Sejarah Berdirinya Tinjauan Umum Desa Tlogo Dringo

commit to user 31 BAB III PENGEMBANGAN EKOWISATA TLOGO DRINGO

A. Tinjauan Umum Desa Tlogo Dringo

1. Sejarah Berdirinya

Tlogo Dringo adalah sebuah dusun yang terletak di kawasan selatan lereng Gunung Lawu. Dusun ini masuk wilayah administratif Kabupaten karanganyar, tepatnya Dusun Tlogo Dringo, Kelurahan Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Karena letaknya yang dekat dengan puncak Gunung Lawu, maka kawasan ini beriklim sejuk, bahkan pada musim tertentu suhunya bisa mencapai 10 o C. Kawasan ini masuk dalam lembah lereng selatan Gunung Lawu. Dengan iklim seperti itu sangat cocok sekali dengan potensi pertanian tanaman sayur dan buah. Asal muasal nama Tlogo Dringo diambil dari adanya sebuah tanah datar yang sekarang menjadi lapangan sepak bola dulunya adalah sebuah telaga. Telaga tersebut merupakan danau kecil, di sana terdapat pohon Dringo yang daunnya sering digunakan oleh warga sekitar untuk memandikan anaknya karena daunnya beraroma sangat wangi. Oleh karena itu, tempat ini dinamakan Tlogo Dringo. Awalnya di daerah ini hanya terdiri dari 7-9 rumah saja. Salah satu pendiri desa adalah Mbah Kertorejo, sekarang tapak tilasnya ada di sebelah utara dari bekas danau. Pada tahun 1950-an, daerah ini mulai ramai, selain bertambahnya penduduk dengan keturunan commit to user 33 orang asli Tlogo Dringo, banyak pula pendatang yang berasal dari wilayah Kabupaten Magetan, Kabupaten Wonogiri dan juga Karanganyar. Di kawasan ini dulunya masih di bawahi oleh kolonial Belanda, kemudian Jepang dan yang terakhir adalah agresi kembali oleh Belanda. Daerah Tlogo Dringo ini masih kental dengan nuansa mistis. Sesajen juga masih berlaku untuk menyeimbangkan kehidupan masyarakat sekitar. Diceritakan, di kawasan hutan lindung di sebelah selatan desa ini masih banyak terdapat arca-arca dan beberapa artefak yang menurut legenda adalah petunjuk-petunjuk yang harus ditaati oleh orang-orang yang bermukim di lereng hutan tersebut. Salah satunya adalah patung celeng yang terdapat di sebelah timur puncak Njogolarangan. Patung ini merupakan perwujudan dari raja babi hutan yang dinamakan Dadung Awuk. Arca Dadung Awuk ini adalah petunjuk bagi masyarakat bahwa dalam 6 bulan sekali jika tidak ada sesaji yang dipersembahkan, maka hama babi hutan akan menyerang desa yang melanggar larangan. Jika yang melanggar adalah desa bagian Timur, maka arca itu akan menghadap ke Desa Genilangit, Magetan, jika yang melanggar adalah bagian selatan, arca itu akan menghadap ke Girimanik, Wonogiri, begitu juga ke arah barat di Daerah Jatiyoso, dan yang paling sering adalah menghadap ke arah utara, yaitu di Dusun Tlogo Dringo. Babi Hutan akan memakan tanaman warga, baik buah, sayuran, dan lain sebagainya. Di Kawasan Tlogo Dringo ini terdapat beberapa perbukitan yang masih alami, dari beberapa pertemuan lembah di pegunungan itu, terdapat sungai-sungai yang mengalir menjadi satu dan bermuara di sebuah sendang yang dinamakan Sendang Ayu. Sendang ini digunakan warga untuk mengairi sawah- commit to user 34 sawah mereka dan juga untuk kebutuhan sehari-hari. Di dusun ini terdapat padepokan yang merupakan makam dari sesepuh Tlogo Dringo, yaitu Mbah Sarimin atau Padepokan Kismoyojati. Di Padepokan ini akan sangat ramai dikunjungi para peziarah pada bulan Suro dan pada saat jatuhnya wuku galungan setiap enam bulan sekali. Para peziarah berasal dari berbagai daerah, dari Kalimantan dan Sulawesi juga pernah menziarahi padepokan ini. Pada tahun 1987 dibangun Vihara Lawu yang menjadi pusat kegiatan sembahyang bagi agama Budha, tempat keramat ini juga pada saat tertentu banyak sekali dikunjungi oleh para peziarah dan pemeluk agama Budha untuk bersembahyang. Dusun ini sendiri sekarang terdiri dari 140 Kepala Keluarga, terdiri dari tiga Rukun Tetangga dan satu Rukun Warga. Tlogo Dringo adalah satu-satunya wilayah pedesaan di Kabupaten Karanganyar yang menghasilkan tanaman buah stroberi. Buah ini tidak diproduksi di daerah lain selain di Tlogo Dringo. Budidaya buah stroberi ini baru berlangsung selama 3 tahun belakangan. Selain menjadi sentra produksi stroberi, ladang di desa ini juga menghasilkan banyak tanaman buah dan sayur, seperti kentang, jagung, wortel, bawang merah dan bawang putih, kemangi, dan bahkan baru-baru ini telah dikembangkan bibit buah apel malangWawancara dengan Bapak Giyanto dan Bapak Suharto, 25 Juni 2012.

2. Kependudukan