INTERPRETASI TEMA KETERKAITAN TEMA DENGAN JUDUL PROYEK Rumah sianjung-anjung

Pemilihan material yang akan digunakan juga sangat menentukan arsitektur tradisional yang dipilih karena melalui pemilihan material yang tepat, maka dapat dikatakan bangunan tersebut merupakan refleksi dari suatu arsitektur tradisional.

3.2 INTERPRETASI TEMA

Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, tidak hanya menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola piker, kepercayaan, tata letak, religi, dan lain-lain. Arsitektur Neo-Vernakular dimaksudkan agar tetap dapat melestarikan unsur-unsur budaya lokal dengan lapisan modernisasi. Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern, namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur Neo-Vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern tetapi masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern.

3.3 KETERKAITAN TEMA DENGAN JUDUL PROYEK

Berastagi merupakan salah satu daerah objek wisata yang banyak diminati, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Selain karena Berastagi memiliki panorama yang indah iklim yang sejuk, dan terkenal dengan hasil pertaniannya, Berastagi sangat kental dengan etnik Suku Karo setempat. Hal inilah yang menjadikan Berastagi berpotensi mengembangkan pariwisatanya dengan penanganan yang tepat yaitu dengan membuat suatu kawasan wisata budaya yang mampu merefleksikan kebudayaan Karo melalui proyek yang diberi nama “Karo Culture Tourism”. Tema yang diangkat untuk judul proyek ini adalah Neo-Vernakular, melihat bagaimana melekatnya unsur kebudayaan Suku Karo yang ada di Berastagi, sehingga menjadikannya potensi wisata dan bisa dinikmati oleh semua wisatawan yang datang. Melalui tema yang diangkat, diharapkan dapat memberikan kawasaan wisata budaya yang sesuai dengan tradisi Suku Karo namun tetap memberikan respon sebuah bangunan modern terhadap kondisi lingkungan dan iklim Berastagi. 3.4 Arsitektur Karo 3.4.1 Pola perkampungan Pola perkampungan karo secara umum mengelopok atau berbarismengikuti alur sungai sehingga peletakan rumah didasarkan pada aliran sungai, dimana pintu utama atau depan menghadap kehulu sungai dan bagian belakang atau pintu belakang rumah mengahdap ke hilir sungai.

3.4.2 Arah Rumah Tradisional

Pada masyarakat karo mereka mengenal mata angin yang disebut “Desa Siwaluh”, pada awalnyarumah dibuat dengan arah kenjahe-jenjulu , sesuai dengan arah pengaliran sungai disuatu kampung, pengertian kenjahe kenjulu berbeda dengan utara selatan, arah hilir disebut kenjahe sering disebut juga kahe-kahe atau jahe-jahe dan arah kenjulu disebut kolu- kolu atau julu Masri Singalimbun 1960: 149 No.839 151 No. 847 Semua pangkal kayu utama yang digunakan pada rumah tradisional berada disebelah kenjahe, dimana ditempatkan jabu raja, yang dianggap sebagai pangkal atau asal dari rumah. Jabu raja tersebut terletak disebelah kiri pintu hilir ture jahe, sedang menurut pendapat lain “percikan Budaya Karo” hal-2 jabu raja atau jabu benana kayu terletak pada kanan pintu hulu ture jahe diarah timur purba, tempat matahari terbit.

3.4.3 Tipologi bangunan

Menurut bentuk atap tredapat dua tipologi bangunan yaitu rumah biasa dan rumah raja sibayak. Pembagian lain adalah rumah dengan atap tersek tak bertingkat Rumah Kurung Manik, rumah beratap satu tingkat sada tersek, dan rumah dengan atap bertingkat dua dilengkapi dengan menara anjung-anjung

3.4.4 Rumah Adat Karo

Pada masyarakat Karo terdapat suatu rumah yang dihuni oleh beberapa keluarga, yang penempatan jabu-nya didalam rumah tersebut diatur menurut ketentuan adat dan didalam rumah itu pun berlaku ketentuan adat, itulah yang disebut dengan rumah adat Karo. Rumah adat Karo ini berbeda dengan rumah adat suku lainnya dan kekhasan itulah yang mencirikan rumah adat Karo. Bentuknya sangat megah diberi tanduk. Proses pendirian sampai kehidupan dalam rumah adat itu diatur oleh adat Karo, dan karena itulah disebut rumah adat. Berdasarkan bentuk atap, rumah adat karo dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Rumah sianjung-anjung

Rumah sianjung-anjung adalah rumah bermuka empat atau lebih, yang dapat juga terdiri atas satu atau dua tersek dan diberi bertanduk.

b. Rumah Mecu