DIALOG ANTARUMAT BERAGAMA Maddah

12 Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. DIALOG QUR’AN dan BIBEL Sampai disini dapat dipahami bahwa dialog adalah percakapan mengenai persoalan bersama antara dua atau lebih orang dengan perbedaan pandangan, yang tujuan utamanya adalah agar seiap parisipan dapat belajar dari yang lain sehingga ia dapat berubah dan tumbuh. Berubah dalam ari bahwa seiap parisipan dialog yang belajar mendengarkan dari orang lain secara terbuka, jujur dan simpaik sehingga dapat memahami posisi orang lain secara lebih tepat. Sedapat mungkin upaya pemahaman ini seolah- olah menjadi orang dalam “ from within”. Dengan pemahaman semacam ini diharapkan seiap peserta dialog akan dapat mengubah prasangka, stereoif dan celaan yang selama ini disandarkan pada partner dialognya. Dikatakan semakin tumbuh karena dialog mengantarkan seiap parisipan untuk memperoleh informasi, klariikasi dan semacamnya tentang berbagai hal berkaitan dengan partner dialognya dari sumber primer dan ia dapat mendiskusikannya secara terbuka dan tulus. Dialog di sini dipahami sebagai suatu cara berjumpa atau memahami diri sendiri dan dunia pada ingkatan yang terdalam, membuka kemungkinan- kemungkinan untuk memperoleh makna fundamental dari kehidupan secara individu maupun kolekif dan dalam berbagai dimensinya. Dengan cara ini, kita ditransformasi dalam melakukan hubungan dengan diri sendiri, orang lain dan dunia. Jadi, dialog dalam skala luas atau komunal adalah suatu cara baru dalam berpikir dan memahami dunia. Dialog dipahami dan diprakikkan pada masa lalu oleh para manusia jenius seperi Gautama,Yesus, Sui, Ghandi, tetapi belum pernah menjangkau kesadaran komuninal. Saat ini, kita perlu menerapkan pandangan dan pengalaman mereka dalam suatu pengerian vital dibawah sinar mentari baru dengan dialog membangun budaya damai. Hans Kung memberikan tesis yang sangat mengesankan; no ordering of the world without a world ethic, no peace among the naions without peace among the religions without dialogue among the religions. Tidak ada suatu tatanan dunia yang sukses jika idak dilengkapi dengan eika dunia, idak ada perdamaian antar Negara-negara tanpa adanya perdamaian antar agama-agama tanpa adanya dialog antar agama-agama. 5 Jika dunia ingin mengambil manfaat dari kekuatan kreaif creaive power yang akan luar biasa dari perbedaan atau keragaman budaya dan agama yang mengurangi potensi kekuatan-kekuatan destrukifnya, maka umat harus bergabung bersama tanpa memandang iman, ideologi 5 Hans Kung, “Perdamaian Dunia, Agama-Agama Dunia, dan Eika Dunia”, dalam Ali Noer Zaman Ed, Agama Untuk Manusia, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2000, h. 243-258.