Sejarah Karanganyar Pengembangan ekowisata di desa Tlogo Dringo Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar hamzah

commit to user 15 Untuk mencapai lokasi wisata khususnya di Wilayah Karanganyar Lereng barat Gunung Lawu dapat ditempuh dengan transportasi udara dan darat bus dan kereta api , kemudian dilanjutkan dengan naik kendaraan umum lainya seperti angkuta, angkudes, dan bus yang langsung menuju daerah wisata yang diiinginkan. Fasilitas transportasi udara yang terdekat yang bisa dimanfaatkan adalah Bandara Internasional Adi Soemarmo, dimana fasilitas ini bisa dipergunakan bagi penerbangan untuk wilayah Surakarta dan sekitarnya. Dan kemudian dilanjutkan dengan transportasi darat untuk mencapai lokasi-lokasi wisata di Wilayah Karanganyar. Sarana transportasi Kereta Api bisa dimanfaatkan melalui Stasiun Kereta api Stasiun Solo Balapan dan kemudian dilanjutkan dengan jenis angkutan lain untuk menuju ke lokasi wisata di Wilayah Kabupaten Karanganyar. Untuk mencapai lokasi wisata di Wilayah Kabupaten Karanganyar dapat pula ditempuh dengan berbagai jenis kendaraan wisata termasuk bus-bus ukuran besar khususnya untuk lokasi wisata Tawangmangu dan Matesih, dan bahkan telah beroprasi bus regular dan angkutan antar desa ke setiap penjuru kawasan.

B. Sejarah Karanganyar

Lahirnya Karanganyar menjadi dukuh kecil pada tahun 1745 tepatnya pada tanggal 16 Maulud 1670 atau tanggal 19 April 1745. Yang mencetuskan pertama nama Karanganyar adalah R.M Said atau Pangeran Sambernyawa yang nantinya dikenal sebagai Sri Mangkunegoro I. Yang menjadi cikal bakal Karanganyar ialah commit to user 16 Raden Ayu Diponegoro atau Nyi Dipo alias Nyi Ageng Karang, nama kecilnya R.A Sulbiyah. Pada waktu itu Karanganyar menjadi dukuh kecil, termasuk wilayah Kasunanan Surakarta, yang memegang pemimpin Swapraja Kasunanan Surakarta ialah Sunan Paku Buwono II. Mulai adanya “Perjanjian Giyanti” pada tanggal 13 Februari 1755 yang membagi Bumi Mataram menjadi 2 kerajaan yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, maka dukuh Karanganyar yang masih kecil yang terletak di Sukowati Selatan termasuk wilayah Kasultanan Yogyakarta, karena atas dasar perjanjian itu seluruh tanah Sukowati menjadi tanah Kasultanan Yogyakarta, yang menjadi Sultan pada waktu itu adalah Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755-1792. Tahun 1847 Sri Mangkunegoro III yang memegang Pimpinan Swapraja Mangkunegaran tahun 1835-1853 mengadakan tatanan baru, analogi peraturan yang berlaku di Kasunanan Surakarta ialah Staatsblah 1847 No. 30 yang mulai berlaku pada tanggal 5 Juni 1847 yang salah satu peraturan tersebut menyatakan bahwa Karanganyar merupakan salah satu wilayah Swapraja Mangkunegaran menjadi “Onderregentschap” dengan nama ibukotanya. Istilah Onderregentschap diubah menjadi Regentschap pada saat Sri Mangkunegoro VII memegang pimpinan Swapraja Mangkunegaran 1916 - 1944 pada tanggal 20 November 1917. Dengan demikian mulai tanggal 20 November 1917 Karanganyar menjadi Kabupaten Karanganyar dengan nama ibukota Karanganyar. Nama Karanganyar mempunyai maksud: Ka : Kawibawan yang dicita-citakan commit to user 17 Rang : Rangkapanya lahir batin, pulung dan wahyunya telah turun Anyar : Akan menerima perjanjian baru, diangkat menjadi Mangkunegoro I. 1

C. Objek dan Daya Tarik Wisata