kehamilan. Pada hasil penelitian didapatkan ibu yang meninggal saat kehamilan sebanyak 22 kasus 32,8 yang diakibatkan oleh eklamsia
sebanyak 6 kasus 27,3, dan yang meninggal saat bersalin karena perdarahan sebanyak 7 kasus 53,8.
Pemberian obat dan konseling merupakan tahap terakhir pada asuhan pada ibu hamil, yang berupa pemberian informasi kesehatan dan obat yang
berhubungan dengan kesehatan ibu hamil, bertujuan supaya ibu hamil menjadi lebih sehat lagi dengan bayinya. Pemberian konseling dan obat sesuai standar
pada pemberian asuhan antenatal terintegrasi dapat menurunkan risiko kematian maternal dibandingkan dengan konseling dan pemberian obat yang
dilakukan tidak sesuai standar. Pada setiap pemeriksaan kehamilan selesai dilakukan, diharapkan bidan menyampaikan hasil pemeriksaan dengan baik
dan memberikan pendidikan kesehatan atau konseling mengenai hal yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut, sehingga diharapkan klien
setelah mendapatkan informasi kesehatan akan melakukan perilaku kesehatan lebih baik lagi dan berdampak positif bagi kesehatan ibu dan bayinya,
disamping itu pemberian obat sesuai hasil pemeriksaan juga sangat diperlukan klien. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oeh Prata, et al
2014 yang menyatakan bahwa penggunaan obat yang sesuai seperti misoprostol pada perdarahan, pengukuran kehilangan darah, perwatan setelah
melahirkan dan pemberian konseling dini tentang keluarga berencana dapat menurunkan risiko kematian maternal.
C. Hubungan Asuhan Intranatal dengan Kematian Ibu di Kabupaten
Banyumas tahun 2013-2014
Bidan merupakan pendamping wanita, seorang bidan diwajibkan harus memiliki kompetensi dalam memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap
terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk
mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. Salah satu asuhan kebidanan yang ditujukan untuk menurunkan risiko kesakitan dan
kematian pada ibu bersalin serta dapat melahirkan bayi yang sehat dan aman perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
adalah dengan lima benang merah pada asuhan persalinan normal. Lima benang merah pada asuhan persalinan normal terdiri dari keputusan klinik,
asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan, dan rujukan.
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hasil
penelitian menyatakan membuat keputusan klinik sesuai standar pada pemberian asuhan intranatal dapat menurunkan risiko kematian maternal
dibandingkan dengan pengambilan keputusan klinik yang dilakukan tidak sesuai standar. Hal ini merupakan suatu proses sistematik dalam
mengumpulkan dan analisis informasi, membuat diagnosis kerja menentukan kondisi klien apakah dalam keadaan normal atau bermasalah, membuat
rencana tindakan yang sesuai dengan kondisi klien, melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil asuhan atau tindakan yang telah
diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir. Keputusan klinik merupakan tahap dimana akan mempengaruhi dari proses pemberian asuhan selanjutnya dalam
pemberian asuhan persalinan, hasil dari pengambilan keputusan klinik yang sesuai standar sangat diharapkan.
Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan-tindakan
pencegahan infeksi antara lain: cuci tangan, memakai sarung tangan, memakai perlengkapan
celemek baju
penutup, kacamata,
sepatu tertutup,
menggunakan asepsis atau teknik aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan tajam dengan aman, menjaga kebersihan dan kerapian
lingkungan serta pembuangan sampai secara benar. Pencegahan infeksi sesuai standar pada pemberian asuhan intranatal dapat menurunkan risiko kematian
maternal dibandingkan pencegahan infeksi yang dilakukan tidak sesuai standar. Pencegahan infeksi pada pemberian asuhan persalinan dengan kematian
maternal diubah hubungannya oleh usia subjek penelitian dan masa kerja, hal ini sejalan dengan penelitian Syam, 2011 yang menyatakan terdapat
hubungan pengetahuan dan sikap bidan terhadap penatalaksanaan pencegahan infeksi dalam menolong persalinan, disarankan diperlukan peningkatan
commit to user
pengetahuan dan sikap bidan melalui pendidikan formal dan non formal secara berkesinambuingan dan merata serta ketersediaan dan kelengkapan alat-alat
bahan yang mendukung pelaksanaan pencegahan infeksi disarana kesehatan. Diharapkan dengan bertambahnya usia dan masa kerja akan menambah
pengalaman sehingga pemberian asuhan berupa pencegahan infeksi di Puskesmas akan menjadi lebih baik. Keterbatasan pengisian kuesioner
pencegahan infeksi pada penelitian ini adalah peneliti mengisi kuesioner hanya berdasarkan observasi terhadap alat pertolongan persalinan yang terdapat di
ruang bersalin di Puskesmas. Pencatatan asuhan persalinan sesuai standar pada pemberian asuhan
intranatal dapat menurunkan risiko kematian maternal dibandingkan dengan pencatatan asuhan persalinan yang tidak sesuai standar. Hal ini sependapat
dengan hasil penelitian Rahmayanti dan Setyaningsih 2011 mengatakan
pengetahuan bidan terkait dengan dokumentasi yaitu baik, akan tetapi aplikasi dokumentasi ANC, INC, PNC masih belum sesuai dengan standar
pendokumentasian. Graham 2018 menyebutkan bahwa adanya rekam medik yang tersetruktur akan membantu mencegah dan mengurangi mortalitas ibu.
Hal ini sejalan dengan program yang sudah ditetapkan oleh Dinas Kabupaten Banyumas adanya form yang tersetruktur dari form asuhan kehamilan sampai
nifas sudah disebarkan serentak di seluruh Puskesmas wilayah Kabupaten banyumas, tetapi dari hasil penelitian didapatkan banyak bidan yang hanya
asal-asal saja dalam melakukan pendokumentasian yang seharusnya pendokumentasian dilakukan secara Subjektif, Objektif, Assasement, Plan,
Implementasi dan Evaluasi SOAP tetapi hanya singka-singkat saja dengan alasan bidan tidak memiliki waktu untuk melakukan pendokumentasian yang
sesuai karena dengan adanya bantuan dana kesehatan dari pemerintah pasien di Puskemas meningkat dan waktunya habis untuk melakukan pelayanan
kesehatan. Ikatan Bidan Indonesia IBI menyatakan mulai tahun 2015 syarat utama untuk memperpanjang Surat Tanda Regristrasi STR bidan adalah
dengan adanya dokumentasi dari asuhan-asuhan yang telah diberikan ke klien sesuai prosedur yang sudah ditentukan, hal ini bertujuan agar bidan melakukan
commit to user
asuhan sesuai standar yang sudah ditetapkan pemerintah serta adanya dokumentasi yang lebih rapi lagi.
Prosedur rujukan sesuai standar pada pemberian asuhan intranatal dapat meningkatkan risiko kematian maternal dibandingkan dengan prosedur rujukan
yang dilakukan tidak sesuai standar. Hal ini tidak sepenuhnya memiliki arti seperti hasil penghitungan statistika, rujukan yang sesuai standar akan
meningkatkan kematian maternal di Puskesmas Kabupaten Banyumas, dikarenakan data rekam medik rujukan yang terdapat lebih banyak pada bidan
yang memiliki kasus kematian dibandingkan bidan yang tidak memiliki kasus kematian, bidan mengatakan mereka akan membuat rekam medik tentang
pemberian asuhan rujukan apabila terjadi komplikasi saja dan hal ini menjadi kebiasan bidan-bidan di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas. Hubungan
antara prosedur rujukan dengan risiko kematian maternal diubah oleh usia subjek penelitian dan masa kerja dalam meningkatkan risiko kematian
maternal. Sebaiknya pemberian asuhan rujukan pada persalinan diberikan kepada semua pasien bersalin dan tanpa menunggu adanya kompliaksi atau
kegawatdaruratan terlebih dahulu, sehingga klien, kluarga serta bidan akan lebih siap dan mantap apabila ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Hasil
penelitian ini didukung oleh D‟Ambruoso 2012 yang memaparkan bahwa hasil penelitiannya yaitu ketika terjadi komplikasi persalinan yang tidak
diduga, ibu bersalin dan kelurga sangat kurang informasi mengenai komplikasi dan persiapan rujukan, ketidaksiapan, ketidaktahuan tentang tempat rujukan
yang tersedia, terjangkau dan akhirnya banyak yang mengandalkan penyedia perawatan tradisional. Sejalan dengan penelitian Yadamsuren 2010
menyatakan bahwa kematian maternal merupakan ketidakadilan kesehatan yang masih menjadi masalah utama dalam kesehatan ibu dan diharapkan
dengan penggunaan sumber daya dengan melakukan kolaborasi antara mitra utama diantaranya kementrian kesehatan, lembaga nasional dan internasional
tentang donor darah, tenaga kesehatan yang profesional, media, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat umum. Yang et al, 2014 menyatakan
bahwa penyebab kematian maternal seperti perdarahan dapat dicegah dan diobati apabila jika pemberian asuhan pada saat prenatal yang berkualitas,
commit to user
adanya proses rujukan yang jelas ke RS, skrining komplikasi kehamilan, dan membangun sistem pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk wanita hamil
yang sakit kritis. Bidan desa memiliki kontribusi yang sangat penting dalam menstabilkan ibu bersalin yang terkena komplikasi persalinan serta diharapkan
dapat memfasilitasi proses rujukan didaerah terpencil, dan memiliki kompetensi klinis yang baik dan adanya dana cadangan yang pasti untuk
melakukan rujukan bagi masyarakat miskin. Transportasi darurat sering tidak tersedia sehinga biaya rujukan pun akan bertambah. Dengan adanya beberapa
masalah yang ditemukan menjadi penyebab proses rujukan menjadi terlambat yang mengakibatkan bertambahnya risiko kematian maternal di Kabupaten
Banyumas. Asuhan persalinan normal 58 langkah sesuai standar pada pemberian
asuhan intranatal dapat menurunkan risiko kematian maternal dibandingkan dengan asuhan persalinan normal 58 langkah yang dilakukan tidak sesuai
standar. Hal ini sesuai dengan manajemen aktif kala tiga yang dilakukan didasarkan alasan bahwa dengan mempersingkat lamanya kala tiga dapat
mengurangi banyak darah yang hilang sehingga mengurangi risiko kematian ibu dan kesakitan yang berhubungan dengan perdarahan.
Pertolongan persalinan normal dengan 58 langkah bertujuan untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian pada ibu, adapun pelatihan Asuhan
Persalinan Normal APN yang harus dimiliki oleh setiap bidan yang bekerja di pelayanan kesehatan, hasil analisis berstrata pada penelitian ini menyatakan
bidan yang mengikuti pelatihan APN dapat menurunkan risiko kematian maternal, walaupun tidak signifikan secara statistik. Bidan yang sudah
mengikuti perwakilan pelatihan APN diwajibkan mengajarkan kembali kepada rekan-rekan sejawatnya di Puskesmas masing-masing, sehingga walaupun
bidan yang tidak mengikuti pelatihan APN pun dapat memberikan asuhan pertolongan persalinan normal 58 langkah dengan baik. Hal ini didukung
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ronsmans, et al 2008 yang menyatakan adanya hubungan antara pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang profesional saat melahirkan akan menurunkan risiko kematian ibu. Sejalan dengan hasil penelitian You, et al 2012 yang menyatakan bahwa
commit to user
meningkatkan kesehatan perawatan wanita, pelatihan staf kebidanan di unit pelayanan kesehatan tingkat dasar, pendidikan ibu, meningkatkan pendapatan
perkapita dan dapat mengurangi risiko kematian maternal. Penelitian yang dilakukan oleh Madzimbamuto et al, 2014 menunjukkan interaksi antara
pasien, tenaga kesehatan profesional dan sistem kesehatan dapat mengurangi risiko kematian maternal.
D. Hubungan Asuhan Postnatal dengan Kematian Ibu di Kabupaten