TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)

SKRIPSI

Oleh :

SONNYA KURNIA ASMI K4408047 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

(Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)

Oleh: SONNYA KURNIA ASMI K4408047

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juli 2012

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. A. Arif Musadad, M. Pd Dra. Sri Wahyuni, M.Pd NIP.19670507 199203 1 002

NIP. 19541129 198601 2 001

commit to user

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua

: Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

.......................... Sekretaris

: Musa Pelu, S.Pd, M.Pd

.......................... Anggota I

: Drs. A. Arif Musadad, M. Pd

.......................... Anggota II : Dra. Sri Wahyuni, M.Pd

..........................

Disahkan oleh Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan Pembantu Dekan I,

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002

commit to user

Sonnya Kurnia Asmi. TRADISI BERSIH DESA DUKUTAN (Studi

Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu

Kabupaten Karanganyar). Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) latar belakang diadakannya tradisi bersih desa Dukutan, (2) prosesi tradisi bersih desa Dukutan, (3) nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi bersih desa Dukutan, (4) upaya pelestarian tradisi bersih desa Dukutan di tengah kebudayaan modern.

Bentuk penelitian ini deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan strategi studi kasus terpancang tunggal yaitu sasaran yang akan diteliti sudah dibatasi dan ditentukan serta terpusat pada satu lokasi yang mempunyai karakteristik tersendiri. Sumber data yang digunakan adalah sumber benda, tempat, peristiwa, informan, dan dokumen. Data dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian, di mana peneliti memilih informan yang dipandang mengetahui permasalahan secara mendalam serta dapat dipercaya. Dalam penelitian ini, untuk mencari validitas data digunakan dua teknik trianggulasi yaitu trianggulasi data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif, yaitu proses analisis yang bergerak diantara tiga komponen yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan verifikasi/penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) latar belakang diadakannya tradisi bresih desa Dukutan berdasarkan dua versi cerita mitos yang berkembang di masyarakat Nglurah yaitu versi Airlangga dan Watugunung; (2) prosesi tradisi bersih desa dukutan dimulai dari perencanaan musyawarah, gotong-royong membersihkan tempat ritual, pembuatan sesaji, pengumpulan sesaji, upacara sanggar, upacara Dukutan, tawuran, dan diakhiri dengan hiburan yaitu wayang; (3) terdapat banyak nilai-nilai yang terkandung dalam Dukutan, seperti nilai filosofis, nilai budaya, nilai spiritual, nilai karakter leluhur dan nilai dalam wayang; (4) kebudayaan modern banyak berpengaruh terhadap eksistensi kebudayaan asli. Masyarakat Nglurah banyak melakukan upaya agar tradisi bersih desa Dukutan tetap dilestarikan dengan mendapat bantuan dari pemerintah. Meskipun terdapat kendala-kendala yang dihadapi, tetapi masyarakat dan pemerintah memiliki cara untuk mengatasi kendala-kendala yang ada dalam pelestarian tardisi bersih desa Dukutan.

commit to user

Sonnya Kurnia Asmi. BERSIH DESA DUKUTAN TRADITION

(Cultural Studies of the Village Community Nglurah Tawangmangu District

Karanganyar District). Thesis. Surakarta: Teacher training and education faculty in Sebelas Maret University. July 2012.

The aim of this study is to determine: (1) background of the Dukutan

tradition held, (2) procession of Dukutan tradition, (3) the values that embodied in the Dukutan tradition, (4) the preservation of Dukutan tradition in the middle of modern culture.

The methodology of this research was qualitative descriptive. On this

research used a single fixed case study which the object would be observed has limited and centralized on certain location which has special characteristics. The data sources used were the source object, places, events, informants and documents. The technique of collecting data used were observation, interviews, and documents analysis. The technique of sampling used was purposive sampling is getting sampling based on the purpose of the research, the place where the researcher choose informant who know the issues deeply and can be trusted. In this research used two triangulation techniques to find out the validity of the data namely triangulation data and triangulation method. Technique of analyzing data used was interactive analysis which the analysis process that moves between three components there was data reduction, data presentation and verification or inference which took place in a cycle.

Based on this research can be concluded that : (1) the background of

the Dukutan tradition based on the two versions of the story based on myths that developed in the Nglurah community they are Airlangga and Watugunung version; (2) The proceesion of Dukutan tradition starts from planning, mutual help to clean up the ritual place, provide the offerings, collect the offerings, tinon ceremony, Dukutan ceremony, brawl, and ended with puppet entertainment; (3) there are a lot of the values contained in Dukutan tradition, such as the philosophical values, cultural values, spiritual values, the value of ancestral character and value that contained in the puppet; (4) modern culture much effect on the existence of indigenous cultures. Nglurah community efforts to clean the village tradition Dukutan still preserved with assistance from the government. Although there are many obstacles that they faced, but the people and the government has a way to overcome the constraints that exist in the preservation of clean tardisi Dukutan village.

commit to user

 Amemayu Hayuning Buwana, Ambrasta Dur Hangkara (Mpu Kanwa, 1032) .

 Wani ngalah luhur wekasane (tembang Mijil)

 Kehilangan budaya sama dengan kehilangan jati diri (penulis).

commit to user

Karya ini kupersembahkan untuk :

 Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas do’a dan kasih sayang untukku.

Terima kasih atas motivasi dan semangat yang selalu ku dapat dari segala nasihat yang bapak dan ibu berikan.

 Kakakku dan kedua ponakanku axel dan abyan tersayang.  Pandy Setiawan, terimakasih atas motivasi dan semangatnya.  Shelia, Arditya, Sofa, Riris, Cahyo, Arif, Octavi, Puji, terimakasih atas

bantuan dan persahabatan kita.  Sahabat dan keluargaku Pendidikan Sejarah ’08, terimakasih atas

kebersamaan dan keceriaan selama ini.  Almamater

commit to user

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Tradisi Bersih Desa Dukutan (Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui atas permohonan penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Progam Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Drs. A. Arif Musadad, M. Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dra. Sri Wahyuni, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan penjelasan dengan sabar hingga saya mengerti dan memahami semuanya.

6. Bapak dan Ibu Dosen Progam Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini.

7. Drs. Sugiyarto, M.Hum Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ismu Suprihatin, selaku Kasi Museum, Kepurbakalaan, Sejarah dan Nilai Tradisi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Karanganyar yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

commit to user

dalam penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Siman selaku Koordinator Lingkungan Nglurah, yang membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

11. Seluruh Warga Nglurah, yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

Kebudayaan Modern............................................................ 90

1. Masyarakat Nglurah ....................................................... 91

2. Pemerintah ...................................................................... 94 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................. 99

B. Implikasi ............................................................................. 101

C. Saran ................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 104 LAMPIRAN ....... ..................................................................................... 108

commit to user

Halaman Tabel 1: Skema Kluckhonhn Lima Masalah Dasar yang Menentukan

Orientasi Nilai Budaya Manusia................................................. 18 Tabel 2: Waktu Penelitian......................................................................... 39 Tabel 3: Luas Wilayah Lingkungan Nglurah............................................ 59 Tabel 4: Jumlah Penduduk Nglurah Menurut Jenis Kelamin ................... 60 Tabel 5: Jumlah Penduduk Nglurah Menurut Usia .................................. 60 Tabel 6: Jumlah Penduduk Nglurah Menurut Tingkat Pendidikan........... 61 Tabel 7: Jumlah Penduduk Lingkungan Nglurah Menurut Pekerjaan ...... 62

commit to user

Halaman

Gambar 1: Kerangka Berpikir ................................................................. 37 Gambar 2: Analisis Data Menurut Milles dan Hubberman ..................... 53 Gambar 3: Prosedur Penelitian ................................................................ 55

commit to user

Halaman

Lampiran 1: Peta Administrasi Kelurahan Tawangmangu ..................... 108 Lampiran 2: Daftar Informan .................................................................. 110 Lampiran 3: Hasil Wawancara ................................................................. 112 Lampiran 4: Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi .......................... 129 Lampiran 5: Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan .......................................................................... 130

Lampiran 6: Surat Permohonan Ijin Research ......................................... 131 Lampiran 7: Surat Tidak Keberatan (STB) KESBANGPOL

Kabupaten Karanganyar ..................................................... 134 Lampiran 8: Surat Rekomendasi Research BAPEDA Kabupaten

Karanganyar ........................................................................ 135 Lampiran 9: Surat Keterangan Research DISPARBUD Kabupaten

Karanganyar ........................................................................ 136

Lampiran 10: Surat Keterangan Penelitian Kelurahan Tawangmangu..... 137 Lampiran 11: Foto Penelitian ................................................................... 138

Foto Gapura masuk Desa Nglurah...................................... 139 Foto Dwarapala dan tangga menuju Situs Menggung........ 139 Foto pelataran Situs Menggung.......................................... 140 Foto arca Kyai Menggung dan Nyi Rasa Putih .................. 140 Foto warga melakasanakan kerja bakti............................... 141 Foto sesaji yang dibuat warga ............................................ 141 Foto punar, tawonan, tumpeng ricik dan golong ................ 142 Foto nthek-enthek, bothok, bongko,pelas, pisang

Sonomni dan cngkaruk gimbal ........................................... 143 Foto tinon RW 10 / Nglurah Lor ....................................... 144 Foto tinon RW 11 / Nglurah Kidul..................................... 144 Foto warga bersiap melaksankan Dukutan......................... 145 Foto arak-arakan menuju Menggung brsama korling

dan sesepuh desa................................................................. 145

commit to user

Nyi Rasa Putih .................................................................... 146 Foto sesepuh desa berdo’a didepan arca............................. 146 Foto Warga berdo’a dipimpin sesepuh desa....................... 147 Foto Para pemuda melempar sesaji dalam ritual tawuran .. 147 Foto pembagian air sumber kepada warga ......................... 148 Foto Situs kalijaro............................................................... 148 Foto wawancara dengan pemuka adat ................................ 149 Foto wawancara dengan pembuat sesaji............................. 149 Foto wawancara dengan Korling Nglurah.......................... 150 Foto wawancara dengan Disparbud Kabupaten

Karanganyar........................................................................ 150

commit to user

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beberapa pulau besar dan ribuan pulau kecil di sekitarnya. Oleh karena bentuk negara kepulauan tersebut Indonesia memiliki keanekaragaman suku, ras, keyakinan dan budaya. Hal inilah yang secara tidak langsung menjadi daya tarik tersendiri bagi Indonesia. Keunikan dan ciri khas budaya yang berbeda-beda di Indonesia merupakan kekayaan yang sangat berarti bagi negara ini. Banyak wisatawan dari luar negeri yang datang ke Indonesia karena tertarik dan kagum terhadap kebudayaaan indonesia yang sebagian besar masih dipertahankan dan dilestarikan di tengah kebudayaan modern pada saat ini.

Kebudayaan adalah seluruh gagasan manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu (Koentjaraningrat, 1974:9). Kebudayaan bersifat kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat-istiadat atau pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Kebudayaan berguna bagi manusia yaitu untuk melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar manusia dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia. Kebudayaan merupakan perilaku yang hampir digerakkan oleh naluri. Semua manusia dilahirkan dengan tingkah laku yang digerakkan dengan insting ( T.O Ihromi, 1990 : 18).

Setiap masyarakat mempunyai kebudayaan yang saling berbeda satu dengan lainnya, namun setiap kebudayaan mempunyai sifat hakikat yang berlaku umum bagi semua kebudayaan dimanapun juga (Soerjono Soekanto, 1990:199). Tidak dapat dipungkiri, bahwa masyarakat dan kebudayaan manusia selalu mengalami perubahan. Perubahan tersebut disebabkan adanya perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan pengaruh dari luar.

Masyarakat Jawa yang masih kental dengan budaya yang telah ada dari jaman nenek moyang sadar akan adanya suatu keanearagaman yang sifatnya

commit to user

kekuatan lain yang ada di alam sekitar tempat tinggal. Masyarakat Jawa juga percaya bahwa roh-roh halus menempati sekitar tempat tinggal masyarakat. Sebagai perwujudan anggapan dan kepercayaan masyarakat terhadap hal tersebut, diwujudkan melalui tradisi dan adat istiadat yang diberlakukan di lingkungannya. Dorongan untuk melakukan tradisi tersebut muncul karena adanya rasa takut dan tidak tenteram serta penuh kekhawatiran dalam hidup, bila tidak melakukan apa yang dilakukan oleh orang tua pada zaman dahulu, masyarakat takut terhadap sanksi yang diduga muncul dari roh atau makhluk halus yang sering mengganggu kehidupan manusia (Moertjipto, 1997:29).

Tradisi dan adat istiadat masyarakat Jawa tersebut juga berlaku pada masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Sebuah desa yang ada di kaki Gunung Lawu pada ketinggian ±1200 m di atas permukaan laut ini memiliki tradisi turun temurun dari generasi ke generasi samapai pada saat sekarang ini.

Di lingkungan Desa Nglurah masih melestarikan tradisi bersih desa yang biasa disebut dengan tradisi Dukutan. Tradisi Dukutan sebagai media perwujudan keyakinan masyarakat terhadap roh-roh dan kekuatan yang ada di alam sekitar desa Nglurah. Tradisi ini telah menjadi kegiatan rutin yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Pada Dukutan tersebut tidak terlepas dari sikap dan keyakinan bahwa keselarasan dan keteraturan hidup akan membawa dan menuntun masyarakat kepada kesejahteraan hidup bersama. Bagi masyarakat Jawa umumnya, dan masyarakat Desa Nglurah pada khususnya, yang memiliki simbol budaya yang berupa slametan yaitu upaya untuk menghindari terjadinya bahaya dari ancaman ghaib yang dianggap bisa membawa bahaya dalam hidup semua masyarakat yang tinggal di desa tersebut.

Dukutan berasal dari kata Dukut, yang merupakan salah satu nama dari wuku Jawa yang berjumlah 28. Tradisi ini dilaksanakan setiap 6 lapan ( 1 lapan adalah 35 hari) atau 7 bulan sekali, pada hari Selasa kliwon wuku Dukut. Dan dilaksanakan di Candi Menggung yang terdapat di Desa Nglurah. Ada dua versi cerita yang melatarbelakangi diadakannya Tradisi ini, yaitu versi Watugunung

commit to user

yaitu Watugunung, dan kemudian mempunyai anak yang salah satunya bernama Dukut. Sedangkan yang kedua adalah versi Airlangga, Dukutan dilakukan untuk memperingati hari pernikahan Kyai Menggung yang merupakan seorang pengikut Airlangga yang ingin menetap di Nglurah dan seorang wanita bernama Nyi Rasa Putih, yang jatuh pada hari Selasa Kliwon wuku Dukut (Sari Hardiyanto, http://harianjoglosemar.com/berita/upacara-dhukutan-59894.html, diakses pada tanggal 12 Januari 2012).

Ritual bersih desa tersebut mengandung unsur-unsur simbolik yang memiliki makna tersendiri. Di dalamnya termuat pesan-pesan tertentu yang ditujukan kepada individu ataupun kelompok. Simbol-simbol tersebut secara tidak langsung menghubungkan manusia dengan kekuatan yang ada di sekitarnya dan Tuhan. Tindakan secara simbolik tersebut juga banyak dipengaruhi oleh adanya paham mitologi, animisme, dan dinamisme yang dianut sejak jaman nenek moyang. Mitos yang ada tetap melekat dalam diri pribadi-pribadi orang Jawa.

Meskipun pengaruh luar banyak yang masuk ke Lingkungan Nglurah, namun mitos-mitos yang telah ada masih saja melekat kuat dan dipercaya oleh masyarakat setempat. Misalnya dalam pembuatan sesaji, warga harus berhati-hati dan mematuhi pantangan-pantangan dalam pembuatan sesaji tersebut. Karena apabila dilanggar bisa menimbulkan bencana bagi dirinya sendiri, keluarganya atau bahkan desanya. Sehingga warga sampai sekarang ini masih menganggapnya sebagai sesuatu yang sakral. Tradisi Dukutan yang dilakukan warga Nglurah sampai sekarang masih terus dilakukan meskipun ditengah kebudayaan modern yang kian mendesak kebudayaan tradisional. Yang pada kenyataannya sekarang ini kebudayaan modern telah mengikis beberapa mitos-mitos yang berkembang di Indonesia. Namun yang menarik bahwa masyarakat desa nglurah sendiri tidak menghilangkan budaya mereka, dan terus melaksanakan ritual bersih desa yang tidak lain pelaksanaan tradisi ini adalah sebagai wujud rasa syukur warga atas karunia yang dilimpahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sebagai suatu tradisi, Dukutan memiliki nilai yang cukup berpengaruh dalam masyarakat Nglurah. Banyak nilai, filosofi dan makna yang terkandung

commit to user

dan sakral oleh Masyarakat Nglurah. Setiap generasi memiliki kewajiban untuk mengkomunikasikan ke generasi berikutnya melalui berbagai cara, akhirnya nilai- nilai ini dapat di transfer.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik mengkaji dalam skripsi dengan judul : Tradisi Bersih Desa Dukutan

(Studi Kebudayaan Masyarakat Desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar)

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah ini berguna untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :

1. Apa yang melatarbelakangi diadakannya tradisi bersih desa Dukutan?

2. Bagaimana prosesi tradisi bersih desa Dukutan?

3. Apa nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi bersih desa Dukutan ?

4. Bagaimana upaya melestarikan tradisi bersih desa Dukutan di tengah kebudayaan modern?

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Latar belakang diadakannya tradisi bersih desa Dukutan.

2. Prosesi tradisi bersih desa Dukutan .

3. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi bersih desa Dukutan.

4. Upaya melestarikan tradisi bersih desa Dukutan di tengah kebudayaan modern.

commit to user

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya tentang tradisi Dukutan di Desa Nglurah Tawangmangu.

b. Memberi sumbangan pemikiran bagi kebudayaan masyarakat Jawa khususnya melalui Tradisi Dukutan.

c. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang tradisi bersih desa Dukutan sebagai kebudayaan masyarakat desa Nglurah Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

d. Memberikan pengetahuan terhadap mahasiswa program studi Pendidikan Sejarah tentang jejak sejarah di situs Menggung dan budaya disekitarnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Untuk memberikan bahan masukan dan sumbangan kepada pihak terkait dalam mengembangkan Tradisi Dukutan di Desa Nglurah Tawangmangu.

c. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi koleksi penelitian ilmiah di

perpustakaan mengenai tradisi di Kabupaten Karanganyar.

d. Sebagi referensi bagi pemecahan permasalahan yang relevan dengan penelitian ini.

commit to user

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kebudayaan Jawa

a. Pengertian Kebudayaan Pada masa sekarang ini masalah kebudayaan banyak diperbincangkan. Kebudayaan masyarakat itu perlu dikembangkan dengan adanya masalah pembangunan dan perkembangan zaman. Diperlukan adanya pemahaman tentang konsep kebudayaan.

Dari segi istilah menurut Koentjaraningrat (1987:5) kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta “buddayah” yang merupakan bentuk jamak dari “budhi” yang berarti budi atau akal manusia. Untuk itu kebudayaan dapat diartikan semua hal yang bersangkutan dengan budi atau akal manusia. Dalam pengertian kebudayaan sebagai suatu konsep Koentjaraningrat lebih lanjut mengatakan bahwa kebudayaan berarti, keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.

Selain Koentjaraningrat banyak para ahli yang memberikan definisi mengenai masalah kebudayaan. Menurut Bakker dalam Usman Pelly (1994:22) mengartikan secara singkat kebudayaan adalah sebagai berikut :

Kebudayaan sebagai penciptaan, penerbitan dan pengolahan nilai-nilai insani. Tercakup di dalamnya usaha membudayakan bahan alam mentah serta hasilnya. Di dalam bahan alam, alam diri dan alam lingkungannya baik phisik maupun sosial, nilai-nilai diidentifikasikan dan dikembangkan sehingga sempurna. Membudayaakan alam, memanusiakan manusia, menyempurnakan hubungan keinsanan merupakan kesatuan tak terpisahkan.

Menurut pendapat dua orang antropolog yaitu Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski dalam Soerjono Soekanto (1975:54) mengemukakan pengertian Cultural Determinism yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan dengan adanya kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang super-

commit to user

dari generasi satu ke generasi selanjutnya dan akan tetap hidup meskipun orang- orang yang menjadi anggota masyarakat silih berganti yang disebabkan oleh kematian dan kelahiran.

Pengertian Kebudayaan juga dirumuskan oleh ahli antropologi, yang pertama merumuskan pengertian kebudayaan secara sistemastis dan ilmiah adalah

E.B Taylor dalam Usman Pelly (1994:23), dikemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan serta kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.

Ahli antropologi lain yang merumuskan definisi kebudayaan yaitu Ralph Linton dalam kajian Nurani Soyomukti (2010:428) yang memberikan definisi kebudayaan yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari. Definisi kebudayaan menurut Ralph Linton adalah:

Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat yang mana pun dan tidak mengenai sebagian dari cara hidup itu, yaitu bagian yang oleh masyarakat dianggap lebih tinggi ataulebih diinginkan. Dalam arti cara hidup seperti itu masyarakat kalau kebudayaan diterapkan pada cara hidup kita sendiri, maka tidak ada sangkut pautnya dengan main piano atau membaca karya sastra terkenal. Untuk seorang ahli ilmu sosial, kegiatan seperti main piano itu merupakan elemen-elemen belaka dalam keseluruhan kebudayaan kita. Keseluruhan ini mencakup kegiatan-kegiatan duniawi seperti mencuci piring atau menyetir mobil dan untuk tujuan mempelajari kebudayaan, hal ini

sama derajatnya dengan “hal-hal yang lebih halus dalam kehidupan”. Karena itu, bagi seorang ahli ilmu sosial tidak ada masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan, bagamana pun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah makhluk berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam suatu kebudayaan.

Pengkategorian tentang garis besar dari definisi kebudayaan adalah sebagai berikut ( Usaman Pelly, 1994 : 21) :

1) Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan kecakapan yang dimiliki manusia sebagai subyek masyarakat.

commit to user

mendefinisikan sebagai warisan sosial dan tradisi.

3) Ahli filsafat menekankan pada aspek normatif, kaidah kebudayaan dan realisasi cita-cita.

4) Antropologi melihat kebudayaan sebagai tata kehidupan, way of life, dan tata tingkah laku.

5) Psikologi mendekati kebudayaan daari segi penyesuaian manusia

kepada alam sekelilingnya, kepada syarat-syarat hidup.

6) Ilmu bangsa-bangsa gaya lama dan petugas museum menaksir kebudayaan atas hasil artifact dan kesenian.

7) Beberapa definisi lainnya yang agak istimewa dapat dikemukakan sebagai berikut :a) Dialectic of challenge and respons (Toynbee); b) Superstruktur ideologis yang mencerminkan pertentangan kelas (K.Marx); c) Gaya hidup feodal aristokrat (Al Farabi); d) Kebudayaan sebagai comfort (Mentagu).

Soerjanto Poespowardodjo dalam kajian Hans J. Daeng (2000:45) mengatakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan proses dan hasil perkembangan manusia yang disalurkan dari generasi ke generasi untuk kehidupan manusiawi yang lebih baik.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam kajian Soerjono Soekanto (1975:55), merumuskan kebudayaan sebagai segala sesuatu yang merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitar, agar kekuatan dan hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Sedangkan rasa meliputi jiwa manusia yang mewujudakan segala kaedah-kaedah dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalam arti luas. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir orang dalam kehidupan masyarakat dan yang menghasilkan filsafat atau ilmu pengetahuan yang berwujud teori.

commit to user

menyesuaikan diri dengan lingkungan, misalnya saja dengan menciptakan segala sesuatu yang dapat membantu aktivitas manusia.

Menurut Ruth Benediet dalam Parsudi Suparlan, (1984: 84) yang mengatakan bahwa “Kebudayaan adalah pengikat manusia bersama-sama.” dengan kebudayaan, manusia menjadi terikat oleh suatu aturan dan merasa menjadi satu ikatan sama yaitu kesamaan identitas.

Terdapat batasan-batasan yang jelas, sehingga suatu kebiasaan dapat dikatakan sebagai kebudayaan. “Batasan-batasan kebudayaan tersebut terdiri dari gagasan pokok yang mencakup perkembangan dan kemajuan masyarakat, hasil bersama dan humanisasi” (Soerjanto Poespowardojo, 1989: 219-220). Batasan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Kebudayaan mencakup segala perkembangan dan kemajuan masyarakat Kebudayaan mencakup bidang seni, sastra, ekonomi maupun teknologi.

2) Kebudayaan adalah hasil bersama Masyarakat terdiri dari sekelompok individu, yang menjadi kesepakatan dalam suatu kelompok tersebut adalah kebudayaan.

3) Kebudayaan pada hakekatnya adalah humanisasi

Nilai-nilai manusiawi menjadi dasar dan ukuran langkah-langkah pembangunan dan modernisasi. Nilai-nilai etis merupakan petunjuk dan pedoman bagi norma-norma masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan merupakan hasil yang diciptakan dari pikiran, karya, dan hasil karya sekelompok manusia yang berasal dari proses belajar selanjutnya menjadi suatu kebiasaan dan pada akhirnya membentuk suatu peradaban. Kebudayaan tersebut nantinya akan menjadi warisan dari satu generasi ke generasi selanjutnya dan akan terus mengalami perkembangan. Pada dasarnya kebudayaan diciptakan agar manusia mempunyai gambaran untuk melangsungkan hidupnya terutama dalam kehidupan bermasyarakat.

commit to user

b. Sifat dan Hakikat Kebudayaan Kebudayaan selalu melekat erat pada kehidupan sehari-hari manusia. Sifat-sifat kebudayaan dapat dirasakan dalam kehidupan. Sifat-sifat tersebut dijelaskan oleh Nurani Soyomukti (2010:441-443) antara lain :

1) Kebudayaan diperoleh dari belajar Kebudayaan manusia tidak diturunkan atau diwariskan secara biologis atau genetis, tetapi melalui proses sosialisasi dan internalisasi yang diperoleh karena bergaul dan berinteraksi dengan manusia lain dalam suatu kelompok. Artinya, perilaku manusia lebih banyak digerakkan leh kebudayaan dibanding dengan perilaku makhluk lain yang tingkah lakunya digerakkan oleh naluri atau isnting.

2) Kebudayaan milik bersama Dikatakan bahwa kebudayaan adalah milik bersama karena hal tersebut adalah milik bersama para anggota masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut. Semua anggota harus mematuhinya dan mengikuti karena diikat oleh konvensi, nilai-nilai, dan norma atau bahkan aturan. Suatu kelompok memiliki kebudayaan apabila para warganya memiliki secara bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan yang sama yang didapat melalui proses belajar.

3) Kebudayaan sebagai pola Pola-pola seperti tingkah laku terjadi karena dalam kebudayaan ada nilai atau batasan yang mengatur cara hidup dan tingkah laku masyarakat. Pola ideal adalah apa yang secara nilai diakui bersama oleh para anggotanya. Pola-pola ini yang sering disebut dengan norma.

4) Kebudayaan bersifat dinamis dan adaptif Kebudayaan mempunyai sifat dapat diubah, baik secara perlahan maupun secara cepat, tergantung pada perubahan material yang

commit to user

manusia.

c. Wujud Kebudayaan Kebudayaan tidak hanya segala sesuatu yang dapat dilihat secara kasat mata, tetapi nilai, gagasan dan ide juga merupakan wujud dari kebudayaan. Koentjaraningrat (1983: 189-190) menyatakan bahwa ada tiga wujud kebudayaan yaitu:

1) Sebagai suatu tindakan kompleks dari ide-ide, gagasan, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Wujud pertama dari kebudayaan ini sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Lokasinya ada di dalam kepala-kepala atau dengan perkataan lain dalam alam pikiran dari warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Pada masa sekarang ini wujud kebudayaannya banyak disimpan dalam disk, arsip, koleksi micro film, kartu computer, dll. Ada pula yang menyebut wujud kebudayaan yang pertama ini dengan adat istiadat.

2) Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan yang berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kedua dari kebudayaan ini biasa disebut sistem sosial.yang termasuk dalam sistem sosial ini misalnya, aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain, yang dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun selalu mengikuti pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. System social itu bersifat konkret, nyata sehingga dapat dilkukan observasi, diamati dan difoto.

3) Sebagai wujud benda-benda hasil karya manusia.

Wujud yang ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan yang merupakan keseluruhan dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat maka sifatnya paling konkret

commit to user

difoto. Ketiga wujud kebudyaan di atas dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kebudayaan yang ideal dan adat-istiadat mengatur dan mengarah pada tindakan dan perilaku manusia. Sedangkan kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang mempengaruhi pola perbuatan dan cara berpikir.

d. Unsur Kebudayaan Kebudayaan suatu bangsa atau masyarakat, terdiri darui unsur-unsur yang besar maupun unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu keutuhan yang bersifat kesatuan. Menurut R. Linton dalam Usman Pelly (1994:23) kebudayaan merupakan konfigurasi dari tingkah laku yang unsur-unsur pembentukknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.

Beberapa ahli merumuskan unsur-unsur kebudayaan. Menurut Melville J. Herskovits dalam kajian Soejono Soekanto (1975:57) mengajukan unsur kebudayaan ada empat yaitu : 1) alat-alat teknologi, 2) sistem ekonomi, 3) keluarga, 4) kekuasaan politik. Sedangkan menurut Bronislaw Maliowski dalam Soerjono Soekanto (1975:57) menyebutkan bahwa unsur-unsur pokok kebudayaaan adalah : 1) sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat agar menguasai alam sekelilingnya, 2) organisasi ekonomi,

3) alat-alat dan lembaga atau petugas untuk pendidikan, 4) organisasi kekuatan. Koentjaraningrat (1990: 203-04) berpendapat bahwa terdapat 7 unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur universal itu yang sekalian merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia ini adalah: 1) bahasa; 2) sistem pengetahuan; 3) organisasi sosial; 4) sistem peralatan hidup dan teknologi;

5) sistem mata pencaharian hidup; 6) sistem religi, dan 7) kesenian.

commit to user

berikut:

1) Sistem religi yang terdiri dari : a) Sistem kepercayaan; b) Sistem nilai dan pandangan hidup; c) Komunikasi keagamaan; d) Upacara keagamaan.

2) Sistem kemasyarakatan : a)Kekerabatan; b) Asosiasi dan perkumpilan;

c) Sistem kenegaraan; d) Sistem kesatuan hidup; e) Perkumpulan.

3) Sistem pengetahuan, meliputi pengetahuan tentang : a) Flora dan fauna; b) Waktu, ruang, dan bilangan; c) Tubuh manusia dan perilaku antar-sesama manusia.

4) Bahasa, yaitu alat komunikasi berbentuk: a) Lisan; b) Tulisan.

5) Kesenian : a) Seni patung/pahat; b) Relief; c) Lukis dan gambar; d) Rias; e) Vokal; f) Musik; g) Bangunan; h) Kesusastraan; i) Drama.

6) Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi: a) Berburu dan mengumpulkan makanan; b) Bercocok tanam; c) Peternakan; d)Perikanan; e) Perdagangan.

7) Sistem peralatan hidup atau teknologi: a) Produksi, distribusi, dan transportasi; b) Peralatan komunikasi; c) Peralatan konsumsi dalam bentuk wadah; d) Pakaian dan perhiasan; e) Tempat berlindung dan perumahan; f) Senjata.

Setiap unsur kebudayaan universal juga mempunyai tiga wujud, yaitu wujud sistem budaya, wujud sistem sosial, dan wujud kebudayaan fisik. Sehingga perlu dilakukan pemerincian kebudayaan dalam unsur-unsur yang khusus.

Fungsi unsur kebudayaan menurut pendapat Malinowski dala kajian Koentjaraningrat (1990:215) yaitu berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat manusia berfungsi untuk memuaskan suatu rangkaian hasrat naluri akan kebutuhan hidup manusia (basic human needs).

e. Fungsi Kebudayaan Manusia mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga manusia akan merasa puas apabila kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dan tidak puas

commit to user

mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota- anggota masyarakat, seperti misalnya kekuatan alam di mana masyarakat tersebut tinggal, maupun kekuatan lain dari masyarakat itu sendiri. Kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Dikatakan bahwa sebagian besar kemampuan masyarakat itu terbatas dan dengan demikian kemampuan kebudayaan yang merupakan hasil ciptaan juga terbatas dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Koentjaraningrat dalam kajian Soerjono Soekanto (1975:59), hasil karya manusia atau masyarakat menimbulkan teknolgi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya. Teknologi pada hakekatnya meliputi tujuh unsur yaitu : 1) alat-alat produktif, 2) senjata, 3) wadah, 4) makana dan minuman, 5) pakaian dan perhiasan, 6) tempat berlindung dan perumahan, 7) alat-alat transportasi.

Sosiolog besar Indonesia Selo Soemardjan dalam Nurani Soyomukti (2010:426) mengatakan bahwa kebudayaan masyarakat pada intinya berfungsi menghubungkan manusia dengan alam sekitarnya dan dengan masyarakat tempat manusia tersebut menjadi warga.

Fungsi kebudayaan adalah untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan dengan orang lain didalam menjalankan hidupnya. Median Kurniawan (dalam http://indobudaya.blogspot.com/2007/11/ilmu-budaya- dasar.html,diunduh pada tanggal 20 Januari 2012) menyebutkan fungsi kebudayaan adalah sebagai berikut: 1) Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok; 2) Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya; 3) Pembimbing kehidupan manusia; 4) Pembeda antar manusia dan binatang.

commit to user

kebutuhan biologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologis. Dengan kebudayaan, manusia dapat menciptakan teknologi dan diwujudkan dengan benda. Dengan kebudayaan pula, manusia bisa menghasilkan aturan dan nilai yang dianggap benar, sehingga dapat mengatur pergaulan kehidupan dalam bermasyarakat. Kebudayaan mengajarkan manusia untuk bertindak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, yang bersifat memaksa karena dilengkapi dengan sanksi apabila melanggarnya.

f. Nilai budaya

1) Definisi Nilai Budaya Menurut pendapat Theodorson dalam kajian Soerjono Soekanto (1975:101) mengemukakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak, yang dijadikan pedoman serta prinsip umum dalam bertindak dan bertingkah laku. Keterkaitan orang maupun kelompok terhadap nilai relatif kuat dan bersifat emosional. Oleh karena itu nilai dapat dilihat sebagai pedoman bertindak dan sekaligus sebagai tujuan manusia itu sendiri.

Definisi nilai budaya juga dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1987:85) yaitu bahwa nilai budaya terdiri dari konsepsi yang hidup di alam pikiran sebagian masyarakat mengenai hal-hal yang dianggap mulia. Sistem nilai yang ada dijadikan orientasi dan rujukan dalam bertindak.

Menurut Munandar Sulaiman (1998: 22), “nilai dalam masyarakat tercakup dalam adat kebiasaan dan tradisi yang secara tidak sadar diterima dan dilaksanakan oleh anggota masyarakat”. Merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses membandingkan dan menilai. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai.

commit to user

dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi. Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.

Dapat disimpulkan bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.

2) Sistem Nilai Budaya Suatu sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia (Koentjaraningrat, 1981:124). Sistem nilai budaya itu demikian kuatnya meresap dan berakar di dalam jiwa masyarakat sehingga sulit diganti atau diubah dalam waktu yang singkat. Sistem nilai budaya di dalam masyarakat menyangkut masalah-masalah pokok bagi kehidupan manusia.

Sistem nilai budaya merupakan bagian dari sistem budaya, yaitu aspek dari sistem gagasan. Kedudukan nilai dalam setiap kebudayaan sangatlah penting, maka pemahaman tentang sistem nilai budaya dan orientasi nilai budaya sangat penting dalam konteks pemahaman perilaku suatu masyarakat dan sistem pendidikan yang digunakan untuk menyampaikan sisitem perilaku dan produk budaya yang dijiwai oleh sistem nilai masyarakat yang bersangkutan.

Dalam kaitan tersebut sistem nilai budaya merupakan sejumlah pandangan mengenai soal-soal yang paling berharga dan bernilai dalam hidup, sehingga disebut dengan sistem nilai. Sebagai inti dari suatu sistem kebudayaan, sistem nilai budaya akan menjiwai semua pedoman yang mengatur tingkah laku masyarakat yang bersangkutan. Pedoman tingkah laku tersbut antara lain adalah adat-istiadat, sistem norma, aturan etika, aturan moral, aturan sopan santun, pandangan hidup dan ideologi (Hans J. Daeng, 2000:46).

commit to user

konsepsional dari kebudayaan, yang seolah-olah berada di luar dan di atas para individu yang menjadi warga masyarakat tersebut (Usman Pelly, 1994:102). Haryati Soebadio,(dalam http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/sistem-nilai- budaya-ibd/, diunduh pada 15 November 2011), memberikan deskripsi kerja tentang sistem nilai budaya sebagai nilai gagasan utama. Lebih lanjut Haryati Soebadio mengatakan bahwa sistem nilai dan gagasan itu dihayati benar-benar oleh pendukukung budaya bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Akibatnya, sistem nilai dan gagasan itu dapat mendominasi keseluruhan kehidupan para pendukungnya. Dalam arti mengarahkan tingkah laku di dalam kehidupan masyarakat. Sistem nilai dan gagasan utama itu memberi pola untuk bertingkah laku dalam masyarakatnya, atau dengan kata lain memberikan seperangkat model untuk bertingkah laku.

G.Wira Saputra, (http://wirasaputra.wordpress.com/2011/10/13/nilai- budaya-sistem-nilai-dan-orientasi-nilai-budaya/, diunduh 28 Maret 2012)

mengatakan bahwa sistem nilai budaya merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjadi pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota-anggota suatu masyarakat.

3) Orientasi Nilai Budaya Hans J. Daeng (2000 : 46-47) menyebutkan bahwa ada lima masalah soal yang menjadi isi dalam sistem nilai budaya, yaitu : a) soal makna hidup manusia; b) soal makna pekerjaan, karya dan amal perbuatan manusia; c) persepsi manusia mengenai waktu; d) soal hubungan manusia dengan alam sekitarnya; e) soal hubungan manusia dengan sesama manusia. Persepsi dan konsepsi mengenai kelima maslah tersebut dapat berbeda-beda dalam berbagai kebudayaan.

commit to user

universal kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan dijelaskan dalam tabel berikut ini :

Tabel 1. Skema Kluckhonhn Lima Masalah Dasar yang Menentukan Orientasi

Nilai Budaya Manusia Masalah dasar

dalam hidup

Orientasi Nilai Budaya

konsenvatif

Transisi

Progresif Hakikat hidup

Hakikat Kerja/Karya

Hubungan mansuia dengan waktu

Hubungan manusia dengan alam

Hubungan manusia dengan sesamanya

Hidup itu buruk

Kelangsungan hidup

Orientasi ke masa lalu

Tunduk

kepada

alam Vertikal

Hidup itu baik

Kedudukan dan kehormatan / prestise

Orientasi ke masa kini

Selaras dengan alam

Horizontal/kolekial

Hidup itu sukar, tetapi harus diperjuangkan

Mempertinggi prestise

Orientasi ke masa depan

Mengusai alam

Individual/mandiri (sumber : Usman Pelly, 1994 : 104)

Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah orientasi nilai budaya dengan berbagai variasi yang berbeda-beda. Variasi orientasi nilai budaya dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran sistem nilai budaya pada kelompok- kelompok masyarakat.

g. Kebudayaan Jawa Masyarakat Jawa mempunyai banyak informasi budaya untuk dapat digali seiring dengan perkembangan waktu. Keseimbangan, keselarasan, dan keserasian harus hidup berdampingan dengan tujuan untuk menghasilkan keharmonisan dalam hidup yang merupakan falsafah dari kebudayaan Jawa. Karena adanya tiga aspek penting tersebut membuat budaya Jawa bersifat elastis, sehingga mudah menyatu dengan agama yang muncul. Tumpuan dari budaya

commit to user

bahwa ada kekuatan gaib yang dapat diminta pertolongan dalam masalah duniawi dan rohani kehidupan masyarakat (Ahira, http://www.anneahira.com/kebudayaan- jawa.htm, diunduh pada 15 Maret 2012).

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Supervisi Akademik Pengawas Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Ngadirejan Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan

1 1 6

Pengelolaan Sistem Informasi Akademik Berbasis SMS Gateway di MTs. Ma’arif 7 Bomo Punung Kabupaten Pacita

0 1 8

Penerapan Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 oleh Guru SD/MI di Desa Klepek Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro Semester Gasal Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 7

KONSEP JIHAD DALAM KONTEKS NEGARA BANGSA (Studi Kasus Aceh Pasca Perjuangan Kemerdekaan)

0 0 14

KONSEP INTEGRASI ILMU GHOYAH DAN ILMU WASILAH DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMA Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Tahun 2012-2013)

0 0 10

PEMBERDAYAAN KADER POSYANDU DALAM PENGELOLAAN POSYANDU LANSIA AKTIF DI DESA JETIS SUKOHARJO Maryatun dan Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ’Aisyiyah Surakarta Email: Tun_Maryayahoo.com ABSTRAK - PEMBERDAYAAN KADER POSYANDU DALAM PENGELOLAAN POSYANDU

0 2 6

PENINGKATAN PENDAPATAN UKM MELALUI PENGUASAAN TEKNOLOGI PAKAN LELE DAN PEMANFAATAN LIMBAH LOKAL DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO, KABUPATEN WONOGIRI

0 0 8

Kata Kunci: perangkat desa, teknologi komputer, Windows PENDAHULUAN - PAKOM PELATIHAN PENGOPERASIAN KOMPUTER BAGI PERANGKAT DESA DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

0 0 9

PAKOM DAUR ULANG SAMPAH ANORGANIK DI DESA NGADIREJO, KARTASURA, SUKOHARJO Ambarwati dan Sri Darnoto Prodi Kesehatan Masyarakat FIK UMS Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan, Surakarta E mail: ambarwatiums.ac.id ABSTRAK - PAKOM PELATIHAN PENDAURULANGAN SAMPAH

1 2 11

PEMITRA PENDAMPINGAN KELOMPOK TANI DAN PETERNAK LELE DESA PUCUNG, KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI

0 0 9