Berdasarkan kerangka dari McCharty dan Maine 1992 faktor – faktor
yang mempengaruhi kematian maternal dikelompokkan sebagai berikut:
Bagan 2.1 Faktor yang mempengaruhi kematian maternal
Kehamilan
Komplikasi 1.
Komplikasi kehamilan
2. Komplikasi bersalin
3. Komplikasi nifas
Faktor lain yang tidak diketahui
Kematian Maternal
Status Kesehatan Ibu 1.
Status gizi 2.
Penyakit ibu 3.
Riwayat komplikasi kehamilan sebelumnya
4. Riwayat persalinan
sebelumnya Status Reproduksi
1.
Usia 2.
Paritas 3.
Jarak kemilan Akses ke pelayanan
kesehatan 1.
Lokasi pelayanan kesehatan
2. Jangkauan pelayanan
kesehatan 3.
Kualitas layanan kesehatan
Perilaku Kesehatan 1.
Penggunaan alat kontrasepsi
2. Pemeriksaan ANC
3. Penolong persalinan
4. Tempat persalinan
5. Pelaksanaan aborsi yang
tidak aman 6.
Penggunaan fasilitas kesehatan ketika terjadi
masalah kesehatan
Status masyarakat 1.
Kesejahteraan 2.
SDM Status keluarga dalam
masyarakat 1.
Pendidikan 2.
Pekerjaan 3.
Pendapatan Status wanita dalam
keluarga dan masyarakat
1.
Pendidikan 2.
Pekerjaan 3.
Pendapatan
commit to user
1 Determinan dekat Determinan dekat merupakan proses yang paling dekat dengan
kejadian kematian itu sendiri, yaitu kehamilan dan komplikasi dari kehamilan itu sendiri, persalinan dan masa nifas. Wanita yang hamil
memiliki risiko untuk mengalami komplikasi, baik komplikasi kehamilan maupun komplikasi persalinan, sedangkan wanita yang tidak
hamil tidak memiliki risiko tersebut Depkes RI, 2014. a Komplikasi kehamilan
Komplikasi kehamilan
merupakan penyebab
langsung kematian maternal. Komplikasi kehamilan yang sering terjadi yaitu
perdarahan, preeklamsia eklamsia, dan infeksi Depkes RI, 2014. b Komplikasi persalinan dan nifas
Komplikasi yang timbul pada persalinan dan masa nifas merupakan penyebab langsung kematian maternal. Komplikasi
yang terjadi menjelang persalinan, saat dan setelah persalinan terutama adalah perdarahan, partus macet atau partus lama dan
infeksi akibat trauma pada persalinan UNFPA, 2004. 2 Determinan antara
a Status kesehatan ibu Status kesehatan ibu yang berpengaruh terhadap kejadian
kematian ibu meliputi status gizi, anemia, penyakit yang diderita ibu, dan riwayat komplikasi pada kehamilan dan persalinan
Depkes RI, 2014. b Status reproduksi
Status reproduksi yang berperan penting terhadap kejadian kematian ibu adalah usia ibu hamil, jumlah kelahiran, jarak
kehamilan dan status perkawinan ibu Royston et al, 1998. 1 Terlalu Tua
Kehamilan diatas usia 35 tahun menyebabkan wanita terpapar pada komplikasi medik dan obstetrik. Kejadian perdarahan
pada usia kehamilan lanjut meningkat pada wanita yang hamil perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
di usia 35 tahun, dengan peningkatan insidensi perdarahan akibat solusio plasenta dan plasenta previa.
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menyatakan bahwa kematian maternal akan meningkat 4 kali lipat pada ibu
yang hamil pada usia 35 – 39 tahun bila dibanding wanita yang
hamil pada usia 20 – 24 tahun. Usia kehamilan yang paling
aman untuk melahirkan adalah usia 20 – 30 tahun Depkes RI,
2014. 2 Terlalu Muda
Usia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan melahirkan Kemenkes RI, 1994.
Wanita yang melahirkan pada usia 14 tahun tahun mengalami risiko kematian saat melahirkan sebesar 5 sampai 7 kali.
Sedangkan wanita yang melahirkan pada usia antara 15 sampai 19 tahun mengalami risiko kematian saat melahirkan sebsar 2
kali lipat.Tingginya tingkat kematian tersebut disebabkan oleh preeklampsi, perdarahan post partum, sepsis, infeksi HIV dan
malaria. Kekurangan akses ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan kehamilan dan persalinan merupakan
penyebab yang penting bagi terjadinya kematian maternal di usia muda. Keadaan ini diperburuk oleh kemiskinan dan
kebuta- hurupan, ketidaksetaraan kedudukan antara pria dan wanita, pernikahan usia muda dan kehamilan yang tidak
diinginkan Depkes RI, 2014. 3 Terlalu Sering
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. P
aritas ≤ 1 belum pernah melahirkanbaru melahirkan pertama kali dan paritas 4 memiliki angka
kematian maternal lebih tinggi Saifudin, 2008 . Paritas ≤ 1
dan usia muda berisiko karena ibu belum siap secara medis maupun secara mental, sedangkan paritas di atas 4 dan usia
commit to user
tua, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan Depkes RI, 2014.
4 Terlalu Dekat Jarak antar kehamilan yang kurang dari 2 tahun dapat
meningkatkan risiko terjadinya kematian maternal. Persalinan dengan interval kurang dari 24 bulan merupakan kelompok
resiko tinggi untuk perdarahan postpartum, kesakitan dan kematian ibu Depkes RI, 2014. Penelitian yang dilakukan di
tiga rumah sakit di Bangkok Cunningham et al, 2006 memperlihatkan bahwa wanita dengan interval kehamilan
kurang dari dua tahun memiliki risiko dua setengah kali lebih besar untuk meninggal dibandingkan dengan wanita yang
memiliki jarak kehamilan lebih lama Royston, 1998. c Akses terhadap pelayanan kesehatan
Hal ini meliputi keterjangkauan lokasi tempat pelayanan kesehatan, tempat pelayanan yang lokasinya sulit dicapai oleh para ibu
menyebabkan berkurangnya akses ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia dan
keterjangkauan terhadap informasi WHO, 2007. Akses terhadap tempat pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa faktor,
seperti lokasi dimana ibu dapat memperoleh pelayanan kontrasepsi, pemeriksaan antenatal, pelayanan kesehatan primer atau pelayanan
kesehatan rujukan yang tersedia di masyarakat Depkes RI, 2014. d Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan
Perilaku penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan antara lain meliputi perilaku penggunaan alat kontrasepsi. Ibu yang mengikuti
program keluarga berencana KB akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak mengikuti program Keluarga
Berencana. Demikian juga perilaku pemeriksaan antenatal, ibu yang melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur akan
terdeteksi masalah kesehatan dan komplikasinya. Termasuk juga dalam hal ini adalah penolong persalinan, ibu yang ditolong oleh
commit to user
dukun berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dan kesakitan dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dibantu oleh
tenaga kesehatan, serta tempat persalinan, persalinan yang dilakukan di rumah akan menghambat akses untuk mendapatkan
pelayanan rujukan secara cepat apabila sewaktu-waktu dibutuhkan WHO, 2007.
3 Determinan jauh Meskipun determinan ini tidak secara langsung mempengaruhi
kematian maternal, akan tetapi faktor sosio kultural, ekonomi, keagamaan dan faktor
– faktor lain juga perlu dipertimbangkan dan disatukan dalam pelaksanaan intervensi penanganan kematian ibu.
Termasuk dalam determinan jauh adalah status wanita dalam keluarga dan masyarakat, yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan
ibu dan kemiskinan.Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya, sedangkan wanita
dengan tingkat pendidikan yang rendah, menyebabkan kurangnya pengertian mereka akan bahaya yang dapat menimpa ibu hamil maupun
bayinya terutama dalam hal kegawatdaruratan kehamilan dan persalinan. Ibu
– ibu terutama di daerah pedesaan dengan pendidikan rendah, tingkat independensinya untuk mengambil keputusanpun
rendah dan berdasarkan pada budaya „berunding‟ yang berakibat pada keterlambatan merujuk.
Kemiskinan dapat menjadi sebab rendahnya peran serta masyarakat pada upaya kesehatan. Kematian maternal sering terjadi pada kelompok
miskin, tidak berpendidikan, tinggal di tempat terpencil, dan mereka tidak memiliki kemampuan untuk memperjuangkan kehidupannya
sendiri Depkes RI, 2014. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Determinan jauh dari kematian maternal sangat berkaitan erat dengan tiga keterlambatan dalam The Three Delays Models menurut
Maine dan Thaddeus 1994.
Bagan 2.2 Kerangka Model Tiga Keterlambatan pada Kematian Ibu
Tiga Keterlambatan dan beberapa faktor yang berperan : a Sosial ekonomi dan Budaya dan aspek Tiga Terlambat
1 Terlambat dalam pengambilan keputusan Pada tahap ini wanita berinteraksi dengan faktor-faktor
tertentu sebelum mencapai keputusan apakah akan mencari fasilitas perawatan kesehatan atau tidak. Faktor
–faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan adalah: faktor
penyakit, sosial
budaya pendidikan,
pendapatan, pemanfaatan tenaga dukun, budaya kawin muda, biaya
yang tinggi dan rendahnya kualitas perawatan. Keterlambatan dalam mencari perawatan kesehatan
dilakukan bila penyakit telah mengakibatkan implikasi yang serius terhadap ibu. Penundaan pencarian perawatan
Faktor yang mempengaruhi
Kualitas pelayanan kesehatan
Akses terhadap fasilitas kesehatan
Sosial Ekonomi dan kebudayan
Fase III Mendapatkan pelayanan dan
perawatan yang adekuat Fase II
Mengidentifikasi dan mencari fasilitas kesehatan
Fase I Pengambilan keputusan
keperawatan kesehatan
Fase Keterlambatan
commit to user
dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang tanda bahaya obstetri.
Rendahnya status perempuan dalam masyarakat, budaya dan kepercayaan adalah faktor yang menyebabkan
wanita gagal untuk mengakses pelayanan kesehatan Depkes RI, 2014.
Hambatan sosial ekonomi yang dirasakan membuat ketidakmampuan bagi perempuan untuk mengambil
keputusan untuk mencari perawatan. Sebelum memutuskan, mereka menghitung biaya yang dibutuhkan dalam
perjalanan ke fasilitas kesehatan. Penyebab utama persalinan dirumah adalah tersedianya dukun bayi dan
ketakutan yang tinggi terhadap biaya ketika dirujuk ke rumah sakit Depkes RI, 2008.
Kualitas pelayanan
kesehatan yang
merupakan halangan untuk mencari jasa pelayanan kesehatan. Sikap
yang buruk dari petugas kesehatan, tidak tersedianya tenaga yang ahli, infrastruktur kesehatan yang buruk dan fasilitas
yang kurang menjaga privasi dan kerahasiaan, kurangnya obat-obatan, persediaan dan peralatan adalah isu yang dapat
menciptakan anggapan negatife dari pasien Depkes RI, 2014.
Tradisi yang sulit ditinggalkan hingga saat ini adalah persalinan dirumah yang dilakukan oleh dukun DKK
Banyumas, 2014. Pada pasien dengan perdarahan, keputusan keluarga
untuk mencari perawatan sering dilakukan pada saat pasien sudah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak, hal ini
diperparah dukun
sebagai penolong
yang hanya
mengandalkan kebiasaan dalam menolong persalinan, tidak berdasarkan kemampuan teknis yang diperoleh melalui
jenjang pendidikan. Sehingga meskipun sudah ada perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
keputusan untuk merujuk, tetapi keputusan itu sudah terlambat.
2 Terlambat mencapai fasilitas rujukan Ini terjadi pada tahap dimana seorang wanita
diharapkan untuk mengidentifikasi dan mencapai fasilitas medis. Tahap ini terutama didominasi oleh faktor
–faktor sosio-ekonomik aktual yang memprediksi apakah seorang
wanita akan mengidentifikasi dan menjangkau fasilitas medis pada waktu yang tepat. Diantara hambatan ini
meliputi : kurangnya jaringan transportasi, kurangnya ongkos untuk transportasi, transportasi tidak teratur.
Dari beberapa hambatan diatas terlihat bahwa transportasi yang baik dan ketersediaan ongkos untuk
transportasi adalah
faktor sosial
ekonomi yang
memungkinkan perempuan untuk mengidentifikasi dan menjangkau pelayanan kesehatan. Di negara berkembang,
kebutuhan transportasi yang dapat diandalkan untuk mencapai fasilitas kesehatan tidak memadai dan belum
merata. Selain itu infrastruktur dan geografis yang jelek menyebabkan tidak adanya akses ke fasilitas pelayanan
kesehatan. 3 Terlambat mendapat pertolongan
Keterlambatan ketiga terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kualitas teknis perawatan.
Salah satu alasan mengapa wanita tidak menerima perawatan yang mereka butuhkan adalah : ketidak sediaan
alat atau rendahnya kualitas pelayanan yang disediakan WHO, 2009.
Komponen keterlambatan ketiga yang mempengaruhi kurangnya kualitas perawatan adalah : keterampilan staf
termsuk tenaga kesehatan perempuan, tidak adanya komitmen dan motivasi staf, lemahnya manajeman dan
commit to user
administrasi pelayanan kesehatan, kekurangan dana, perlengkapan, obat-obatan dan peralatan, kurangnya privasi
dan kerahasiaan serta organisasi yang buruk dari pelayanan dan infrastruktur.
Sebagian kematian ibu yang terjadi dapat dihindari apabila tersedia tenaga pertolongan persalinan yang
terampil. Kompetensi adalah prasyarat untuk praktek- praktek terbaik dan memastikan peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan ibu Ronsmans et al, 2008. Kurangnya keterampilan manajerial dan beban kerja
yang tinggi bagi manajer memberikan kontribusi terhadap rendahnya kinerja Depkes RI, 2014.
b Akses fasilitas kesehatan dan aspek tiga terlambat : Faktor Geografis dan keberadaan sarana pelayanan
kesehatan akan sangat mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
mudah dijangkau baik dari segi pembiayaan maupun dari segi jarak akan lebih banyak dikunjungi oleh masyarakat
khususnya masyarakat ekonomi lemahmiskin. Biaya dan jarak sering berkaitan sebagai bahan pertimbangan
seseorang dalam mengakses pelayanan. Di tiga pedesaan di Kabupaten Singada hambatan yang
paling sering ditemukan dalam merujuk pasien ke fasilitas kesehatan adalah kurangnya uang dan jarak yang terlalu
jauh ke rumah sakit terdekat. Studi lain mencatat bahwa 84 wanita di pedesaan Tanzania memutuskan untuk
melahirkan di rumah karena masalah transportasi dan jarak Mrisho et al, 2007. Mpembeni et al 2007 menemukan
bahwa wanita yang tinggal kurang dari 5 km dari fasilitas kesehatan lebih mungkin untuk merujuk ke fasilitas
kesehatan daripada mereka yang tinggal lebih dari 5 km. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Akses ke fasilitas sangat berkaitan erat dengan keterlambatan pertama, kedua, dan ketiga dimana sosial
ekonomi yang rendah mengakibatkan wanita maupun keluarganya tidak dapat mencapai akses ke pelayanan
kesehatan terkait dengan biaya transportasi, ketiadaan biaya juga mengakibatkan ibu dan keluarganya sulit untuk
mendapatkan akses terhadap layanan yang berkualitas. c Kualitas pelayanan dan aspek tiga terlambat
Kematian pada ibu akibat perdarahan terjadi karena salah satu faktor keterlambatan dalam mendapatkan
pertolongan kegawatdaruratan karena faktor-faktor personil dan sarana yang tidak memadai, personil yang tidak terlatih
dan masalah keuangan Kemenkes RI, 2014. Puskesmas dan Rumah Sakit Daerah sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan di tingkat daerah-daerah jauh dan terpencil harus mempunyai standar pelayanan kesehatan
dan penanganan kasus perdarahan pada wanita hamil dan melahirkan sehingga kematian ibu melahirkan dapat ditekan
seminimal mungkin Kemenkes RI, 2014. Standar pelayanan yang memiliki kriteria dalam hal ini
termasuk standar petugas, peralatan dan ruangan serta obat. Standar
petugas menggambarkan
kualifikasi dan
kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh petugas seperti kemampuan melakukan pertolongan pada kasus
emergensi dan pertolongan persalinan dengan standar seperti manajemen aktif kala tiga dan penggunaan partograf
Kemenkes RI, 2014. Kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
juga merupakan salah satu aspek pertimbangan dalam keluarga untuk mengambil keputusan dalam mencari
pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan yang kurang memadai dan tidak sesuai standar mengakibatkan
commit to user
masyarakat tidak mengaskes layanan kesehatan tersebut yang mengakibatkan keterlambatan dalam memutuskan
penolong persalinan mereka.
2. Pengertian Bidan