2. Peraturan Bank Indonesia Tentang Prinsip Kehati-hatian
Pasal 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mengatur keharusan penggunaan prinsip kehati-hatian oleh perbankan Indonesia dalam
menjalankan usahanya. Ketentuan dalam Pasal 2 tersebut tidak diubah oleh undang- undang perbankan yang baru, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Kemudian
prinsip kehati-hatian itu diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 pada perubahan Pasal 29 ayat 1 yang berbunyi:
“ Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia” Ketentuan Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi: “bank wajib memelihara tingkat kesehatan
bank sesuai dengan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, dan rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan
dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati- hatian.” Di dalam ayat 5 disebutkan “ Ketentuan yang wajib dipenuhi oleh
bank sebagaimana dimaksud dipenuhi oleh bank sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, ayat 3, dan ayat 4 ditetapkan oleh Bank Indonesia.”
Berdasarkan penjelasan tersebut memberikan pengertian BI diberi kewenangan untuk menetapkan pengaturan mengenai pelaksanaan kewajiban bank untuk
melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Selain itu, BI juga diberi kewenangan, tanggung jawab, dan kewajiban secara utuh untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap bank dengan menempuh upaya-upaya baik yang bersifat preventif maupun represif. Semua itu diberikan oleh undang-undang
dalam rangka memastikan dilaksanakannya prinsip kehati-hatian oleh bank dalam menjalankan usahanya.
Surat edaran ini merupakan peraturan pelaksana dari PBI No. 142PBI2012 tanggal 6 Januari 2012 tentang Perubahan Atas PBI No. 1111PBI2009 tentang
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan Kegiatan APMK. Surat edaran BI ini diperlukan untuk meningkatkan penerapan aspek kehati-hatian, aspek perlindungan konsumen, dan
aspek peningkatan standar keamanan teknologi APMK. Surat Edaran bernomor 1417DASP tentang perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
1110DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dimana resmi berlaku mulai 7 Juni 2012.
Kepala Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran BI Boedi Armanto dalam surat edaran tersebut menjelaskan materi dalam perubahan SE ini menyangkut
perlindungan nasabah, prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko, standar keamanan kartu, kerjasama penyelenggara APMK dengan pihal lain, serta penyampaian laporan.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 14 17 DASP perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1110DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu 7 Juni 2012, ringkasannya yaitu: a.
Materi yang dimuat dalam perubahan Surat Edaran Bank Indonesia ini antara lain mencakup:
1 prinsip perlindungan nasabah
2 prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam pemberian kartu kredit
3 standar keamanan APMK
4 kerjasama antara penyelenggara APMK dengan pihak lain
5 penyampaian laporan.
b. Dalam rangka penerapan prinsip perlindungan nasabah, Penerbit APMK
diwajibkan:
Universitas Sumatera Utara
1 menyampaikan informasi tertulis kepada calon Pemegang Kartu dan
Pemegang Kartu atas APMK yang diterbitkan. Informasi tersebut wajib menggunakan Bahasa Indonesia yang jelas dan mudah dimengerti, ditulis
dalam huruf dan angka yang mudah dibaca oleh calon Pemegang Kartu dan Pemegang Kartu, dan
2 menyediakan sarana dan nomor telepon yang dapat secara mudah digunakan
danatau dihubungi oleh calon Pemegang Kartu dan Pemegang Kartu dalam rangka melakukan verifikasi kebenaran segala fasilitas yang ditawarkan
danatau informasi yang disampaikan oleh Penerbit. c.
Untuk Kartu Kredit, informasi tertulis sebagaimana yang dimaksud pada butir 2.a yang wajib disampaikan oleh Penerbit Kartu Kredit kepada calon Pemegang Kartu
dan Pemegang Kartu Kredit, termasuk pula informasi tentang: 1
Bunga Kartu Kredit yang paling kurang meliputi: a
Besarnya suku bunga Kartu Kredit, baik suku bunga bulanan maupun suku bunga tahunan
b Pola, tata cara dan komponen penghitungan bunga Kartu Kredit dan
c Tata cara serta persyaratan permohonan penghapusan bunga jika terdapat
kesalahan dalam pembebanan bunga kartu kredit; Informasi tata cara dan dasar penghitungan bunga kartu kredit harus dilengkapi dengan contoh atau
ilustrasi yang mudah dipahami oleh pemegang kartu kredit. Besarnya suku bunga kartu kredit tidak boleh melampaui suku bunga maksimum yang
diditetapkan oleh Bank Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
2 Tata cara dan persyaratan bagi pemegang kartu kredit untuk mengakhiri
danatau menutup fasilitas kartu redit, yang paling kurang memuat informasi: a
Persyaratan pengakhiran danatau penutupan fasilitas Kartu Kredit b
Mekanisme pengajuan permohonan pengakhiran danatau penutupan fasilitas Kartu Kredit
c Jangka waktu penanganan oleh Penerbit Kartu Kredit terhadap
permohonan pengakhiran danatau penutupan fasilitas kartu kredit dan d
Informasi penting lainnya yang perlu diketahui oleh pemegang kartu kredit.
3 Ringkasan transaksi pemegang kartu kredit yang mencakup informasi
transaksi pemegang kartu kredit selama satu tahun berjalan dihitung sejak bulan mulai berlakunya kartu kredit, yang paling kurang memuat informasi:
a total transaksi pembelanjaan selama satu tahun
b total transaksi tarik tunai selama satu tahun
c total bunga selama satu tahun
d total biaya selama satu tahun
e total denda selama satu tahun
f performa pembayaran pemegang kartu kredit atas tagihan kartu kredit
selama satu tahun; dan g
kualitas kredit pemegang kartu kredit posisi terakhir. d.
Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kartu kredit penerbit kartu kredit diwajibkan menerapkan manajemen risiko kredit yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Batas minimum usia calon pemegang kartu kredit
a Kartu Kredit utama adalah 21 dua puluh satu tahun atau telah kawin
b Kartu Kredit tambahan adalah 17 tujuh belas tahun atau telah kawin
2 Batas minimum pendapatan calon pemegang kartu kredit adalah Rp
3.000.000,00 tiga juta Rupiah tiap bulan 3
Batas maksimum plafon kredit yang dapat diberikan kepada Pemegang Kartu Kredit secara kumulatif kepada 1 satu Pemegang Kartu Kredit adalah sebesar
3 tiga kali pendapatan tiap bulan 4
Batas maksimum jumlah penerbit kartu kredit yang dapat memberikan fasilitas kartu kredit untuk 1 satu Pemegang Kartu Kredit adalah 2 dua Penerbit
Kartu Kredit 5
Persentase minimum pembayaran oleh pemegang kartu kredit paling kurang sebesar 10 sepuluh persen dari total tagihan. Pembatasan pada huruf b dan
huruf c tidak berlaku bagi calon pemegang kartu kredit dan pemegang kartu kredit yang memiliki pendapatan di atas Rp 10.000.000,00 sepuluh juta
Rupiah tiap bulan. e.
Dalam rangka memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 4, Penerbit Kartu Kredit diwajibkan untuk melakukan:
1 Pengkinian data pemegang kartu kredit
2 Penyesuaian plafon kredit dan jumlah penerbit kartu kredit yang dapat
memberikan kartu kredit terhadap pemegang kartu kredit yang memiliki
Universitas Sumatera Utara
pendapatan tiap bulan Rp 3.000.000,00 tiga juta Rupiah sampai dengan Rp10.000.000,00 sepuluh juta Rupiah dan
3 Pengakhiran danatau penutupan kartu kredit bagi pemegang kartu Kredit
yang memiliki pendapatan di bawah Rp 3.000.000,00 tiga juta Rupiah. Untuk pelaksanaan dan penyelesaian ketentuan ini, penerbit kartu kredit
diberikan tenggat waktu selama 2 dua tahun terhitung sejak 1 Januari 2013.
f. Pembayaran pemegang kartu kredit sebesar 10 sepuluh persen dari total
tagihan atau lebih tetapi tidak penuh, harus dialokasikan oleh penerbit kartu kredit untuk pembayaran biaya dan denda apabila ada, dan sisanya paling kurang sebesar
60 enam puluh persen untuk pemenuhan kewajiban pokok transaksi. g.
Sebagai upaya peningkatan keamanan transaksi pemegang kartu kredit, penerbit kartu kredit diwajibkan mengimplementasikan:
1 PIN paling kurang 6 enam digit sebagai sarana verifikasi dan autentikasi;
dan 2
Transaction alert kepada pemegang kartu kredit dengan menggunakan teknologi layanan pesan singkat short message servicesms atau sarana
lainnya berdasarkan pilihan Pemegang Kartu Kredit, apabila terdapat transaksi Kartu Kredit yang memenuhi kriteria:
a Transaksi terjadi di pedagang merchant yang menurut penerbit kartu
kredit memiliki risiko tinggi high risk merchant;
Universitas Sumatera Utara
b transaksi terjadi dalam jumlah danatau nilai yang besar atau menyimpang
dari profil transaksi Pemegang Kartu Kredit; c
transaksi terjadi berkali-kali di Pedagang Merchant yang berbeda lokasi dalam waktu yang relatif singkat;
d transaksi terjadi berkali-kali di Pedagang Merchant yang sama untuk
pembayaran pembelanjaan barang danatau jasa yang sama; atau e
transaksi pertama atas Kartu Kredit baru. h.
Dalam melakukan penagihan Kartu Kredit baik menggunakan tenaga penagihan sendiri atau tenaga penagihan dari perusahaan penyedia jasa penagihan, Penerbit
Kartu Kredit wajib memastikan bahwa: 1
tenaga penagihan telah memperoleh pelatihan yang memadai terkait dengan tugas penagihan dan etika penagihan sesuai ketentuan yang berlaku;
2 identitas setiap tenaga penagihan ditatausahakan dengan baik oleh Penerbit
Kartu Kredit; 3
tenaga penagihan dalam melaksanakan penagihan mematuhi pokok-pokok etika penagihan sebagai berikut:
a menggunakan kartu identitas resmi yang dikeluarkan Penerbit Kartu Kredit,
yang dilengkapi dengan foto diri yang bersangkutan; b
penagihan dilarang dilakukan dengan menggunakan cara ancaman, kekerasan danatau tindakan yang bersifat mempermalukan Pemegang Kartu
Kredit;
Universitas Sumatera Utara
c penagihan dilarang dilakukan dengan menggunakan tekanan secara fisik
maupun verbal; d
penagihan dilarang dilakukan kepada pihak selain Pemegang Kartu Kredit; e
penagihan menggunakan sarana komunikasi dilarang dilakukan secara terus menerus yang bersifat mengganggu;
f penagihan hanya dapat dilakukan di tempat alamat penagihan atau domisili
Pemegang Kartu Kredit; g
penagihan hanya dapat dilakukan pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 20.00 wilayah waktu alamat Pemegang Kartu Kredit; dan
h penagihan di luar tempat danatau waktu sebagaimana dimaksud pada huruf
f dan huruf g hanya dapat dilakukan atas dasar persetujuan danatau perjanjian dengan Pemegang Kartu Kredit terlebih dahulu. Penerbit Kartu
Kredit juga harus memastikan bahwa pihak lain yang menyediakan jasa penagihan yang bekerjasama dengan Penerbit Kartu Kredit juga mematuhi
etika penagihan yang ditetapkan oleh asosiasi penyelenggara APMK. i
Dalam rangka mendukung kajian Bank Indonesia untuk penetapan suku bunga maksimum Kartu Kredit, Penerbit diwajibkan menyampaikan
Laporan Laba Rugi ProfitLoss Report Kartu Kredit. Laporan ini wajib disampaikan Penerbit Kartu Kredit kepada Bank indoensia secara berkala,
yaitu triwulanan. j
Pemberlakuan secara efektif ketentuan dalam SEBI APMK ini diatur sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 ketentuan mengenai penerapan prinsip kehati-hatian seperti minimum
usia calon Pemegang Kartu Kredit, minimum pendapatan calon Pemegang Kartu Kredit, batas maksimum plafon kredit, batas maksimum
perolehan Kartu Kredit, maksimum suku bunga Kartu Kredit, dan penyampaian transaction alert, diberlakukan secara efektif per 1 Januari
2013 2
ketentuan mengenai migrasi teknologi tanda-tangan menjadi PIN paling kurang 6 enam digit untuk transakasi Kartu Kredit wajib diselesaikan
paling lambat 31 Desember 2014. Dengan demikian per 1 Januari 2015 penggunaan PIN paling kurang 6 enam digit untuk transaksi Kartu
Kredit sudah wajib diimplementasikan secara penuh, dan 3
ketentuan-ketentuan lainnya diberlakukan sejak tanggal perubahan SEBI APMK ini diterbitkan.
41
B. Kartu Kredit 1. Pengertian Dan Pengaturan Kartu Kredit Dalam Undang-undang
Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
Dalam perkembangan abad modern ini, masyarakat akan lebih mengharapkan adanya kemudahan dalam melakukan segala macam transaksi. Bank sebagai salah
satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa, juga harus
41
www.bi.go.id diakses 10 September 2012
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan produk pelayanan jasanya. Salah satu produk yang biasanya ada pada setiap bank adalah kartu kredit.
42
Kartu kredit merupakan salah satu alat bayar dalam transaksi perdagangan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Istilah kartu kredit dalam bahasa
Inggris disebut dengan credit card yang didalamnya mencantumkan identitas pemegang kartu kredit dan penerbit yaitu bankperusahaan pembiayaan. Selain
menunjukkan identitas pemegang dan penerbit, istilah kartu kredit juga menunjukkan cara pembayarannya yang dilakukan dengan tidak menggunakan uang tunai,
meskipun transaksinya dilakukan secara tunai. Kartu kredit ini umumnya dibuat dari bahan plastik dan berukuran kecil, sehingga istilah kartu kredit sering juga disebut
kartu plastik. Dengan bentuk ukurannya yang kecil, menjadikan kartu plastikkartu kredit sebagai alat bayar yang aman, praktis, mudah, dan sekaligus meningkatkan
prestise bagi pemegangnya.
43
Berbeda dengan kartu debit, dimana pemilik kartu nasabah wajib mempunyai dana yang cukup pada rekening nasabah pada bank yang bersangkutan,
maka dalam kartu kredit nasabah benar-benar diberikan kredit. Dalam layanan kartu kredit nasabah tidak diwajibkan mempunyai rekening di bank yang bersangkutan.
Jadi, kartu kredit ini hakikatnya merupakan alat pembayaran transaksi yang memberikan fasilitas kredit kepada pemiliknya, dimana pada saat jatuh tempo,
42
Ismail, Managemen Perbankan , Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2010, hal. 169
43
Sunaryo, Op.Cit, hal. 115
Universitas Sumatera Utara
tagihan atas transaksi tersebut dapat dibayarkan penuh atau sebagian yang telah ditentukan minimalnya dan sisanya menjadi fasilitas kredit.
44
Unsur-unsur dari pengertian kartu kredit adalah sebagai berikut.
45
Keempat hubungan kartu kredit, dalam perjanjian penerbitan kartu kredit timbul hubungan hak dan kewajiban. Pemegang kartu kredit wajib menyetorkan dana kepada
penerbit, dan penerbit wajib menerbitkan dan menyerahkan kartu kredit kepada pemegang kartu kredit. Dalam perjanjian penggunaan kartu kredit, pemegang kartu
Pertama subjek kartu kredit, subjek kartu kredit adalah pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi penggunaan kartu kredit. Pihak-pihak tersebut terdiri atas pemegang
kartu kredit card holder sebagai pembeli, pengusaha dagang merchant sebagai
penjual, dan bankperusahaan pembiayaan sebagai penerbit issuer.
Kedua objek kartu kredit, Objek karu kredit adalah barangjasa yang diperdagangkan merchandise oleh pengusaha dagang sebagai penjual, harga yang dibayar oleh
pemegang kartu kredit sebagai pembeli, dan dokumen jual beli sales document yang
terbit dari transaksi jual beli.
Ketiga peristiwa kartu kredit, peristiwa kartu kredit adalah perbuatan hukum legal act yang menciptakan perjanjian penerbitan kartu kredit antara pemegang kartu
kredit dan penerbit. Di samping itu, perbuatan hukum yang menciptakan penggunaan kartu kredit antara pemegang kartu kartu kredit sebagai pembeli, pengusaha dagang
sebagai penjual, dan bankperusahaan pembiayaan sebagai penerbit.
44
Try Widiono, Op. Cit. hal.204
45
Sunaryo, Op. Cit, hal. 117
Universitas Sumatera Utara
kredit wajib membayar barangjasa kepada penjual dengan cara menunjukkan kartu kredit dan menandatangani tanda lunas pembayaran, penjual wajib menyerahkan
barangjasa kepada pemegang kartu kredit sebagai pembeli, dan penerbit wajib membayar kepada penjual yang menyodorkan tanda lunas pembayaran yang
ditandatangani oleh pemegang kartu kredit. Kelima jaminan kartu kredit, jaminan security bagi penerbit didasarkan pada
perjanjian penerbitan kartu kredit. Pemegang kartu kredit adalah orang yang dapat dipercaya oleh penerbit dan wajib mematuhi ketentuan dan persyaratan perjanjian
yang telah ditetapkan oleh penerbit. Sesuai dengan perjanjian, secara berkala pemegang kartu kredit membayar tagihan yang disampaikan oleh penerbit.
Kepercayaan dan pembayaran tagihan adalah jaminan bagi penerbit untuk membayar harga barangjasa yang ditagih oleh penjual.
a. Dasar Hukum Atas Legalisasi Pelaksanaan Kartu Kredit Di Indonesia.
1 Perjanjian antara para pihak sebagai dasar hukum sebagaimana diketahui sistem
hukum kita menganut asas kebebasan berkontrak Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata. Pasal 1338 ayat 1 tersebut menyatakan bahwa setiap perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi yang membuatnya. Dengan berlandaskan kepada pasal 1338 ayat 1 ini maka asal
tidak bertentangan dengan hukum atau kebiasaan yang berlaku, maka setiap perjanjian lisan maupun tertulis yang dibuat oleh para pihak yang terlibat
dalam kegiatan kartu kredit, akan berlaku sebagai undang-undang bagi para
pihak tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2 Perundang-undangan sebagai dasar hukum. Ada berbagai perundang-undangan
lain dengan tegas menyebutkan dan memberi landasan hukum terhadap
penerbitan dan pengoperasian kartu kredit ini yaitu sebagai berikut:
a Keppres No.6 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan No.61 Tahun 1998
tentang . Pranata hukum kartu kredit di Indonesia dimulai pada tahun 1988, yaitu dengan dikeluarkannya Keppres tentang Lembaga Pembiayaan, dan
Keputusan Menteri Keuangan No.1251KMK.0131988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. Kedua keputusan tersebut
menjadi titik awal sejarah perkembangan pengaturan kartu kredit sebagai lembaga bisnis pembiayaan di Indonesia.
46
b Keputusan Menteri Keuangan No.1251KMK.0131998 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan sebagaimana berkali-kali diubah, terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan RI
Pasal 2 ayat 1 dari Keppres No.61 ini antara lain menyebutkan bahwa salah satu kegiatan dari lembaga
pembiayaan adalah melakukan usaha kartu kredit. Sementara dalam Pasal 1 ayat 7 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “perusahaan kartu kredit
adalah badan usaha yang kegiatan usaha nya pengelolaan kartu kredit”. Menurut Pasal 3 dari Keppres No.61 ini yang dapat melakukan kegiatan
lembaga pembiayaan tersebut termasuk kegiatan kartu kredit adalah : 1. Bank. 2. Lembaga Keuangan Bukan Bank sekarang sudah tidak ada lagi
dalam sistem keuangan kita. 3. Perusahaan Pembiayaan.
46
Ibid
Universitas Sumatera Utara
No.448KMK.0172000 tentang Perusahaan Pembiayaan Pasal 2 dari Keputusan Menkeu No.1251 ini kembali menegaskan bahwa salah satu dari
kegiatan Lembaga Pembiayaan adalah usaha kartu kredit. Selanjutnya dalam pasal 7 ditentukan bahwa pelaksanaan kegiatan kartu kredit dilakukan
dengan cara penerbitan kartu kredit yang dapat dipergunakan oleh pemegangnya untuk pembayaran pengadaan barang dan jasa.
47
c Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan seperti yang telah
diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Sehubungan dengan perbankan, kartu kredit legitimasinya dalam Undang-Undang No.7 Tahun
1992 seperti yang telah diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Pasal 6 huruf I nya dengan tegas menyatakan bahwasanya salah satu
kegiatan bank adalah melakukan usaha kartu kredit.
d Berbagai peraturan perbankan lainnya yang mengatur yang mengatur lebih
lanjut atau menyinggung kartu kredit ini yang dikeluarkan dari waktu ke
waktu. b. Pengaturan Kartu Kredit
Segi hukum perdata ada dua sumber hukum perdata untuk kegiatan
pembiayaan kartu kredit, yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan
dibidang hukum perdata.
1
Asas kebebasan berkontrak
47
Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010, hal. 15
Universitas Sumatera Utara
Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan pembiayaan kartu kredit selalu dibuat secara tertulis kontrak sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar
kepastian hukum legal certainty. Dalam hubungan hukum kartu kredit terdapat perjanjian, yaitu perjanjian penerbitan kartu kredit. Perjanjian penerbitan kartu kredit
adalah persetujuan antara bankperusahaan pembiayaan sebagai penerbit dan pemegang kartu kredit sebagai peminjam uang. Kemudian penggunaan kartu kredit
adalah persetujuan yang melibatkan 3tiga pihak, yaitu bankperusahaan pembiayaan sebagai penerbit dan pembayar, pemegang kartu kredit sebagai pembeli dan
perusahaan dagang sebagai penjual. Perjanjian tersebut dibuat berdasarkan asas kebebasan berkontrak para pihak yang memuat rumusan kehendak berkontrak para
pihak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari masing- masing para pihak.
48
48
Sunaryo, Op.Cit, hal.118
Perjanjian penerbitan kartu kredit dan perjanjian penggunaan kartu kredit merupakan dokumen hukum utama main legal document yang dibuat
secara sah dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Akibat hukum yang dibuat perjanjian secara sah maka akan berlaku
sebagai undang-undang dari pihak-pihak, yaitu bank perusahaan pembiayaan, pemegang kartu kredit, dan perusahaan dagang Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata.
Konsekuensi Yuridis selanjutnya, perjanjian tersebut haruis dilaksanakan dengan itikad baik in good faith dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak unilateral
invoidable. Perjanjian penerbit kartu kredit tersebut berfungsi sebagai dokumen
Universitas Sumatera Utara
bukti yang sah bagi bankperusahaan pembiayaan, pemegang kartu kredit, dan perusahaan dagang.
2
Undang-undang di Bidang Hukum Perdata
Perjanjian kartu kredit merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang tunduk pada ketentuan Buku III KUHPerdata. Sumber hukum utama kartu kredit
adalah ketentuan mengenai perjanjian pinjam pakai habis dan perjanjian jual beli bersyarat yang diatur dalam Buku III KUHPerdata. Kedua sumber hukum utama
dibahas dalam konteksnya kartu kredit. a
Perjanjian pinjam pakai habis
Perjanjian kartu kredit yang terjadi antara bankperusahaan pembiayaan dan pemegang kartu kredit digolongkan kedalam perjanjian pinjam habis pakai yang
diatur dalam Pasal 1754-1773 KUH Perdata. Pasal 1754 KUH Perdata menyatakan bahwa pinjaman pakai habis adalah perjanjian, dengan mana pemberi pinjaman
menyerahkan sejumlah barang habis pakai kepada peminjam dengan syarat bahwa peminjam akan mengembalikan barang tersebut kepada pemberi pinjaman dalam
jumlah dan keadaan yang sama. Dalam pengertian “barang habis pakai” termasuk juga sejumlah uang yang dipinjamkan oleh pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman
adalah penerbit, yaitu bankperusahaan pembiayaan yang berkedudukan sebagai kreditor, sedangkan peminjam adalah pemegang kartu kredit yang berkedudukan
sebagai debitur. Karena barang habis pakai yang dipinjam itu adalah sejumlah uang, menurut ketentuan pasal 1765 KUH Perdata pihak-pihak bankperusahaan
pembiayaan dan pemegang kartu kredit boleh memperjanjikan pengembalian
Universitas Sumatera Utara
uang pokok ditambah dengan bunga. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perjanjian penerbitan kartu kredit tergolong perjanjian khusus
yang objeknya adalah barang habis pakai yang di atur dalam Pasal 1754-1773 KUH Perdata. Dengan demikian, ketentuan pasal-pasal tersebut berlaku terhadap
dan sejauh relevan dengan perjanjian penerbitan kartu kredit, kecuali apabila dalam perjanjian diatur secara khusus menyimpang.
b
Perjanjian jual beli bersyarat
Perjanjian penggunaan kartu kredit adalah perjanjian yang terjadi antara pemegang kartu kredit sebagai pembeli, perusahaan dagang sebagai penjual dan
bankperusahaan pembiayaan sebagai penerbit dan pembayar. Perjanjian ini merupakan perjanjian accessoir dari perjanjian penerbit kartu kredit sebagai
perjanjian pokok. Perjanjian ini digolongkan ke dalam perjanjian jual beli yang diatur dalam Pasal 1457-1518 KUH Perdata, tetapi pelaksanaan pembayaran
digantungkan pada syarat yang disepakati dalam perjanjian pokok yaitu perjanjian penerbitan kartu kredit. Menurut Pasal 1513 KUH Perdata bahwa pembeli wajib
membayar harga pembelian pada waktu dan tempat yang ditetapkan menurut perjanjian. Syarat waktu dan tempat pembayaran ditetapkan dalam perjanjian
pokok, yaitu pembayaran dengan menggunakan kartu kredit yang saat dan tempat pembayaran ketika penjual perusahan dagang menyerahkan kepada
bankperusahaan pembiayan surat tanda pembelian yang ditandatangani oleh pemegang kartu kredit. Dalam perjanjian penggunaan kartu kredit, penjual
perusahaan dagang setuju menjual barangjasa kepada pembeli pemegang kartu
Universitas Sumatera Utara
kredit dengan menggunakan kartu kredit. Penjual setuju bahwa harga akan dibayar penerbit bankperusahaan pembiayaan ketika surat tanda pembelian yang
ditandatangani oleh pembeli diserahkan kepada penerbit. Syarat perjanjian tersebut mengikat penjual dan pembeli sama mengikatnya dengan perjanjian jual beli
tersebut. Penerbit juga terikat karena ketika kartu kredit diterbitkan, penerbit akan membayar harga pembelian barangjasa kepada siapa pun kartu kredit itu
digunakan.
49
c. Karakteristik Yuridis Dari Kartu Kredit.
Ditinjau dari segi Yuridis ternyata kartu kredit ini mempunyai karakteristik
yuridis tertentu yang berbeda dengan alat pembayaran lainnya seperti cek, wesel atau uang tunai.
1 Perjanjian-perjanjian tentang kartu kredit yaitu perjanjian-perjanjian yang terjadi
antara para pihak yang terlibat dalam pengeluaran dan pemakaian kartu kredit agak unik apabila ditinjau dari segi hukum. Perjanjian dibagi menjadi dua
kategori:
a
Antara Penerbit dengan Pemegang
Antara pihak penerbit dengan pemegang kartu kredit terjadi suatu hubungan hukum dalam bentuk perjanjian, biasanya didahului oleh proses di mana pihak
pemegang mempelajari terlebih dahulu syarat-syarat dan kondisi yang berlaku terhadap kartu kredit yang bersangkutan. Perjanjian antara pihak penerbit dengan
pihak pemegang kartu kredit ini mirip dengan perjanjian kredit bank, dimana hutang
49
Ibid, hal 120
Universitas Sumatera Utara
akan dibayar kembali secara mencicil pada kartu kredit dalam arti sempit dan akan dibayar kembali sekaligus pada waktu penagihan dalam kasus kartu pembayaran
tunai charge card. Karakteristik lainnya adalah pembeli pinjaman tidak dapat meminta kembali barang yang dipinjamkan in casu pembayaran hutang sebelum
lewat waktu yang telah ditentukan di dalam perjanjian. Lihat Pasal 1759 KUHPerdata kecuali jika ada syarat-syarat yang tidak dipenuhi yang menurut perjanjian tersebut,
pihak peminjam diharuskan membayar hutang sebelum jatuh tempo. b
Antara Pemegang dengan Penjual Barangjasa
Antara pihak pemengang kartu kredit dengan pihak penjual barang dan jasa terdapat hubungan hukum berupa perjanjian, bahkan seringkali secara tidak tertulis.
Yang paling lazim tentunya perjanjian jual beli. Yang terjadi adalah perjanjian tiga pihak antara pihak penjual, pembeli dan pemegang kartu. Perjanjian tiga ini
merupakan assessoir terhadap perjanjian pokoknya yaitu perjanjian penerbitan kartu kredit antara pihak penerbit dengan pembeli
2 Apakah kartu kredit termasuk surat berharga. Dapat diketahui bahwa dalam KUH
Dagang disebutkan beberapa jenis surat berharga seperti cek, wesel, Aksep dan sebagainya. Sebenarnya surat berharga mempunyai tiga fungsi utama sebagai
berikut: a
Sebagai alat bayar alat tukar pengganti uang b
Sebagai alat untuk memindahkan hak tagih dapat diperjualbelikan c
Sebagai surat bukti hak tagih legitimasi. Sungguhpun kartu kredit telah mirip dengan surat berharga tetapi dalam pengertian hukum belumlah dapat
Universitas Sumatera Utara
dipandang suatu surat berharga. Sebab jika dilihat dari ke tiga fungsi surat berharga tersebut hanya fungsi yang pertama yang dipenuhi oleh kartu kredit.
Yaitu fungsi sebagai alat pembayaran pengganti uang kontan. Sedangkan fungsi kedua tidak terpenuhi sama sekali. Sementara fungsi ketiga juga
terpenuhi walaupun secara tidak langsung hak tagih tersebut dapat dipenuhi tetapi bukan oleh kartu kredit, melainkan oleh slip pembayaran yang telah
ditandatangani oleh pemegang kartu kredit.
50
2. Prinsip Kehati-hatian Dalam Bisnis Kartu Kredit