Penguatan Trilogi Kerukunan Umat Beragama
64
Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. DIALOG QUR’AN dan BIBEL
baiknya. Sebagaimana dijelaskan Allah SWT dalam Alqur’an surat Al Hujarat : 10, yang arinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman
itu adalah saudara, oleh karena itu peralatlah simpul persaudaraan diantara kamu, dan bertaqwalah kepada Allah, mudah-mudahan kamu
mendapatkan rahmatnya “. Dari ayat ini jelas bahwa kita sesama umat Islam ini adalah saudara, dan wajib menjalin terus persaudaraan di antara
sesama umat Islam dan marilah budayakan rasa kepedulian terhadap saudara kita seiman, saling menolong, mengangkat harkat martabatnya,
dan janganlah saudara kita anggap sebagai musuh, hanya karena masalah masalah-masalah sepele yang idak berari, yang dapat mengancam
integritas yang pada akhirnya dapat melumpuhkan kerukunan dan keutuhan bangsa.
Berkasih sayang antara sesama dan mengasih sayangi semua makhluk Allah di bumi ini serta memelihara lingkungan hidup adalah
sesuatu yang sangat pening dan diwajibkan dalam Islam. Salah satu sifat Allah SWT adalah Maha Pengasih dan Penyayang Ar Rahman dan
Ar Rahim sifat ini diturunkannya kepada manusia dan bahkan nama kandungan perut ibu kita juga ada rahim ibu. Kita umat manusia
seluruhnya adalah dari satu rahim ibu yaitu sii Hawa, oleh karena itu berkasih sayang antara sesama manusia adalah merupakan keharusan
bagi kita semua, dan menyanyangi seluruh makhluk di bumi ini adalah menjadi syarat bagi kasih sayang Allah kepada kita: “Siapa yang idak
menyanyangi orang ada di bumi, idak disayangi orang yang ada dilangit” Maka semua yang ada di bumi ini adalah ciptaan Allah, yang harus
disayangi dipelihara dengan baik agar kita mendapat kasih sayang Allah SWT. Orang yang disayang Allah idak disiksa dan idak diazabnya. Oleh
karena itu kita sebagai makhluk Allah yang berasal dari kakek kita Nabi Adam As dan nenek kita Sii Hawa, idak pantas bermusuhan dan berpecah
belah. Soal berbeda suku, agama, warna kulit, jabatan dan sebagainya, idak boleh membuat keretakan antara sesama kita. Lebih-lebih lagi
setelah masa Nabi Adam As kita disatukan dalam bahtera Nabi Nuh As yang dalam bahtera itu ada kesepakatan idak boleh saling mengganggu
atau merusak, bahkan antara harimau dan kambing, dan antara kucing dengan tikuspun tidak boleh saling bermusuhan tapi harus saling
menyanyangi. Jika ada yang melanggar kesepakatan itu bahtera akan rusak dan tenggelam, semua akan celaka. Oleh karena itu kita semua
wajib mengasih sayangi dan hidup rukun, karena kita di dunia ini adalah semacam satu bahtera juga idak boleh ada yang merusak.
65
Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. Menyingkap Pesan Suci Merajut Hubungan Antarumat Beragama
Oleh karena itu masalah kerukunan umat seagama erat kaitannya dengan akidah yang kokoh yang melipui ketahanan ruhiyah mental
dan rasa kemanusiaan sejai, tanpa dibuat-buat ataupun mengandung unsur kepalsuan di dalamnya. Sesungguhnya yang dimaksud dengan
persaudaraan di sini adalah bahwa seiap individu itu mampu memelihara saudaranya dengan rasa saling cinta dan kasih sayang, dan ia mampu
melaksanakan hak-hak saudaranya dengan baik meskipun tidak mendapatkan imbalan materi dengan indakannya itu. Hal ini terjadi
karena ia bekerja karena Allah SWT dan mengembalikan semua kepada keimanannya dengan mengharap pahala dan balasan dari-Nya.
2. Kerukunan Antarumat Beragama Di Indonesia idak hanya satu agama yang diakui. Ada beberapa
agama yang diakui keberadaannya di negeri tercinta ini. Ada Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Selain itu, aliran kepercayaan pun
juga diakui oleh negara. Demi kerukunan kita sebagai sesama bangsa Indonesia, perbedaan agama idak boleh memecah kerukunan. Agama
boleh berbeda, tetapi kerukunan di antara umat beragama harus tetap dipelihara demi ketenteraman dan kedamaian. Kerukunan antarumat
beragama adalah menciptakan persatuan antar agama agar idak terjadi saling merendahkan dan menganggap agama yang dianutnya paling baik.
Ini perlu dilakukan untuk menghindari terbentuknya fanaisme ekstrim
yang membahayakan keamanan, dan keteriban umum. Bentuk nyata yang bisa dilakukan adalah dengan adanya dialog antarumat beragama yang
didalamnya bukan membahas perbedaan, akan tetapi memperbincangkan kerukunan, dan perdamaian hidup dalam bermasyarakat. Ininya adalah
bahwa masing-masing agama mengajarkan untuk hidup dalam kedamaian dan ketenteraman.
Pilihan untuk beriman mengandung konsekuensi bahwa ia harus siap menjalankan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya. Kita
diperintahkan untuk bertoleransi terhadap pilihan iap-iap orang untuk beriman atau kair. Meskipun demikian, idak membenarkan mencampur
pelaksanaan agama kita dengan pelaksanaan agama orang lain. Saat orang lain melaksanakan peribadatannya, misalnya sedang bersembahyang di
pura, kita idak boleh ikut berada di sana dengan alasan ikut bertoleransi kepada pemeluk agama lain Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.
Bentuk toleransi lain adalah menghargai keyakinan mereka. Meskipun menganggap keyakinan umat lain salah, kita idak boleh menghina dan
66
Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. DIALOG QUR’AN dan BIBEL
mencaci maki mereka bahkan mencaci maki Tuhan yang mereka sembah pun idak diperbolehkan.
Dalam Islam diajarkan bagaimana membangun kebersamaan dengan penganut agama lain, yang disebut dengan isilah Ukhuwah
wathaniyah, bermakna bahwa seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari bangsa yang satu, misalnya
bangsa Indonesia. Persaudaraan model ini idak dibatasi oleh sekat-
sekat primordial seperi agama, suku, jenis kelamin, dan sebagainya. Oleh karena itu, idak lain yang harus dibangun adalah solidaritas sosial
Islam dan praksisnya mendayagunakan semua sumber daya dan potensi nasional dalam upaya melawan kolonialisme dan mendirikan sebuah
masyarakat yang menjunjung inggi nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kemerdekaan, dan keadilan sosial. Prinsip ini menegaskan bahwa
komitmen nasional individu Islam tak diragukan lagi dalam makna yang sebenar-benarnya memperjuangkan kepeningan nasional. Mengingat
peningnya menjalin hubungan kebangsaan ini Rosulullah bersabda “Hubbul wathon minal iman”, arinya: Cinta sesama saudara setanah air
termasuk sebagian dari iman. Dalam konteks ini, semua umat manusia sama-sama merupakan
makhluk ciptaan Tuhan, dan karenanya idak dibatasi oleh baju luar dan sekat-sekat primordial seperi agama, suku, ras, bahasa, jenis kelamin,
dan sebagainya. Arinya, seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua bersumber dari ayah dan ibu yang satu:
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka kecurigaan, karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang. QS. Al-Hujarat: 12
Persaudaraan jenis ini berlaku pada semua manusia secara universal tanpa membedakan ras, agama, suku dan aspek-aspek kekhususan
lainnya. Persaudaraan yang di ikat oleh jiwa kemanusiaan, maksudnya kita sebagai manusia harus dapat memposisikan atau memandang orang
lain dengan penuh rasa kasih sayang, selalu melihat kebaikannya bukan kejelekannya. Ukhuwah BaasyariahInsaniyah ini harus dilandasi oleh
ajaran bahwa semua orang umat manusia adalah makhluk Allah, sekalipun Allah memberikan kebebasan kepada seiap manusia untuk memilih jalan
67
Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. Menyingkap Pesan Suci Merajut Hubungan Antarumat Beragama
hidup berdasarkan atas perimbangan rasionya Islam memperbolehkan umatnya berhubungan dengan umat
agama lain. Toleransi antarumat beragama dalam batasan muamalah, yaitu batas-batas hubungan kemanusiaan dan tolong-menolong social
kemasyarakatan. Adapun dalam hal akidah dan ibadah, Islam secara tegas melarang umatnya untuk bertoleransi. Sebagai contoh toleransi yang
diperbolehkan dalam Islam adalah hubungan jual beli, saling membantu membenahi rumah yang rusak, dan bersama-sama membuat jalan
kampung. Allah swt. idak melarang umat Islam bermuamalah dengan penganut agama lain.
3. Kerukunan Umat Beragama dan Pemerintah Program-program pembangunan bangsa Indonesia idak dapat
berjalan dengan baik dan lancar, jika tidak didukung oleh seluruh komponen bangsa termasuk umat beragama. Kita tahu bahwa agama
memiliki peran pokok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keputusan-keputusan penting kenegaraan diambil dengan sangat
memerhaikan kepeningan dan saran dari umat beragama. Pemerintah
merupakan elemen yang sangat pening bagi sebuah negara. Bahkan, menjadi iang pokok yang menyelenggarakan kepeningan masyarakat
Indonesia. Pemerintah bertugas mengayomi seluruh pemeluk agama yang ada di wilayah negara Indonesia. Oleh karena itu, agar terjalin hubungan
yang harmonis di antara pemerintah dan umat beragama, kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah harus dijaga.
Kerukunan umat beragama dengan pemerintah, maksudnya adalah dalam hidup beragama, masyarakat tidak lepas dari adanya aturan
pemerintah setempat yang mengatur tentang kehidupan bermasyarakat. Masyarakat idak boleh hanya mentaai aturan dalam agamanya masing-
masing, akan tetapi juga harus mentaai hukum yang berlaku di negara Indonesia. Bahwasanya Indonesia itu bukan negara agama tetapi adalah
negara bagi orang yang beragama.
Dalam kehidupan sehari-hari pemerintah bertindak sebagai lembaga yang menyerap, merumuskan, dan menetapkan kebijakan serta
program kerja untuk masyarakat. Dengan banyak saluran, pemerintah menyerap aspirasi masyarakat, termasuk aspirasi umat beragama di
Indonesia. Aspirasi yang berhasil diserap itu dirumuskan bersama DPR yang merupakan wakil-wakil rakyat. Dalam perumusan itu semua pihak
dimintai masukan dan pendapatnya. Setelah melewai berbagai tahap,
68
Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. DIALOG QUR’AN dan BIBEL
pemerintah memutuskan kebijakan dan program untuk dilaksanakan bersama. Inilah peran pemerintah. Peran tersebut idak akan dapat
berjalan efekif tanpa peran serta masyarakat. Masyarakat berperan sebagai objek tempat kebijakan itu diterapkan
sekaligus menjadi subjek yang melaksanakan kebijakan itu. Oleh karena itu, dukungan masyarakat mutlak diperlukan untuk suksesnya kebijakan
dan program itu. Para tokoh masyarakat memegang peran dalam merumuskan dan memutuskan kebijakan dan program. Tanpa peran
masyarakat, program dan kebijakan yang telah disusun idak akan dapat berjalan dengan efekif.
Masih ingatkah Anda dengan berbagai kerusuhan kelompok atau etnis yang kemudian meluas dengan mengatasnamakan demi
kepeningan agama? Berapa banyak kerugian bangsa yang diakibatkan kerusuhan tersebut? Jika kerusuhan-kerusuhan yang oleh para pelakunya
diatasnamakan agama itu terjadi, persatuan dan parisipasi mereka dalam pemerintahan akan hilang. Kejadian-kejadian tersebut memberi
pelajaran betapa peningnya kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah dalam menjaga kedamaian. Mengapa demikian? Hal ini
karena ketenangan dan kedamaian merupakan modal utama dalam melaksanakan program-program pemerintah.