C. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Terhadap Prinsip Kehati-hatian Kartu Kredit.
1. Pelanggaran Publik
Transaksi pembiayaan melalui kartu kredit dilakukan tidak hanya berdasarkan kehendak para pihak saja, yaitu antara pemegang kartu kredit dan bankperusahaan
pembiayaan yang dituangkan dalam bentuk perjanjian, tetapi juga diatur oleh beberapa peraturan perundang-undangan yang bersifat publik,
85
2. Pelanggaran Privat
seperti Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Transaksi Elektronik
dan Peraturan Bank Indonesia No. 142PBI2012 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan
Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu. Di dalam praktik Perbankan setiap bank wajib mematuhi semua ketentuan yang terdapat pada peraturan perundang-
undangan tersebut. Apabila terjadi pelanggaran sebagai akibat dari lemahnya pengendalian intern dari pihak penerbit maupun pengelola kartu kredit karena
penyalahgunaan kartuu kredit bias juga dilakukan oleh “orang dalam” dari pihak penerbit dan pengelola kartu maka harus menerima sanksi hukum yang ditetapkan
oleh Undang-undang.
Hubungan hukum merupakan merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih subyek hukum yang mempunyai akibat hukum menimbulkan hak dan kewajiban
dan diatur oleh hukum. Dalam hal ini hak merupakan kewenangan atau peranan yang
85
Ibid, hal.117
Universitas Sumatera Utara
ada pada seseorang pemegangnya untuk berbuat atas sesuatu yang menjadi obyek dari haknya itu terhadap orang lain. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus
dipenuhi atau dilaksanakan oleh seseorang untuk memperoleh haknya atau karena telah mendapatkan haknya dalam suatu hubungan hukum. Obyek hukum adalah
sesuatu yang berguna, bernilai, berharga bagi subyek hukum dan dapat digunakan sebagai pokok hubungan hukum. Sedangkan subyek hukum adalah segala sesuatu
yang dapat menjadi pendukung hak dan kewajibannya atau memiliki kewenangan
hukum rechtsbevoegdheid.
Dalam lingkup privat, hubungan hukum tersebut akan mencakup hubungan antar individu, sedangkan dalam lingkup public, hubungan hukum tersebut akan mencakup
hubungan antar warga negara dengan pemerintah maupun hubungan antar sesama anggota masyarakat yang tidak dimaksud untuk tujuan-tujuan perniagaan, yang antara
lain berupa pelayanan publik dan transaksi informasi antar organisasi Pemerintahan Dalam penerbitan kartu kredit hubungan antara pihak bank dan nasabah tidak
terlepas dari perikatan yang telah dibuat kedua belah pihak, yaitu bersumber dari perjanjian, kontrak atau perjanjian merupakan salah satu dari dua dasar hukum yang
ada selain Undang-undang yang bersifat publik. Perikatan itu adalah suatu hubungan hukum yang mengikat satu atau lebih subjek hukum dengan kewajiban-kewajiaban
satu sama lain. Para pihak juga harus mematuhi setiap apa yang disepakati dalam perjanjian. Jika terdapat pelanggaran maka pihak yang melakukan pelanggaran harus
bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
f. Hubungan hukum bank dengan nasabah
Secara etis, data dan informasi yang diberikan oleh nasabah atau masyarakat kepada perusahaan yang meminta data pribadi hanya untuk keperluan perusahaan
yang bersangkutan dan hanya untuk kepentingan tertentu seperti yang diinginkan pemberi data. Biasanya untuk authentikasi atau billing. Dan, perusahaan penerima
data tidak boleh mempublikasikan atau menjual data pribadi nasabah atau konsumen ke pihak ketiga.
Perlindungan nasabah kartu kredit ditinjau dari Undang – Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, hubungan hukum anatara bank sebagai
pemberi jasa kartu kredit erhadap nasabahnya, serta faktor – faktor penghambat dalam perlindungan nasabah kartu kredit.
Berdasarkan pada hasil penelitian Perlindungan hukum terhadap nasabah kartukredit belum berjalan sebagaimana mestinya. Pemberian informasi melalui
media cetak maupun elekronik tersebut ternyata tidak menguntungkan nasabah kartu kredit khususnya pada saat penandatangan aplikasi, hubungan hukum yang timbul
tidak seimbang, demikian juga terhadap faktor – faktor penghambat terhadap Perlindungan hukum terhadap nasabah kartu kredit ternyata lebih mengunungkan
pihak Bank. Upaya Perlindungan hukum terhadap nasabah kartu kredit hanya dapat
terwujud dengan adanya partisipasi dari berbagai pihak. Pihak nasabah harus bersikap lebih proaktif untuk mengetahui hak dan kewajibannya dan juga pihak Bank
hendaknya lebih bersikap terbuka dan memperbaiki kinerjanya. Dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
kondisi yang seimbang baik bank maupun nasabah maka perlindungan akan berjalan sebagaimana diharapkan.
Meskipun sekarang ini Pemerintah telah mensyahkan Undang – undang No. 11 Tahun 2003 tentang Informasi dan Transaksi Elekronik namun pada kenyataannya
peran dari UU tersebut dirasakan belum efisien. Hal ini dirasakan belum cukup untuk melindungi masayarakat dan pihak – pihak yang berkepentingan, masih diperlukan
perumusan yang lebih representatif yang dapat menjangkau semua benuk kejahatan dengan menggunakan kartu kredit.
g. Pelanggaran Terhadap Prinsip Kehati-hatian Kartu Kredit
Terkait dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian di PT.BNI Sentra Bisnis Kartu Medan dapat ditemukan beberapa pelanggaran terhadap pelaksaan prinsip
kehati-hatian tersebut, yaitu kurang ahlinya tim verifikasi dalam memeriksa aplikasi yang diajukan calon pemegang kartu kredit, pemeriksaan tersebut tidak benar-benar
memeriksa kebenaran slip gaji atau informasi penghasilan calon pemegang kartu kredit sehingga terdapat calon pemegang kartu kredit yang memanipulasi data
informasi keuangannya tetapi lolos verifikasi, selanjutnya data tanggal lahir dan alamat tidak sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk KTP tidak diperiksa secara baik
sehingga dapat lolos proses verifikasi. Kemudian nasabah yang tidak memiliki telepon rumah atau kantor serta tidak mencantumkan nomor telepon saudara yang
tidak serumah yang dapat dihubungi emergency call dapat lolos proses verifikasi, sehingga nasabah tersebut apabila menghilang skip akan susah ditelusuri.
Pelanggaran lainnya kurang adanya sikap indepedensi dari tim verifikasi sehingga
Universitas Sumatera Utara
dapat dengan mudah meloloskan verifikasi calon pemegang kartu kredit yang memiliki hubungan kekerabatan dengan pihak intern bank. Tekanan dari atasan
mengenai target yang harus dicapai juga merupakan faktor yang sangat mendukung untuk terjadinya pelanggaran prinsip kehati-hatian karena adanya tekanan target, tim
verifikasi akan mudah meloloskan verifikasi calon pemegang kartu kredit meskipun dokumennya kurang lengkap. Selanjutnya pemberian kelas kartu kredit yang tidak
sesuai dengan penghasilan sehingga pemegang kartu kredit yang penghasilannya
tidak sesuai dapat diberikan limit yang tinggi.
Selain itu dapat juga ditemukan beberapa pelanggaran terhadap prinsip kehati- hatian kartu kredit yaitu:
86
1 Bertukar informasi tentang data atau identitas pemegang kartu kredit dengan
card center lainnya.
2 Mengungkapkan informasi termasuk transaksi yang berhubungan dengan
pemegang kartu kredit kepada pihak ketiga.
3 Menetapkan klausul mengenai perhitungan bunga dan biaya-biaya lain yang
dapat berubah sesuai dengan kebijakan bank tanpa diperlukan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang kartu.
4 Mengubah menambah persyaratan dan ketentuan, dan perubahan
penambahan yang mengikat sejak saat diakannya perubahan tanpa harus pemberitahuan terlebih dahulu kepada pemegang kartu.
5 Atas kebijaksanaannya sendiri tanpa harus memberitahu pemegang kartu dan
tanpa memberi alasan, berhak melarang atau merubah batas kredit pemegang kartu atau menolak dengan cara lainnya, baik untuk selamanya ataupun
sementara atau mengakhiri keanggotaan dan mencabut semua hak baik yang melekat pada penggunaan dari kartu kredit ataupun hak lainnya dan
selanjutnya berhak untuk menyampaikan pemberitahuan kepada semua
86
http:www.scribd.comdoc22370900Paper-Tentang-Kartu-Kredit, Loc.Cit, diakses 1 September 2012
Universitas Sumatera Utara
pedagang dan setiap orang yang berkepentingan mengenai pencabutan hak tersebut.
Terlepas dari itu pada Bab III Pasal 9 Peraturan Bank Indonesia No. 76PBI
2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah secara tegas – tegas menyatakan
“1 Bank wajib meminta persetujuan tertulis dari Nasabah dalam hal Bank akan memberikan dan atau menyebarluaskan Data Pribadi Nasabah
kepada Pihak lain untuk tujuan komersial, kecuali ditetapkan lain oleh peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
2 Dalam permintaan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Bank wajib terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan konsekuensi dari pemberian
dan atau penyebarluasan Data Pribadi Nasabah kepada Pihak Lain”.
Bahwasanya pada awal penawaran kartu kredit, dalam form aplikasi kartu kredit, Bank tidak pernah mencantumkan klausul atau setidak-tidaknya menjelaskan
mengenai pertukaran informasi data atau identitas anda sebagai nasabahnya kelak. Yang dilakukan Bank penerbit kartu kredit hanyalah menerbitkan buku tentang
petunjuk penggunaan kartu kredit dimana dalam buku petunjuk tersebut telah tercantum tentang hak yang ditetapkan secara sepihak bank penerbit untuk
memberikan dan menyebarluaskan data pribadi nasabah. Anda sebagai nasabah telah terpasung, dibutakan oleh ketentuan-ketentuan yang dibuat Bank secara sepihak.
Apapun alasannya, secara Hukum Perbankan, tanpa adanya jaminan tertulis dari yang bersangkutan Bank tidak boleh memberikan dan atau menyebarluaskan data
pribadi nasabahnya kepada pihak lain, terlebih-lebih dengan tujuan komersil untuk meningkatkan potensi pasar kartu kredit yang diterbitkan. Hal ini sebagaimana
Universitas Sumatera Utara
ditegaskan dalam Pasal 11 Peraturan Bank Indonesia No. 76PBI 2005.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN PT. BNI SENTRA BISNIS KARTU MEDAN
TERKAIT DENGAN BISNIS KARTU KREDIT DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH
A. Pertanggungjawaban Korporasi
Korporasi adalah kumpulan orang danatau kekayaan yang terorganisasi baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. Pengertian korporasi diambil dari
istilah dalam bahasa Inggris Corporation yang berarti badan hukum atau sekelompok orang yang oleh Undang-undang diperbolehkan untuk melakukan perbuatan sebagaimana
seorang individu sebagai subjek hukum, berbeda dengan para pemegang sahamnya.
87
Seseorang yang melakukan perbuatan yang merugikan subjek hukum harus bertanggungjawab terhadap akibat yang timbul, tanpa harus dibuktikan adanya kesalahan
atau kelalaiannya. Hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 1366 KUH Perdata menyebutkan “setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan
Perbankan saat ini merupakan korporasi yang memiliki peran dalam aspek kehidupan masyarakat. Melihat
tujuan korporasi untuk terus meningkatkan keuntungan yang diperolehnya mengakibatkan sering terjadinya tindakan pelanggaran hukum. Korporasi baik
itu berupa suatu badan hukum maupun bukan memiliki kekuasaan yang besar dalam menjalankan aktvitasnya sehingga sering melakukan aktivitas yang bertentangan dengan
ketentuan hukum yang berlaku, bahkan memunculkan korban yang menderita kerugian.
87
Black’s Law Dictionary, Op.Cit, hal. 147
Universitas Sumatera Utara
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya”.
Dan pada Pasal 1367 disebutkan bahwa “seorang tidak saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada dibawah pengawasannya”.
Melihat dari isi pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa para pengendali perbankan korporasi seperti direktur dan manajer korporasi dianggap bertanggungjawab
atas perbuatan yang secara fisik dilakukan oleh pemegang saham, pengurus, agen, wakil atau pegawainya.
B. Penanganan Kredit Bermasalah 1. Pemantauan Tagihan Kartu Kredit Nasabah Yang Menunggak
Jumlah kartu kredit yang diterbitkan dan kredit yang bermasalah di PT.BNI Sentra Bisnis Kartu Medan dari tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Data Penerbitan Kartu Kredit dan Kredit Bermasalah di PT.BNI Sentra
Bisnis Kartu Medan
Tahun Jumlah Kartu
Kredit Yang Diterbitkan
Jumlah NPL Non Ferforming Loan
Jumlah Kartu Kredit
Yang Macet
2011 15.388 kartu
3,2 tiga koma dua persen sekitar 496 kartu
2012 16.577 kartu
4,15 empat koma lima belas persen sekitar 667 kartu
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Data Analis BNI Sentra Bisnis Kartu Medan.
Setiap account kartu kredit nasabah setiap hari nya dipantau oleh unit colection penagihan. Colection adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan
kembali ases perusahaan yang berpeluang untuk hilang dikarenakan muculnya pembayaran yang tertunggak yang telah melewati batas jatuh tempo. Tujuan
mempertahankan hubungan semakin lama waktu tunggakan tujuannnya yaitu melindungi aset perusahaan . Colection dapat diumpamakan seperti sebuah pabrik daur ulang, dengan
delequent account sebagai sebagai bahan bakunya lalu masuk ke cool factory penagihan kemudian menjadi normal account atau write off account. Dalam menjalankan tugas
penagihan unit colection memiliki strategi. Strategi penagihan adalah beberapa cara penanganan yang terbentuk dari formulasi kontrol dan proses dimana cara tersebut
digunakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan untuk mencapai tingkat keefektifan dan keefisienan yang tinggi . Strategi ini bertujuan untuk mengelola pertumbuhan bisnis.
Mendengarkan, menggunakan gaya komunikasi tegas, keterampilan negosiasi, menciptakan urgensi dan pemecahan masalah. Nasabah yang harus dikontak tidak dapat
membayar, tidak mau membayar , menghilang skipped. Posisi nasabah yang harus dikontak : saat posisi fpdearly payment default, dalam keadaan pemakaian yang tinggi
high balance, tidak bisa dikontak, ingkar janji broken promise, kartu baru tapi sudah melakukan pemakaian melebihi batas kredit new account over limit gaspol,
Menentukan alasan tidak bayar,seberapa serius situasinya, membantu mencarikan solusi
Universitas Sumatera Utara
bersama. Menghubungi nasabah jika contact tersambung ada dua kemungkinan pertama janji bayar promise to pay atau tidak ada kemungkinan bayar no promise to pay
disebabkan oleh unable to pay, refuse pay, dan dispute. Jika dispute maka langkah selanjutnya adalah refer for investigasi.
2. Pelaporan Kredit Bermasalah Ke Unit Yang Terkait
Jika di unit colection penagihan terlihat adanya indikasi dispute maka unit colection atau bagian penagihan melaporkanmenginformasikan kepada Risk
Management Unit RMU dan langkah selanjutnya adalah refer for investigasi. Setiap adanya permasalahan yang terjadi dalam kartu kredit harus dapat diselesaikan sesuai
dengan sstem dan prosedur yang berlaku.
3. Penanganan Kredit Bermasalah Oleh Risk Managemen Unit RMU
Kasus-kasus nasabah yang dispute yaitu nasabah yang tidak membayar menunggak karena mengakui transaksi tersebut tidak dilakukan olehnya. Lalu petugas RMU
menghubungi pemegang kartu mengenai transaksi yang janggal berupa transaksi diluar kebiasaan pemegang kartu dilihat dari segi jumlah transaksi, lokasi transaksi dan juga
tempat tinggal nasabah dengan terjadinya transaksi, sekaligus memastikan apakah kartu masih dipegang oleh si nasabah. Kalau memang pemegang kartu tidak melakukan
transaksi maka langsung dimintai surat keterangan sanggahan transaksi oleh pemegang kartu. Pengecekan sales draft Lalu pemblokiran kartu. Pemberhentian bunga dan denda.
Lalu petugas RMU memeriksa keterlibatan petugas intern, direct sales pemasaran, keterlibatan aplikan, keterlibatan agency, keterlibatan pihak ketiga.
Universitas Sumatera Utara
Apabila ada kejahatan kartu kredit pada aplikasi yang melibatkan petugas intern maka pengelolaan colection menginformasikan kepada RMU tentang adanya indikasi
fraud. Lalu kelompok RMU menginformasikan kepada pemegang kartu, lalu pemblokkan kartu, kartu tidak di replace, meminta IPU untuk membukukan transaksi yang terindikasi
fraud tidak dikenakan denda dan bunga, lalu membukukan sejumlah transaksi fraud ke rekening penampungan tagihan fraud untuk sementara karena kasus kejahatan aplikasi.
Kelompok RMU meminta aplikasi yang terindikasi kejahatan kepada kelompok OPR. Pengelompokan RMU melakukan investigasi secara langsung ataupun melalui ke agent
direct sales, petugas intern dan aplikan. Jika ditemukan adanya keterlibatan petugas intern, maka hasil investigasi akan ditindaklanjuti oleh kelompok unit terkait, dalam hal
ini Quality Assurance pengelolaan pengawasan dan petugas PHU pengelolaan SDM Hukum dan Umum meminta pertanggungjawaban dari petugas tersebut sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
88
C. Sanksi Terhadap Pelanggaran Prinsip Kehati-hatian 1.Pertanggungjawaban Marketing Terkait Dengan Pelanggaran Prinsip
Kehati- hatian
Melihat dari ruang lingkup pekerjaan marketing kartu kredit yaitu memasarkan kartu kredit BNI kepada masyarakat agar bersedia untuk mengajukan aplikasi untuk
memperoleh kartu kredit BNI. Dalam memasarkan kartu kredit BNI diperlukan
88
Buku Pedoman Langkah Bisnis Kartu Kredit BNI 2012, hal.7
Universitas Sumatera Utara
pemasar yang tanggap atau pemasar yang kreatif yaitu marketing yang bisa memperkenalkan produk kartu kredit BNI yang berhasil di respon baik oleh nasabah.
Pekerjaan yang dilakukan oleh marketing adalah pekerjaan yang dijanjikan dalam perjanjian kerja. Biasanya marketing memasarkan produk kartu kredit dengan cara
personal selling penjualan pribadi yaitu kegitan promosi yang dilakukan dengan melakukan penjualan pribadi kepada pelanggan calon nasabah. Channel penawaran
aplikasi kartu kredit Sales counter di mal2, lounge, etc. Online melalui website
Telesales melalui telepon.
Melakukan pekerjaan adalah kewajiban untuk melakukan pekerjaan karena adanya perjanjian kerja. Perlu diketahui kewajiban marketing untuk melakukan
perkerjaan karena adanya perjanjian kerja , menaati tata tertib yang tertera di dalam kontrak perjanjian kerja, menaati tata tertib PT. BNI Sentra Bisnis Kartu, memiliki
etika marketing yang baik. Etika adalah norma, nilai, kaidah, ukuran bagi tingkah laku yang baik. Etika merupakan dasar moral, termasuk ilmu mengenai kebaikan dan
sifat-sifat tentang hak. Etika berisi tuntunan tentang perilaku, sikap dan tindakan yang diakui, sehubungan dengan suatu jenis kegiatan manusia. Pembicaran mengenai etika
dalam bisnis menjadi muncul kembali dapat disebabkan oleh pertama, adanya pihak- pihak yang dirugikan oleh karena perilaku pihak lain. Kedua, para pengamat melihat
bahwa, perkembangan praktis bisnisperbankan yang ada sekarang ini cenderung akan berakibat yang tidak diinginkan. Etika dalam bisnis dan perbankan ini terkait
dengan moralitas, perbuatan moral yang diartikan sebagai perbuatan baik dan
Universitas Sumatera Utara
perbuatan buruk dalam kegiatan bisnis perbankan.
89
89
Sentot Imam Wahjono, Op. Cit, hal. 195
Komunikasi yang baik, komunikasi lisan yang hangat dan bersahabat, dan apa-apa yang diinginkan nasabah
adalah faktor kunci yang mempengaruhi harapan nasabah. Komunikasi pemasaran produk bank tidak seperti komunikasi biasa. Komunikasi pemasaran bank interaktif
saat marketing bank memelihara janji-janji yang telah dibuat bank ke konsumen. Pada titik ini terjadi komunikasi pemasaran bank interaktif atau disebut realtime
marketing. Pada saat melakukan promosi penjualan kartu kredit marketing dapat langsung
melakukan komunikasi dengan pelanggan. Beberapa informasi secara timbal balik dapat terjadi. Bank dapat mengetahui produk-produk kartu kredit yang disukai dan
fitur-fitur yang dicari. Dalam melakukan promosi penjualan kartu kredit bank juga dapat menerima atau merangsang timbulnya kritik membangun untuk perbaikan
produk. Selain personal direct selling yaitu bertatap muka langsung dengan nasabah yang
ingin mengajukan aplikasi kartu kredit BNI, untuk meningkatkan prinsip kehati- hatian pada pemasaran kartu kredit BNI, marketing dilarang menitipkan aplikasi dan
dilarang memanipulasi data nasabah.
Universitas Sumatera Utara
2. Sanksi Yang Diberikan Kepada Karyawan Yang Melanggar Prinsip Kehati-hatian