Eksistensi Manusia Dialog Quran dan Bibel

108 Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. DIALOG QUR’AN dan BIBEL Berkata para malaikat kepada Allah, “Ya Tuhan kami, Engkau telah memberi anak-anak Adam dunia, mereka makan, minum, dan berpakaian, sedangkan kami bertasbih memujiMu idak makan dan idak minum dan idak pula bermain-main, maka berilah kepada akhirat sebagaimana Engkau memberi dunia kepada anak-anak Adam. Allah menjawab, Aku idak akan menjadikan orang-orang yang shaleh dari anak cucu orang yang Kuciptakan dengan ucapan “Kun” dan terciptalah ia. Abdullah Yusuf Ali dalam Tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan martabat dan kehormatan yang dianugerahkan Allah kepada manusia dipaparkan kembali untuk memperkuat adanya kewajiban dan tanggung jawab manusia yang seimbang. Dia diberi kedudukan melebih makhluk hewan; dia dianugerahi bakat, sehingga dengan demikian ia dapat mengangkut dirinya sendiri dari suatu tempat ke tempat yang lain, melalui darat, laut dan sekarang dengan udara. Segala sarana untuk mendapatkan rezeki serta pertumbuhan seiap bagian kudratnya disediakan oleh Allah; Dan segala kemampuan rohaninya Anugerah Tuhan yang terbesar dapat mengangkat martabatnya melebihi sebagian besar makhluk Allah. Kalau begitu, belum jugakan ia dapat memahami tujuannya yang mulia dan karenanya harus bersiap-siap untuk akhirat. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya neraka. Kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh, maka bagi mereka pahala yang iada putus-putusnya. Q.S. At-Tiin 95 : 4 – 6 Menurut ajaran Islam, manusia pada mulanya diciptakan Tuhan dari tanah, itulah Adam as sebagai manusia pertama. QS. 3 : 54. Kemudian Allah menciptakan manusia untuk mengisi bumi ini dengan saripai tanah yang tersimpan di dalam rahim bersatunya sel sperma dengan sel telur maka terbentuklah manusia itu dalam bentuk yang sebaik-baiknya. QS. 23 : 12 -16 Setelah Allah ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik. Allah ciptakan dia dengan ukuran inggi yang memadai, dan memakan makanan dengan tangannya, idak seperi makhluk lain yang mengambil dan memakan makanannya dengan mulutnya. Lebih dari itu Allah isimewakan manusia dengan akalnya, agar bisa berikir dan menimba berbagai ilmu pengetahuan serta bisa mewujudkan segala inspirasi yang dengannya bisa berkuasa.                                                                                                                                                                                                                                                                                            109 Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. Menyingkap Pesan Suci Merajut Hubungan Antarumat Beragama Tapi manusia itu lupa dengan itrah kejadiannya, sehingga banyak melakukan kerusakan yang telah menyebar dikalangan mereka, dan mereka lupa kepada itrah asalnya dan lari kepada naluri kebinatangannya. Mereka terperosok kedalam jurang kebejatan moral dan dosa-dosa. Hanya orang-orang yang dipelihara oleh Allah, mereka tetap berada pada garis itrah kejadiannya. Oleh sebab itu orang-orang beriman dan mengetahui bahwa jagat raya ini ada yang menciptakannya. Dialah yang mengatur kesemuanya, dan Dialah yang meletakkan syariat bagi makhlukNya agar dilaksanakan oleh mereka. orang-orang semacam ini percaya bahwa kejelekan akan beroleh balasan siksaan dan kebaikan akan beroleh imbalan pahala. Orang shaleh memahami akibat perbuatan yang bertentangan dengan akal sehat dan itrah, ia gemar mengumpulkan harta benda dan bersenang- senang memenuhi kemauan hawa nafsu, akan mendatangkan murka Allah. Ini arinya manusia itu berpaling dari hal-hal yang mendatangkan manfaat bagi kehidupan akhiratnya, dan hal-hal yang mendatangkan keridhaanNya yang bisa mengantarkan kepada perolehan kenikmatan yang abadi. Ingatlah keika Tuhan mengeluarkan dari anak-anak Adam keturunan mereka dari sulbinya dan menjadikan saksi atas diri mereka sendiri dengan pertanyaan : “Bukankah Aku Tuhanmu, Mereka menjawab : “Ya, kami bersaksi. Demikianlah supaya kamu idak berkata pada hari kiamat : “Keika itu kami lalai. Atau mengatakan : “Leluhur kami dahulu mempersekutu-kan Tuhan, dan kami keturunan yang sesudah mereka. Akan Kau binasakanlah kami karena perbuatan orang-orang yang sia-sia.” QS. Al-A’Raaf 7 : 172 – 173 Dalam ayat ini Allah menerangkan kebesaran kekuasaanNya, bahwa Dia telah pernah mengeluarkan semua manusia sejak Adam hingga manusia yang bakal lahir di saat hari kiamat, untuk mempersaksikan kepada mereka bahwa Allah itu Tuhan yang mencipta dan pemilik mereka semuanya dan bahwa iada Tuhan kecuali Dia, sebagaimana Allah menciptakan mereka dengan dasar tabiat itrah itu. Sebagaimana riwayat Abu Hurairah Ra berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda “ Kulla mauluudin yuuladu alal itrah : “Tiap anak lahir dengan itrah asal kejujuran tauhidnya. H.R. Bukhari dan Muslim.                                                                                                                                                                                                                                                                                            110 Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. DIALOG QUR’AN dan BIBEL Umar bin Khatab ra keika ditanya tentang ayat 172 ini : Wa idz akhadza rabbukamin dhuhuurihim dzurriyatahum wa asy hadahum ala anfusihim : Alastu birabbikum, Qaa luu Balla : Umar menjawab : “Saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda : Sesungguhnya Allah menjadikan Adam as kemudian mengusap punggungnya dengan tangan kanan-Nya dan mengeluarkan diri padanya semua turunan yang akan lahir ke dunia, kemudian Allah berirman : Ini untuk surga dan mengerjakan amal ahli surga, kemudian mengusap kembali punggung Adam dan mengeluarkan turunan dan dikatakan ini bagian neraka dengan amal ahli neraka. Lalu ada orang bertanya, “Ya Rasulullah jika sedemikian untuk apakah amal itu ? Jawabnya, “jika Allah menjadikan seorang hamba untuk surga, maka digunakan untuk mengerjakan amal ahli surga sehingga mai mengerjakan amal ahli surga dan masuk ke surga, dan jika menjadi seorang untuk neraka sehingga mai mengerjakan amal ahli neraka maka dimasukkan ke dalam neraka. HR. Ahmad, Abu Dawud, Annasa’i, At-Tarmidzi. Abu Hurairah ra berkata, “Rasulullah Saw. bersabda : Keika Allah menjadikan Adam, lalu mengusap punggungnya iap anak yang akan terjadi dari turunannya hingga hari kiamat, dan diantara kedua mata iap orang ada sinar cahaya, kemudian diperlihatkan kepada Adam, lalu ia bertanya, “Ya Rabbi siapakah mereka itu?” Dijawab, Itu cucumu seorang bernama Dawud. T.M. Hasbi Ash Shiddieqy dalam tafsir “Annur”, menuliskan : Para ulama dalam soal ini mempunyai dua pendapat. Pendapat Shalaf dan pendapat Khalaf. Ulama Shalaf berkata bahwasanya Allah menjadikan Adam dan mengeluarkan dari punggungnya anak keturunannya, serta menghidupkan mereka dan menjadikan bagi mereka akal dan itrah. Ulama Khalaf berkata : Ini sebenarnya suatu kiasan belaka. Tak ada soal dan tak ada jawab. Hanyasanya Allah menyusun anak Adam itu akal dan itrah serta menegakkan dalil-dalil di alam ini yang menunjuk kepada kekuasaan-Nya dan kerububiyahan. Seolah-olah Allah berkata kepada mereka : Akuilah olehmu bahwasanya Akulah Tuhanmu, tak ada Tuhan selain daripada-Ku. 1 Abdullah Yusuf Ali menafsirkan ayat 173 di atas bahwa ; Kemampuan yang tersembunyi dalam diri seseorang cukup untuk mengajarkan adanya perbedaan antara yang baik dengan yang buruk , untuk memberi peringatan kepadanya tentang bahaya yang sedang mengancam hidupnya. Tetapi untuk menyadarkan dan membangkitkan kemampuan itu, perlu himbauan pribadi kepada seiap orang melalui “suara yang sayup-sayup” dalam dirinya. Dalam keadaan yang belum ternodai ia mengakui kebenaran itu dan secara majas 1 Mustafa Al Maraghi, Op.Cit., h. 215 111 Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. Menyingkap Pesan Suci Merajut Hubungan Antarumat Beragama menyatakan sumpah janjinya itu kepada Allah. Oleh karena itu, tak ada alasan bagi seiap orang yang mengatakan, baik 1 bahwa ia idak peduli, atau 2 bahwa ia tak harus dihukum demikian itu kalaupun ada sudah merupakan tanggung jawab pribadi dan karena kekufurannya sendiri pula, di samping adanya pengaruh kerohanian yang lebih dalam. 2 Konteks ayat di atas ditunjukkan kepada anak-anak Adam, yakni kepada semua umat manusia, yang sudah lahir maupun yang belum, tanpa batas waktu. Benih Adam meneruskan kehadiran generasi manusia dan mewariskan peninggalan rohaninya. Umat manusia yang demikian mempunyai segi kebersamaan. Manusia sendiri oleh Allah telah diberi kekuatan dan kemampuan tertentu, yang dengan memiliki itu, di pihak kita, kita dapat mewujudkan kewajiban-kewajiban rohani tersendiri, yang secara ikhlas harus dilaksanakan. Dalam ayat itu juga membukikan bahwa adanya perjanjian manusia untuk mematuhi dan mengakui kekuasaan dan keesaan Tuhan, sekaligus bersumpah untuk melaksanakan perintahNya. Karena sudah menjadi itrah seiap insan manusia untuk melakukan kebenaran.

B. Manusia dan Interaksi Sosial

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Q.S. Al-Hujurat 49 : 13 Dikemukakan oleh Ibnu Haim yang bersumber dari Ibnu Abi Malikah yang berkata : Keika terjadi perisiwa penaklukkan kota Makkah Bilal naik k e atas panggung Ka’bah dan mengumandangkan azan. Orang-orang berkata : “Orang yang azan di atas Ka’bah itukan budak hitam” Maka berkatalah sebagiannya : “Sekiranya Allah membencinya, tentu akan mengganinya,” Maka allah menurunkan ayat; “ Yaa aiyuhannasu inna khlalaqnakum min dzakarin wa untsaa ........ sampai akhir ayat QS. Hujurat :13 berkenan 2 Prof. T.M. Hasbi Shiddieqy, “ Tafsir Al-Qur’an An-Nur” 3, Bulan Bintang, Jakarta, 1964, h. 86-87                                                                                                                                                                                                                                                                                            112 Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. DIALOG QUR’AN dan BIBEL dengan perisiwa itu, yang menerangkan bahwa di dalam agama Islam idak mengenal diskriminasi. Ukuran kemuliaan seseorang hanyalah tergantung ketakwaannya kepada Allah. Pada ayat ini Allah memberitahukan bahwasanya Dia telah menciptakan manusia dari seorang laki-laki, ialah Adam dan seorang perempuan ialah Hawa. Kemudian menjadi umat manusia berpecah-pecah menjadi bangsa- bangsa, dan dari bangsa berpecah menjadi suku-suku, dengan demikian supaya mereka saling mengenal. Dan sesungguhnya umat manusia itu adalah sama di hadapan Allah. Tiada suatu bangsa mempunyai kelebihan dengan yang lain, semuanya adalah sama-sama anak cucu Adam, dan yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Agama Islam menyeru dan mengajak kaum muslimin melakukan pergaulan di antara sesamanya, baik bersifat pribadi maupun dalam bentuk kesatuan. Karena dengan pergaulan, kita dapat saling berhubungan mengadakan pendekatan satu sama lain. Juga dengan pergaulan kita dapat mencapai sesuatu yang berguna untuk kemashlahatan masyarakat yang adil dan makmur, dalam membina masyarakat yang berakhlak karimah. Perwujudan itu dikarenakan kebagusan pergaulan dan idak saling mendiskreditkan. Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan sembelihan orang0orang yang diberi Al-Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal pula bagi mereka. Dan dihalalkan mengawini wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita- wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, idak maksud berzina dan idak pula menjadikannya gundik- gundik. Barang siapa yang kair sesudah beriman idak menerima hukum- hukum Islam maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi. QS. Al-Maidah 5 : 5 Mengenai kawin dengan wanita-wanita ahlul kitab, Ibnu Abbas r.a. berkata : Pada mulanya turun ayat, Walaa tankhihul musy rikaai hata                                                                                                                                                                                                                                                                         