Rumah Mecu Rumah Sangka Manuk. STUDI BANDING DENGAN TEMA SEJENIS

Berdasarkan bentuk atap, rumah adat karo dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Rumah sianjung-anjung

Rumah sianjung-anjung adalah rumah bermuka empat atau lebih, yang dapat juga terdiri atas satu atau dua tersek dan diberi bertanduk.

b. Rumah Mecu

Rumah mecu adalah rumah yang bentuknya sederhana, bermuka dua mempunyai sepasang tanduk. Gambar 3.1 Susunan Ruang pada Rumah Siwaluh Jabu Gambar 3.2. Perspektif struktur Rumah Siwaluh Jabu Sementara menurut binangun, rumah adat Karo pun dapat dibagi atas dua yaitu:

a. Rumah Sangka Manuk.

Rumah sangka manuk yaitu rumah yang binangunnya dibuat dari balok tindih- menindih.

b. Rumah Sendi.

Rumah sendi adalah rumah yang tiang rumahnya dibuat berdiri dan satu sama lain dihubungkan dengan balok-balok sehingga bangunan menjadi sendi dan kokoh. Dalam nyanyian rumah ini sering juga disebut Rumah Sendi Gading Kurungen Manik. Rumah adat Karo didirikan berdasarkan arah kenjahe hilir dan kenjulu hulu sesuai aliran air pada suatu kampung.

3.4.5 Jabu dalam Rumah Adat

Rumah adat biasanya dihuni oleh empat atau delapan keluarga. Penempatan keluarga- keluarga itu dalam bagian rumah adat jabu dilakukan berdasarkan ketentuan adat Karo. Rumah adat secara garis besar dapat dibagi atas jabu jahe hilir dan jabu julu hulu. Jabu jahe terbagi atas jabu bena kayu dan jabu lepar benana kayu. Demikian juga jabu kenjulu dibagi atas dua, yaitu jabu ujung kayu dan jabu rumah sendipar ujung kayu. Inilah yang sesungguhnya disebut sebagai jabu adat. Rumah-rumah adat empat ruang ini dahulunya terdapat di Kuta Buluh, Buah Raja, Lau Buluh, Limang, Perbesi, Peceren, Lingga, dan lain- lain. Ada kalanya suatu rumah adat terdiri dari delapan ruang dan dihuni oleh delapan keluarga. Malahan kampung Munte ada rumah adat yang dihuni oleh enam belas keluarga. Dalam hal rumah adat dihuni oleh delapan keluarga, sementara dapuar dalam rumah adat hanya ada empat, masing-masing jabu dibagi dua, sehingga terjadilah jabu-jabu sedapuren bena kayu, sedapuren ujung kayu, sedapuren lepar bena kayu, dan jabu sedapuren lepar ujung kayu. Adapun susunan jabu dan yang menempatinya adalah sebagai berikut: 1. Jabu Benana Kayu. Terletak di jabu jahe. Kalau kita kerumah dari ture jahe, letaknya sebelah kiri. Jabu ini dihuni oleh para keturunen simantek kuta golongan pendiri kampung atau sembuyak-nya. Fungsinya adalah sebagai pemimpin rumah adat.

2. Jabu ujung Kayu anak beru

Jabu ini arahnya di arah kenjulu rumah adat. Kalau kita masuk kerumah adat dari pintu kenjulu, letaknya disebelah kiri atau diagonal dengan letak jabu benana kayu. Jabu ini ditempati oleh anak beru kuta atau anak beru dari jabu benana Kayu. Fungsinya adalah sebagai juru bicara jabu bena kayu.

3. Jabu Lepar Benana Kayu

Jabu ini di arah kenjahe hilir. Kalau kita kerumah dari pintu kenjahe letaknya disebelah kanan, Penghuni jabu ini adalah sembuyak dari jabu benana kayu. Fungsinya untuk mendengarkan berita-berita yang terjadi diluar rumah dan menyampaikan hal itu kepada jabu benana kayu. Oleh karena itu, jabu ini disebut jabu sungkun berita sumber informasi.

4. Jabu lepar ujung kayu mangan-minem

Letaknya dibagian kenjulu hulu rumah adat. Kalau kita masuk dari pintu kenjulu ke rumah adat, letaknya di sebelah kanan. Jabu ini ditempati oleh kalimbubu jabu benana kayu. Oleh karena itu, jabu ini disebut jabu si mangan-minem.Keempat jabu inilah yang disebut dengan jabu adat, karena penempatannya harus sesuai dengan adat, demikian juga yang menempatinya ditentukan menurut adat. Akan tetapi, adakalanya juga rumah adat itu terdiri dari delpan atau enam belas jabu. 5. Jabu sedapuren benana kayu peninggel-ninggel. Jabu ini ditempati oleh anak beru menteri dari rumah si mantek kuta jabu benana kayu, dan sering pula disebut jabu peninggel-ninggel. Dia ini adalah anak beru dari ujung kayu.

6. Jabu sidapuren ujung kayu rintenteng.

Ditempati oleh sembuyak dari ujung kayu, yang sering juga disebut jabu arinteneng. Tugasnya adalah untuk engkapuri belo, menyerahkan belo kinapur persentabin kepada tamu jabu benana kayu tersebut. Oleh karena itu, jabu ini disebut juga jabu arinteneng.

7. Jabu sedapuren lepar ujung kayu bicara guru.

Dihuni oleh guru dukun atau tabib yang mengetahui berbagai pengobatan. Tugasnya mengobati anggota rumah yang sakit.

8. Jabu sedapuren lepar benana kayu

Dihuni oleh puang kalimbubu dari jabu benana kayu disebut juga jabu pendungi ranan. Karena biasanya dalam runggun adat Karo persetujuan terakhir diberikan oleh puang kalimbubu. Sumber: Darwin Prinst Adat Karo

9. Griten

Griten adalah tempat menyimpan tulang belulang nenek moyang suatu turunan semarga. bentuk atap griten ini sama dengan rumah hanya berbeda ukuran serta tidak memiliki dinding derpik. Griten memiliki ruang atas berupa loteng yang digunakan sebagai tempat meletakan tengkorak nenek moyang dari pemilik griten itu. Ruang terbuka dibawah loteng ini digunakan untuk tempat bermain sejenis catur keser- keser serta permainan lain.

10. Jambur

Setiap kampung disertai dengan jambur yang merupakan milik bersama keluarga penghuni, yang ditempatkan dilokasi yang berdekatan dengan rumah. Lantai jambur terdiri dari papan atau balok kayu yang ditempatkan pada tiang-tiang tinggi. Lantai atas digunakan sebagai tempat menyimpan padi keben dan tepat tidur para pemuda anak perana dan tamu pria yang masih muda, sedang lantai bawah digunakan sebagai tempat musyawarah adat runggu. Bentuk atapnya sama dengan rumah mempunyai tersek tetapi tidak mempunyai dinding derpik serta ukurannya lebih besar. Bagian bagian dari jambur terdiri dari Pucuk pilo-pilo, anak atap tersek, tanduk kerbau, tebar layar ayo atau lambe-lambe, dinding derpik angin, tiang Binangan, bagian dinding berbentuk lunas kapal dapur- dapur atau melen-melen, tangga erdan, balok pengikat dibawah lantai pemayung, tiang, pondasi umpak dari batu palas dan tujik langit.

3.5 STUDI BANDING DENGAN TEMA SEJENIS

3.5.1 Bandara Internasional Soekarno-Hatta Bandara di Kota Jakarta, Indonesia, terletak di daaerah Sub Urban Kota Jakarta dengan kapasitas 9 juta orang. Dirancang oleh Paul Andreu dari Perancis. Unit-unitnya sebagian besar berkonstruksi tiang dan balok dari pipa-pipa baja yang diekspos. Unit-unit dalam terminal dihubungkan dengan selasar terbuka yang sangat tropical, sehingga pengunjungnya merasakan udara alami dan sinar matahari. Unit ruang tunggu menggunakan arsitektur joglo dalam dimensi yang lebih besar, namun bentuk maupun sistem konstruksinya tidak berbeda dari sopo guru dan usuk, dudur, takir, dan elemen konstruksi Jawa lainnya. Penggunaan material modern namun memiliki tampilan seperti kayu yang diterapkan pada kolom-kolom di ruang tunggu memberikan kesan yang modern namun natural. Tanggapan: Bandara Soekarno-Hatta merupakan bangunan Neo-Vernakular dengan sangat jelas memperlihatkan konsep asli vernakularnya seperti pada penggunaan bentuk-bentuk atap joglo dan atap-atap pelana lipat yang banyak digunakan pada bangunan tradisional Indonesia. 3.5.2 Kuala Lumpur International Airport KLIA Bandara yang terletak di Kuala Lumpur, Malaysia ini dirancang oleh Dr. Kisho Kurokawa. Bandara ini berkapasitas 25 juta orang dan dalam rencana pengembangannya dibuat jalur penghubung antara Kuala Lumpur dengan pusat kota. Di lahan seluas 10.000 Ha, Dr. Kisho Kurokawa merancang bandara ini dengan pencampuran identitas nasional Malaysia dengan fasilitas high-tech sehingga dapat mencerminkan Malaysia yang modern. Bandara ini menjadi symbol kebanggan nasional Malaysia dan menjadi kesan pertama yang menarik ketika penumpang tiba di Malaysia. Selain sebagai estetis, pertimbangan utama pemilihan material yang digunakan adalah untuk memberikan atmosfer yang mencerminkan kebudayaan Malaysia dan keindahan nuansa Islam. Desain bangunan ini membedakan dua elemen menjadi satu dan diakhiri dengan sesuatu yang lembut dan mengalir. Identitasnya ditonjolkan dengan abstraksi dan mengkontraskan antara tradisional dan modern. Tanggapan: KLIA merupakan bangunan Neo-Vernakular yang memiliki konsep vernakular yang cukup jelas terlihat, penggunaan bentukan dan material atap yang melengkung mencerminkan Gambar 3.3 Bandara Soekarno-Hatta Sumber: http:www.google.co.id Gambar 3.4 Selasar terbuka dengan konsep tropical Sumber: http:www.google.co.id Gambar 3.5 Selasar Bandara Sumber: http:www.google.co.id Gambar 3.6 Detail Sumber: http:www.google.co.id Gambar 3.7 Ruang Tunggu Sumber: http:www.google.co.id Malaysia yang sangat kental nuansa Islaminya. Dengan sentuhan material modern menjadikan KLIA sangat modern namun tidak meninggalkan unsure vernakularnya. 3.5.3 National Theatre Malaysia National Theatre Malaysia merupakan salah satu bangunan Neo-Vernakular di Malaysia. Terletak di Kuala Lumpur, dengan fungsi sebagai theatre daerah dan juga gedung pertunjukan dengan kapasitas 2000 orang. National Theatre Malaysia ini merupakan salah satu ciri Malaysia sehingga terlihat sangat lekat sekali kesan budaya Malaysianya. Gedung ini didesain dengan mengikuti konsep bangunan Tradisional Melayu Malaysia yang menggunakan atap pelana yang tinggi. Dengan mengambil bentuk vernakular yang jelas sekali dipadu dengan material yang modern menjadikan Gedung National Theatre Malaysia ini terlihat modern namun tetap memiliki ciri khas Malaysia. Tanggapan: National Theatre Malaysia mengambil konsep Vernakular dari rumah tradisional Melayu Malaysia dengan sangat jelas dan memberikan pengulangan pada bagian atapnya yang bertingkat-tingkat. Atap pelana yang biasanya digunakan pada bangunan rumah tradisional sangat dapat diaplikasikan ke gedung theatre ini karena membutuhkan ruang yang besar dan tinggi seperti pada rumah tradisional yang menggunakan atap besar dan tinggi. Gambar 3.8 KLIA, Malaysia Sumber: http:www.google.co.id Table 3.1 Spesifikasi Studi Banding Tema No. Unsur yang dibandingkan Bandara International Soekarno-Hatta Kuala Lumpur International Airport National Theatre Malaysia Kesimpulan 1. Sumber ide vernakular Arsitektur Joglo Arsitektur Melayu Malaysia dan Arsitektur Islam Arsitektur Melayu Malaysia Penerapan Arsitektu Tradisional Karo dapat mewakili kekhasan Kabupaten Karo. 2. Konsep Bentuk Bangunan Menyerupai rumah panggung Menyerupai sekumpulan bangunan yang kecil dan banyak Menyerupai rumah panggung Bentuk bangunan menyerupai rumah panggung. 3. Organisasi Ruang Linear Linear Radial Pola organisasi ruang linear dengan ruang yang radial 4. Struktur Atap Folded lipat Folded lipat Pelana lipat Atap lipat dengan kombinasi dan komposisi yang berirama. Gambar 3.9 National Theatre Malaysia Sumber: http:www.google.co.id Gambar 3.10 National Theatre Malaysia Sumber: http:www.google.co.id 5. Material Logam baja yang dilapisi dengan profil kayu Logam baja yang diekspos Logam baja yang dilapisi profil Menggunakan material logam yang dipadukan dengan profil dan diekspos pada bagian-bagian tertentu

BAB IV ANALISA

4.1 ANALISA EKSISTING 4.1.1 Analisa Lokasi Posisi Site Terhadap Kota-Kawasan Lingkungan Gambar 4.1 Peta Indonesia Gambar 4.2 Peta Sumatera Utara Gambar 4.4 Peta Lokasi Gambar 4.3 Peta Kabupaten Karo SITE A A : Jl. Gundaling F : SPBU K : Polsekta Karo B :GKPS G : Gereja Katolik L : Mess Polres C : Batallion TNI H : SMP Negeri 1 M : Jl. Perwira D : Sekolah Masehi I : Pasar Buah N : Masjid E : GBKP J : Jl. Kantor Camat O : Pemukiman C D F I G M H N J B E K L O