawasan wisata seni dan budaya di Berastagi.
• Sebagai pusat informasi wisata
LATAR BELAKANG TEMA
• Mengekspresikan nilai kebudayaan melalui bangunan.
• Bentuk arsitektur setempat yang sesuai dengan lingkungan setempat.
MAKSUD
• Merancang objek wisata budaya. • Memaksimalkan potensi wisata yang
ada di Kabupaten Karo.
TUJUAN
• Melestarikan kebudayaan Karo. • Meningkatkan sektor pariwisata Kab.
Karo.
PERMASALAHAN
• Melestarikan tradisi adat istiadat suku Karo dengan membangun jambur dan menjadikannya sebagai potensi wisata yang dinanti para wisatawan.
• Menciptakan tempat pariwisata yang berwawasan budaya Karo. • Memiliki hubungan dengan objek wisata lain.
STUDI LITERATUR STUDI BANDING
• Taman Garuda Wisnu Kencana
• Taman Budaya Jawa Barat
PENGUMPULAN DATA
STUDI LOKASI • Ukuran site
• Peraturan pemerintah • GSB
• Batas-batas site ANALISA
• Analisa SWOT • Analisa kondisi lingkungan, yaitu analisa bangunan eksisting, analisa matahari, analisa
vegetasi, analisa sirkulasi, analisa view site, dan GSB. • Analisa Fungsional, yaitu analisa aktifitas, kebutuhan ruang, besaran ruang, dan
hubungan antar ruang. • Analisa penerapan struktur pada bangunan.
KRITERIA PERANCANGAN
• Berdasarkan analisa
KONSEP PERANCANGAN
Konsep Tapak Konsep Bangunan
DESAIN
Feed back
1.8 SISTEMATIKA LAPORAN
Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah: BAB I: PENDAHULUAN, membahas tentang latar belakang pemilihan judul,
perumusan masalah, maksud dan tujuan perencanaan, metode pendekatan perencanaan, ruang lingkup kajian, batasan proyek, dan kerangka berpikir.
BAB II: DESKRIPSI PROYEK, membahas tentang terminologi judul, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan
lahan, tinjauan fungsi, dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis. BAB III: ELABORASI TEMA, menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil,
interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul, dan studi banding tema sejenis.
BAB IV: ANALISA, membahas dan menganalisa masalah yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya secara terperinci berdasarkan fakta dan standar yang ada, dimulai
dengan analisa makro yang berkaitan dengan lingkungan dan analisa mikro yang berkaitan dengan tapak dan bangunan, analisa fasilitas dan kebutuhan
ruang, organisasi ruang, dan pen-zoning-an BAB V: KONSEP PERANCANGAN, membahas konsep dasar fisik tapak, konsep
dasar fisik ruang, konsep dasar fisik bangunan, dan teknologi struktur serta konstruksi bangunan yang akan dipakai.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
2.1 TERMINOLOGI JUDUL
Judul Proyek: Karo Cultural Tourism Park. Karo Cultural Tourism Park merupakan suatu kawasan wisata budaya yang
menampilkan segala bentuk manifestasi dari Kebudayaan Karo itu sendiri. Adapun kawasan wisata Karo ini terdiri dari jambur, gallery seni budaya, tourist information, dan sarana
pendukung wisata lainnya.
2.1.1 Suku Karo
Suku Karo merupakan suatu etnik masyarakat yang memliki karakter yang sangat kuat terhadap budayanya, seperti aktivitas masyarakat, bahasa, pakaian, hingga keadaan topografi
alamnya. Suku Karo merupakan suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh
Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami Dataran Tinggi Karo, yaitu Kabupaten Karo
2.1.1.1 Kerajaan Haru
Tidak diketahui secara pasti kapan Kerajaan Haru menjadi kerajaan besar di Sumatera. Namun, Brahma Putra dalam bukunya “Karo dari Jaman ke Jaman” mengatakan bahwa pada
abad 1 Masehi sudah ada kerajaan di Sumatera Utara yang rajanya bernama “Pa Lagan”. Menilik dari nama itu merupakan bahasa yang berasal dari Suku Karo. Mungkinlah pada masa itu
Kerajaan Haru sudah ada, hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Darman Prinst, SH:2004
Kerajaan Haru diketahui tumbuh dan berkembang bersamaan waktunya dengan Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Johor, Malaka, dan Aceh. Terbukti karena Kerajaan Haru pernah
berperang dengan kerajaan-kerajaan tersebut. Kerajaan Haru identik dengan Suku Karo. Pada masa keemasannya, Kerajaan Haru mulai
dari Aceh Besar hingga ke Sungai Siak di Riau. Eksistensi Haru di Aceh dapat dipastikan dengan beberapa nama desa di sana yang berasal dari Bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja sekarang
Banda Aceh, Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta Lubok, Kuta Laksamana Mahmud, Kuta Cane, Blang Kejeren, dan lainnya. D. Prinst, SH: 2004