Faktor yang berpengaruh terhadap kematian maternal berdasarkan Hubungan Asuhan Antenatal Terintegrasi dengan Kematian Maternal Di

kematian maternal sebesar 0,24 kali Mantel Haenzel OR: 0,24; p: 0,015. Hubungan antara kunjungan nifas II pada pemberian asuhan postnanal dan risiko kematian maternal diubah oleh karakteristik masa kerja dalam menurunkan risiko kematian maternal sebesar 0,24 kali Mantel Haenzel OR: 0,24; p: 0,047. Hubungan antara kunjungan nifas III pada pemberian asuhan postnanal dan risiko kematian maternal diubah oleh karakteristik masa kerja penelitian dalam menaikkan risiko kematian maternal sebesar 2,29 kali Mantel Haenzel OR: 2,29; p: 0,088.

2. Pembahasan

A. Faktor yang berpengaruh terhadap kematian maternal berdasarkan

pemberian asuhan antenatal terintegrasi, intranatal dan postnatal Tabel 4.17 Faktor yang berpengaruh terhadap kematian maternal berdasarkan pemberian asuhan antenatal terintegrasi, intranatal dan postnatal Variabel independent OR CI 95 p Antenatal terintegrasi Anamnesis 0,06 0,00-0,03 0,001 Pemeriksaan Fisik 0,91 0,29-4,14 0,903 Konseling dan pemberian obat 0,48 0,11-2,13 0,338 Intranatal Membuat keputusan klinik 0,10 0,03-0,30 0,001 Pencatatan asuhan persalinan 0,11 0,04-0,29 0,001 Pertolongan persalinan normal dengan 58 langkah 0,26 0,09-0,81 0,020 Postnatal Kunjungan nifas I 2,33 1,04-5,22 0,040 Kunjungan nifas II Kunjungan nifas III 0,87 0,32 0,38-1,99 0,15-0,67 0,738 0,003 signifikan p0,05 Berdasarkan tabel 4.17 pada pemberian asuhan antenatal terintegrasi yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kematian maternal adalah anamnesis. Pada pemberian asuhan intranatal yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kematian maternal adalah membuat keputusan klinik dan pencatatan asuhan persalinan dan pertolongan perslinan normal dengan 58 langkah. Pada pemberian asuhan postnatal yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap kematian maternal adalah kunjungan nifas III. perpustakaan.uns.ac.id commit to user

B. Hubungan Asuhan Antenatal Terintegrasi dengan Kematian Maternal Di

Kabupaten Banyumas tahun 2013-2014 Seorang bidan berkewajiban memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan. Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar Manuaba, 2010. Pemeriksaan Antenatal terintegrasi di Kabupaten Banyumas terdiri dari kelengkapan alat, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan pemberian obat serta konseling kepada ibu hamil setiap pemberian asuhan Antenatal terintegrasi. Alat kesehatan merupakan instrumen dan atau mesin yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat ibu hamil yang sakit, memulihkan kesehatan pada ibu hamil, danatau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh ibu hamil. Hasil analisis menyatakan tidak terdapat hubungan antara kelengkapan alat pada pemeriksaan ibu hamil dengan kematian ibu. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Demny, et al 2012 yang menyatakan terdapat hubungan antara ketersediaan fasilitas dan peralatan dengan mutu pelayanan, dikarenakan di Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas hampir semua Puskesmas sudah memiliki alat pemeriksaan ibu hamil secara lengkap, tetapi risiko kematian maternal di Kabupaten ini masih tetap tinggi. Hasil penelitian didapatkan bahwa beberapa Puskesmas yang memiliki alat untuk pemeriksaan kehamilan tetapi tidak digunakan, contohnya alat laboratorium yang hanya digunakan apabila ada indikasi pada ibu hamil saja, beberapa Puskesmas sudah memiliki sarung tangan, kapas DTT, pengukur LILA serta jangka panggul tetapi tidak digunakan pada saat pemeriksaan sehingga diagnosa yang ditegakkan pada ibu hamilpun akan kurang akurat. Adapun lembar inform consent hampir di setiap Puskesmas dan Poskesdes di Kabupaten Banyumas tersedia tetapi sangat jarang sekali setiap kali akan melakukan tindakan yang meminta persetujuam dari klien ataupun keluarga klien yang dilakukan secara tertulis. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Anamnesis merupakan wawancara antara ibu hamil keluarganya dengan bidan yang berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita ibu selama hamil. Pada hasil penelitian didapatkan anamnesis sesuai standar pada pemberian asuhan Antenatal terintegrasi mempunyai risiko menurunkan kematian maternal dibandingkan dengan anamnesis yang dilakukan tidak sesuai standar. Anamnesis merupakan proses tanya jawab antara seorang bidan dengan klien ibu hamil, bidan menanyakan semua yang berhubungan dengan kesehatan kliennya dari pengkajian umum berupa nama sampai ke penghasilan keluarga, keluhan utama, aktifitas sehari-hari, pola nutrisi, riwayat kesehatan ibu hamil serta riwayat kesehatan keluarga dan lain-lain. Anamnesis sangat perlu dilakukan sesuai standar karena prosedur dan pertanyaan yang ditanyakan kepada ibu hamil, hasilnya sangat mendukung dari asuhan kehamilan yang akan diberikan selanjutnya, anamnesis yang dilakukan tidak sesuai standar atau tidak lengkap juga akan mempengaruhi diagnosa akhir serta pemberian obat dan konseling. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lekeisha et al 2010 yang menyatakan tenaga kesehatan profesional harus mempunyai data tentang keadaan psikis klien yang didapatkan pada awal kehamilan dengan cara melakukan anamnesis yang dilakukan sesuai standar karena hal ini penting berdampak terhadap kesejahteraan emosi, kesejahteraan fisik ibu hamil ataupun kedaan setelah melahirkan. Seorang bidan dalam melakukan anamnesis yang sesuai standar ataupun yang tidak sesuai standar pada pemeriksaan kehamilan dipengaruhi oleh usia dan masa kerja dari bidan tersebut, semakin bertambah usia dan masa kerja bidan semakin bagus dalam melakukan anamnesis kepada klien karena pengetahuan akan berjalan searah dengan pengalaman-pengalaman yang didapat selama bekerja. Pemeriksaan fisik yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan kondisi fisik ibu hamil dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan cara inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi. Tahap ini merupakan tahap yang penting dan harus seluruhnya dilakukan karena tahap ini adalah tahap dimana hasilnya sangat menentukan dari hasil pemberian asuhan kehamilan. Pemeriksaan fisik sesuai standar pada pemberian asuhan Antenatal perpustakaan.uns.ac.id commit to user terintegrasi dapat menurunkan risiko kematian maternal dibandingkan dengan pemeriksaan fisik yang tidak dilakukan sesuai standar, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hollowell, et al 2011 yang menyatakan bahwa pemberian asuhan antenatal yang berkualitas akan mengurangi kematian bayi dan faktor risiko pada ibu hamil. Tetapi hubungan antara pemeriksaan fisik pada pemberian asuhan antenatal terintegrasi dan risiko kematian maternal diubah oleh karakteristik usia subjek penelitian dalam menurunkan risiko kematian maternal. Pemeriksaan fisik pada pemberian asuhan antenatal terintegrasi yang dilakukan standar ataupun yang tidak sesuai standar juga ditentukan oleh oleh usia dari pemberi asuhan tersebut, pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa semakin tinggi usia pemberi asuhan semakin bagus asuhan pemeriksaan fisik yang diberikan ke klien. Dengan bertambahnya usia diharapkan juga bertambahnya pengalaman dari pemberi asuhan, sehingga asuhan yang diberikan ke klien semakin menjadi lebih baik dan sesuai standar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indrawati 2009 yang menyatakan bahwa perilaku pengisian partograf pada pertolongan persalinan normal dipengaruhi oleh usia dan tingkat pengetahuan serta sikap bidan praktik swasta. Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi tertentu guna memperoleh keterangan yang lebih lengkap. Hasil analisis menyatakan tidak terdapat hubungan antara pemeriksaan penunjang pada ibu hamil dengan kematian maternal. Hal ini dikarenakan sebagian besar Puskesmas di Kabupaten Banyumas sudah memiliki alat untuk pemeriksaan penunjang laboratorium pemeriksaan glukosa urin, urin reduksi dan Hb, pemeriksaan laboratorium ini dilakukan dengan tujuan untuk penapisan awal apakah ibu hamil terkena komplikasi kehamilan atau tidak sehingga komplikasi kehamilan dapat terdeteksi secara awal dan dapat ditangani dengan baik, tetapi karena beberapa alasan pemeriksaan penunjang laboratorium ini hanya dilakukan jika ada indikasi saja, sehingga deteksi awal adanya komplikasi pun tidak dapat dicegah. Hal ini dikukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Monk, et al 2014, menyatakan bahwa penyediaan unit pemeriksaan kesehatan dipelayanan kesehatan kebidanan sebagai alternatif untuk menurunkan risiko commit to user kehamilan. Pada hasil penelitian didapatkan ibu yang meninggal saat kehamilan sebanyak 22 kasus 32,8 yang diakibatkan oleh eklamsia sebanyak 6 kasus 27,3, dan yang meninggal saat bersalin karena perdarahan sebanyak 7 kasus 53,8. Pemberian obat dan konseling merupakan tahap terakhir pada asuhan pada ibu hamil, yang berupa pemberian informasi kesehatan dan obat yang berhubungan dengan kesehatan ibu hamil, bertujuan supaya ibu hamil menjadi lebih sehat lagi dengan bayinya. Pemberian konseling dan obat sesuai standar pada pemberian asuhan antenatal terintegrasi dapat menurunkan risiko kematian maternal dibandingkan dengan konseling dan pemberian obat yang dilakukan tidak sesuai standar. Pada setiap pemeriksaan kehamilan selesai dilakukan, diharapkan bidan menyampaikan hasil pemeriksaan dengan baik dan memberikan pendidikan kesehatan atau konseling mengenai hal yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut, sehingga diharapkan klien setelah mendapatkan informasi kesehatan akan melakukan perilaku kesehatan lebih baik lagi dan berdampak positif bagi kesehatan ibu dan bayinya, disamping itu pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan juga sangat diperlukan klien. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oeh Prata, et al 2014 yang menyatakan bahwa penggunaan obat yang sesuai seperti misoprostol pada perdarahan, pengukuran kehilangan darah, perwatan setelah melahirkan dan pemberian konseling dini tentang keluarga berencana dapat menurunkan risiko kematian maternal.

C. Hubungan Asuhan Intranatal dengan Kematian Ibu di Kabupaten