Latar Belakang Pengembangan ekowisata di desa Tlogo Dringo Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar hamzah

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan dan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik dan interaksi yang sangat erat. Pelaku pembangunan berperan sebagai subyek yang berperan aktif dalam pengambilan keputusan untuk menentukan penggunaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Sumberdaya alam merupakan salah satu komponen pokok dalam pembangunan dan kelestarian sumberdaya alam sangat dipengaruhi oleh aktivitas pembangunan itu sendiri. Kegiatan pembangunan yang bertujuan meningkatkan perekonomian harus disertai dengan upaya untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. Pola pembangunan yang berlangsung saat ini perlu diubah dan didefinisikan secara jelas. Aspek pembangunan tidak semata-mata hanya untuk pemenuhan kebutuhan aspek ekonomi namun juga perlu memberikan bobot yang setara pada aspek-aspek sosial dan lingkungan. Pembangunan yang dilakukan harus merupakan pembangunan yang membumi, yang selalu selaras dengan keseimbangan alam. Dimana pembangunan membumi dapat diidentikkan dengan pembangunan berkelanjutan sustainable development dan berwawasan lingkungan. 1 Wisata pada awalnya digolongkan dalam kategori industri hijau, karena mengandalkan keindahan alam. Namun dengan besarnya pengembangan wisata 1 Departemen Pariwisata Nias Selatan. 2003. Ekowisata: Panduan Dasar Pelaksanaan. Nias Selatan. commit to user 2 yang menitikberatkan pada kepentingan ekonomi tanpa mengindahkan potensi lingkungan dan tidak memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan menimbulkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Lingkungan di beberapa obyek wisata rusak akibat besarnya volume pengunjung dan besarnya tekanan terhadap lingkungan. Seiring dengan meningkatnya kesadaran berbagai pihak terhadap lingkungan dan isu-isu tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan telah memberikan konstribusi terhadap pandangan pentingnya prinsip- prinsip wisata berkelanjutan. Prinsip pariwisata yang diharapkan dapat mempertahankan kualitas lingkungan, mempertahankan budaya, memberdayakan masyarakat lokal dan memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal, kawasan dan pemerintah. Kebijakan pembangunan pariwisata yang dikaitkan dengan upaya pengelolaan lingkungan hidup, merupakan salah satu kebutuhan penting bagi pelayanan para wisatawan. Pembangunan pariwisata dan pengelolaan lingkungan hidup laksana dua sisi mata uang. Saling melengkapi dan dapat menjadi daya tarik dan pesona bagi wisatawan. Prinsip-prinsip ekowisata adalah meminimalisir dampak, menumbuhkan kesadaran lingkungan dan budaya, memberikan pengalaman positif pada turis visitors maupun penerima hosts , memberikan manfaat dan pemberdayaan masyarakat lokal. Ekowisata dalam era pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu misi pengembangan wisata alternatif yang tidak menimbulkan banyak dampak negatif, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kondisi sosial budaya. Hutan saat ini telah menurun kualitasnya, untuk mengurangi tekanan masyarakat terhadap hutan, maka masyarakat perlu diberdayakan dalam kegiatan commit to user 3 ekowisata. Dengan demikian masyarakat akan terserap dalam kegiatan ekowisata, sehingga secara tidak langsung kerusakan hutan lebih lanjut dapat dihindarkan. Ekowisata banyak memerlukan pelayanan yang dapat dilakukan oleh masyarakat lokal. Alasan-alasan fenomena perkembangan ekowisata adalah untuk peningkatan taraf pendidikan dan permintaan perjalanan. Karena ekowisata selain bermuatan wisata juga bermuatan pendidikan lingkungan. Selain itu juga populasi yang semakin matang diantaranya faktor tabungan, manfaat rekreasi dan kesehatan. Perubahan pola waktu senggang missal untuk memperdalam studi dan permintaan rekreasi juga menjadi alasan lain. Dinamika dan keinginan setiap orang selalu berubah setiap saat. Keaslian dan keunikan alam dan budaya mulai diperhatikan. Komitmen global terhadap ekowisata adalah Ekowisata 10 tahun terakhir, tumbuh 40 persen di Eropa dan Amerika Latin dan 25 persen di Asia Pasifik, Deklarasi Bali tentang Conserving Cultural Heritage for Sustainable Social, Economic and Tourism Development pada tanggal 14 Juli 2000 : “The tourism industry must recognize that it has a responsibility to contribute to the maintenance of the living culture on which it relies ”, Lembaga-lembaga dunia, misalnya Commision on Sustainable Developmen CSD, United Nation Environment Programme UNEP, 2002, atau World Tourism organization WTO, bersepakat tahun 2002 sebagai tahun wisata internasional. 2 2 Iwan Nugroho. 2006. Program studi agribisnis fakultas pertanian Universitas Widya Gama. Malang . commit to user 4 Komitmen nasional terhadap Ekowisata adalah UU No 5 tahun 1990 konservasi keanekaragaman hayati, dan Biodiversity Strategy and Action Plan IBSAP Bappenas, 2003. Tawangmangu adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kecamatan ini ternama karena merupakan daerah wisata yang sangat sejuk. Tawangmangu dikenal sebagai obyek wisata pegunungan di lereng barat Gunung Lawu yang bisa ditempuh dengan kendaraan darat selama sekitar satu jam dari Kota Surakarta Solo. Tempat ini sejak masa kolonial Belanda telah menjadi tempat berwisata. Obyek tujuan wisata utama adalah air terjun Grojogan Sewu tinggi 81 m. Di tempat tetirah ini tersedia berbagai sarana pendukung wisata seperti kolam renang dan berbagai bentuk penginapan. Dari Tawangmangu dapat dimulai pendakian ke puncak Gunung Lawu Pos Cemorokandang. Selain itu, dari sini terdapat jalan tembus yang menuju ke Telaga Sarangan di Magetan lewat Cemorosewu. Tawangmangu berada pada areal pegunungan yang subur dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. Namun demikian kota kecil ini telah terkenal hingga ke manca negara karena kawasan ini merupakan obyek pariwisata yang cocok untuk dijadikan pilihan saat berlibur maupun berdarma wisata. Selain udaranya yang sejuk, keindahan alam di sekitarnya tidak kalah menarik dengan kawasan lain di indonesia, terlebih lagi didaerah ini terkenal dengan produksi pertanian penghasil sayur mayur selain dari keberadaan obyek wisata Air Terjun Grojogan Sewu. 3 3 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar. 2005. Buku Panduan Kepariwisataan . Kabupaten Karanganyar . commit to user 5 Tawangmangu sendiri telah menjadi pilihan bagi orang-orang perkotaan untuk membangun villa-villa, maupun berinvestasi dengan mendirikan hotel-hotel penginapan. Untuk mendukung kemudahan dalam mengakses daerah ini, pemerintah telah mengusahakan perbaikan jalur transportasi dengan melakukan perawatan jalan dan pembangunan jalan baru lintas propinsi dari Tawangmangu sendiri yang berada di Jawa Tengah ke arah Magetan Jawa Timur. Dan sampai dengan saat proses pembangunan jalan masih terus berlangsung melewati perbukitan dan melintas di tengah-tengah lahan pertanian yang asri dengan pemandangan elok di kiri dan kanan sepanjang jalan baru ini. Selain pembangunan jalan, pemerintah juga telah melakukan Rebuilding secara total Pasar Tawangmangu yang tadinya berupa pasar tradisional yang kumuh, kini telah berupa bangunan megah Pasar Wisata, diharapkan dengan rehabilitasi pasar ini para wisatawan yang datang ke Tawangmangu dapat dengan mudah dan leluasa untuk berbelanja segala macam jenis oleh-oleh, maupun hasil bumi dengan lebih nyaman. Untuk itu jangan lewatkan kesempatan anda untuk berkunjung ke Tawangmangu. Ada beberapa lokasi yang sering menjadi lokasi tujuan wisatawan domestik maupun mancanegara, baik yang ada di Kecamatan Tawangmangu sendiri maupun daerah lain di sekitarnya yang dekat dapat diakses dari Tawangmangu, yaitu Grojogan Sewu, Balai Pengembangan Tanaman Obat, Puncak Lawu, Sentra Tanaman Hias Desa Nglurah, Bumi perkemahan Tlogo Dringo. Kabupaten Karanganyar semakin memantapkan diri sebagai daerah sentra penghasil tanaman obat atau empon-empon. Berbagai jenis tanaman obat siap commit to user 6 dikirim untuk memenuhi kebutuhan pabrik jamu di seluruh Indonesia. Klaim sebagai daerah penghasil empon-empon itu dibuktikan saat Menteri Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata berkunjung ke Desa Sambirejo, Kecamatan Jumantono, Karanganyar. Melihat potensi yang dimiliki oleh jamu tradisional, selain khasiatnya yang terbukti manjur, dari segi harganya juga jauh lebih murah dari obat kimia. Para petani yang tergabung dalam kluster Biofarmaka memperoleh bantuan berupa alat pencuci, pengering, penepung, dan perajang, sehingga empon-empon yang dihasilkan petani bisa mengikuti standar permintaan pabrik jamu. Tlogo Dringo merupakan salah satu desa di kaki Gunung Lawu. biasanya digunakan oleh organisasi pencinta alam untuk basecamp pendakian ke Lawu maupun untuk pendidikan dasar. Desa ini terletak di lembah dringo yang di dalamnya terdapat sentra pengembangan tanaman buah stroberi. Potensi yang terkandung di dalamnya adalah desa ini masih sangat asri dan sering mendapat perhatian dari pemerhati lingkungan karena kontur alamnya yang masih alami dibandingkan daerah lain di Karanganyar. Hutan di kawasan ini adalah hutan lindung yang pengawasannya di bawah KPH Lawu Utara, terdapat keanekaragaman jenis flora dan fauna yang biasa terdapat di hutan tropis Pulau Jawa, seperti Elang, Babi Hutan, Beruk, Kera Ekor Panjang, dan berbagai jenis ular, terdapat juga burung gagak yang sering dating ke kampung warga. Begitu juga dengan tanaman buah strowberi yang tidak ditemukan di daerah lain di Kabupaten Karanganyar. commit to user 7

B. Rumusan Masalah