4. Mulhadi, dengan Prinsip Kehati-hatian Prudent Banking Principle dalam
Kerangka UU Perbankan Indonesia pada tahun 2005.
Akan tetapi, penelitian yang akan dilakukan ini berbeda objek penelitiannya, penelitian ini spesifik dilakukan pada industri perbankan yang bergerak di sektor
bisnis kartu kredit dengan tidak adanya jaminan atau agunan, sehingga pendekatan yang dipakai untuk menganalisis permasalahan penelitian berbeda. Dengan demikian
tesis yang berjudul “Prinsip Kehati-hatian Dalam Bisnis Kartu Kredit Pada PT. BNI Sentra Bisnis Kartu Medan, oleh karena pembahasan yang berbeda penelitian ini asli
dan dapat dipertanggungjawabkan.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran yang teoritis. Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau
proses tertentu terjadi.
14
Kerangka Teori adalah kerangka pemikiran atau butiran- butiran pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi
bahan perbandingan, pegangan, teoritis.
15
14
J.J.J M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1996, hal.203
15
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 1994, hal.80
Oleh karena itu dalam penelitian tesis ini digunakan teori sebagai pisau analitisnya, yakni teori yang berkaitan dengan Good Corporate Governance dan teori
Fiduciary Duty yang mengutamakan Prinsip kehati-hatian Prudential Principal.
Universitas Sumatera Utara
Good Corporate Governance menurut World bank adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja
perusahaan secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarat sekitar secara
keseluruhan. Good Corporate Governance merupakan suatu system pengelolaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan
stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum. Dari hasil survey World Bank
mengenai penerapan Corporate Governance di Indonesia tahun 2004 menunjukkan, bahwa penerapan hukum dan peraturan perundang-undangan perlu diperkuat, dan
sanksi yang ada dianggap belum terlalu efektif dalam mengatasi pelanggaran yang terjadi. Undang-undang perusahaan disarankan untuk secara eksplisit menganut
prinsip fiduciary duties bagi para pengurus perusahaan.
16
Teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang-undang bagi seseorang yang memanfaatkan seseorang lain, dimana kepentingan pribadi
seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan-bawahan sesaat. Orang yang mempunyai kewajiban ini harus
melaksanakannya berdasarkan suatu standar dari kewajiban standard of duty yang paling tinggi sesuai dengan yang dinyatakan oleh hukum. Sedangkan
fiduciary ini adalah seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil trustee atau suatu peran yang disamakan dengan sesuatu yang berperan sebagai
wakil, dalam hal ini peran tersebut didasarkan kepercayaan dan kerahasiaan trust and confidence yang dalam peran ini meliputi, ketelitian scrupulous,
itikad baik good faith, dan keterusterangan candor. Fiduciary ini termasuk hubungan seperti, pengurus atau pengelola, pengawas, wakil atau wali, dan
16
A. Jalil, Sofyan, Good Corporate Governance, Komite Nasional Corporate Governance, Jakarta, 2004, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
pelindung guardian. Termasuk juga di dalamnya seorang lawyer yang mempunyai hubungan fiduciary dengan client-nya.
17
17
Henry Campbell Black , Black’s Law Dictionary, ST. Paul. Minn: West Publishing Co, 1968, hal. 625.
Sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus berpegang pada prinsip kehati-hatian prudential
banking practices dalam menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung jawab bank responsibility. Organ perusahaan dan karyawan harus
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan peraturan perusahaan. Masalah-masalah tersebut tidak lepas dari rendahnya kepatuhan terhadap
peraturan dan ketentuan perbankan serta tidak dilaksanakannya Kode Etik Bankir Indonesia. Dua hal paling berat yang dihadapi oleh industri perbankan Indonesia
adalah pertama kegagalan bank menjalankan prinsip kehati-hatian prudential banking dalam menyerap pertumbuhan kredit. Hal ini ditambah dengan tidak
transparannya praktik pengelolaan bank menimbulkan kesulitan untuk mendeteksi praktik kecurangan yang dilakukan pengurus dan pejabat bank. Kedua, adalah
masalah yang paling berat yang dihadapi industri perbankan yaitu kegagalan badan pengawas bank dalam menghadapi kelalaian, penipuan dan penggelapan yang
dilakukan pengurus bank. Sektor perbankan merupakan sektor yang sangat strategis sebagai lembaga penghimpun dana masyarakat dan juga sekaligus gerbang investasi,
sehingga posisinya sangat penting bagi perekonomian nasional.
Universitas Sumatera Utara
Kelangsungan kegiatan usaha bank sangat tergantung dari kepercayaan masyarakat. Oleh karenanya diperlukan pengaturan dan pengawasan bank untuk
memastikan bahwa bank dijalankan dengan hati-hati, penuh integritas dan profesional terhindar dari moral hazard para pengurusnya. Pengawasan dan pengaturan ini selain
menjadi tanggungjawab utama otoritas perbankan, yaitu Bank Indonesia. Peran regulator dalam industri perbankan adalah melakukan kebijakan pengaturan dan
pengawasan untuk mewujudkan stabilitas ekonomi nasional yang berkelanjutan melalui system kelembagaan perbankan yang lebih kuat, efisien dan bermanfaat.
Dalam industri perbankan regulasi yang diberlakukan mempengaruhi proses governance bank secara berlangsung dan merupakan hal yang harus dipatuhi, karena
dinyatakan dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Pelanggaran terhadap regulasi tersebut merupakan pelanggaran kepatuhan dan mempunyai ancaman sanksi
hukum.
18
Dalam dunia perbankan prinsip kehati-hatian diakomodasikan dengan jelas oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang-udang
Nomor 23 Tahun 1999 tetang Bank Indonesia yang dijabarkan oleh Peraturan Bank Penerapan prinsip kehati-hatian dalam rangka mewujudkan yang baik, maka
hukum dapat berperan untuk mendorong bahkan memaksa pengelola perusahaan untuk mewujudkannya dalam bentuk Undang-undang, peraturan pelaksanaan, bahkan
surat edaran yang bersifat lebih teknis operasional yang dikeluarkan oleh pihak regulator.
18
Jalil Sofyan, Op.Cit. hal.8
Universitas Sumatera Utara
Indonesia No.142PBI2012 Tanggal 6 Januari 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 1111PBI2009 Tentang Penyelenggaraan
Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu.
19
Keberadaan kartu kredit diatur dalam berbagai peraturan perundangan, baik yang bersifat perdata maupun yang bersifat publik. Perjanjian merupakan sumber
hukum utama kartu kredit dari segi perdata, sedangkan perundang-undangan merupakan sumber hukum utama kartu kredit dari segi publik. Sebagai bentuk
perjanjian khusus, maka disamping berdasarkan Pasal 1320 dan Pasal 1338, kartu kredit juga tunduk pada ketentuan Buku III KUH Perdata, khususnya tentang
perjanjian habis pakai, dan perjanjian jual beli bersyarat Surat Edaran bernomor
1417DASP tentang perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1110DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu dimana resmi berlaku mulai 7 Juni 2012.
20
UU Perbankan telah mengamanatkan agar bank senantiasa berpegang pada prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan usahanya, termasuk dalam
memberikan kredit. Selain itu, Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan juga menetapkan peraturan-peraturan dalam pemberian kartu kredit oleh perbankan.
. Serta untuk memberikan jaminan keamanan kepada nasabah kartu kredit, pada akhir Januari 1998 pemerintah
mengeluarkan peraturan tentang pemberian jaminan atas kewajiban bank pada akhir Januari 1998 sesuai dengan keppres no 261998.
19
Up Date Kumpulan Peraturan Perbankan Terbaru Tentang Kartu Kredit, Jakarta: Pustaka Yustisia, 2012, hal. 115
20
Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Sinar Grafika,2008, hal. 138
Universitas Sumatera Utara
Dalam UU Perbankan konsep teoritis prinsip kehati-hatian adalah suatu sikap yang harus dipegang teguh oleh setiap orang yang bertugas mengelola suatu
perusahaan didalam pikirannya merasa terikat secara moral bahwa yang dikelolanya adalah milik orang lain dan harus bertanggung jawab kepada masyarakat.
Prudential banking principle atau prinsip kehati-hatian sering menjadi artifisial , ketika hal tersebut tidak didukung oleh hukum positif yang memadai, karena
tidaklah dapat serta merta suatu objek hukum dianggap sebagai pihak yang telah melanggar prinsip tersebut, tanpa adanya bukti yang cukup atas pemenuhan rumusan
delikstrafbaarfeit. Dalam praktik, pemberian fasilitas kredit oleh lembaga perbankan, prinsip tersebut wajib diimplementasikan, namun dalam tataran operasional prinsip
tersebut menjadi bias ketika rumusan delikstraafbarfeit sebagai normatif hukum bernuansa interpretatif subjektif.
21
2. Konsepsi