Potensi Konlik dan Sikap Keberagamaan

61 Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. Menyingkap Pesan Suci Merajut Hubungan Antarumat Beragama iap umat beragama terpanggil untuk membina hubungan solidaritas, dialog dan kerja sama dalam rangka kehidupan yang lebih baik dan lebih berpengharapan. 4. Fundamentalis agama adalah suatu sikap hidup beragama yang melitan, yang juga idak menghendaki idiologi - idiologi lain hidup disampingnya karena nilai-nilai kebenaran hanya ada pada dirinya. Keragaman agama dan keyakinan tidak mungkin dipungkiri, tapi diterima sebagai mitra dialog dan pemberdayaan. Terciptanya kerukunan umat beragama mensyaratkan pertama, adanya prinsip persaudaraan pada diri umat beragama. Manusia adalah makhluk bersaudara, satu pencipta, satu asal keturunan dan satu tempat inggal. Kedua, kesetaraan arinya hubungan pemeluk agama satu dengan pemeluk agama yang lain harus dilandasi prinsip kesetaraan. Tidak ada yang merasa lebih inggi dari yang lain. Masing-masing memiliki kebenarannya sendiri sebagai bagian dari iman tanpa menyalahkan dan menyesatkan yang lain. “ Akidah Terjamin, Kerukunan Terjalin”. Keiga, menonjolkan aspek persamaan dan mengendalikan aspek perbedaan. Agama satu dengan yang lain idak sama dalam banyak aspek, terutama doktrin ketuhanan, 28 dan pola ibadah. Diantara banyak perbedaan selalu menyisakan sesuatu yang sama. Kesamaan itu bertemu dalam aspek sosial kemanusiaan. Keempat, Pada ingkat makro prinsip kebersamaan ini melahirkan teori bahwa semua masalah kemanusiaan adalah bagian dari masalah agama dan menjadi tanggungjawab semua pemeluk agama. Dalam pengerian lain bahwa problem bangsa dan problem sosial adalah masalah bersama bagi umat beragama. Korupsi, kolusi, nepoisme, kemiskinan, kebodohan, teror dan seterusnya adalah masalah bersama bagi umat beragama.

F. Hambatan dan Pendukung Kerukunan 1. Hambatan :

• Kurangnya wawasan tokoh agama dan peserta dialog mengenai agama lain 28 Doktrin ketuhanan dianggap oleh para promotor pluralism sebagai iik temu agama-agama. Satu Tuhan untuk semua agama dan satu Tuhan dengan berbagai persepsi. Tuhan adalah muara semua agama itu menuju. Tuhan adalah iik awal dan iik akhir dari agama. Tetapi pandangan ini banyak mendpat kriik dan dianggap memaksakan kesamaan pada sesuatu yang berbeda. Bagi para pengkriik, Tuhan masing-masing agama idak saja berbeda secara perspekif dan dalam nama serta panggilan akan tetapi berbeda secara hakekat. Lihat, Komaruddin Hidayat, Wahyu Di Langit Wahyu Di Bumi, Paramadina, Jakarta, 2003, h. 100. 62 Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. DIALOG QUR’AN dan BIBEL • Pemahaman yang menganggap hanya aliran mazhabnya sendiri yg benar dan menyalahkan yg lain, seperi pemahaman agama yg ekstrim, sempit dan eksklusif. • Kurang efekifnya sosialisasi dan pelaksanaan regulasi, baik karena status hukumnya yg dipersoalkan, kurang pemahaman sebagian aparat negara. • Adanya paham radikal di sebagian kecil kelompok agama. • Kurangnya pengembangan modelsistem pencegahan konlik secara dini. • Isu pemurtadan dan pendangkalan akidah, yakni penyiaran agama kepada orang yang sudah menganut agama tertentu dengan imbalan materi dan perkawinan. • Persoalan pendirian rumah ibadah atau cara penyiaranpenyebaran agama yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan penistaan atau penodaan agama • Adanya salah fahaminformasi di antara pemeluk agama., termasuk yang dipicu oleh pemberitaan sebagian media yang idak berorientasi pada jurnalisme damai. • Kurangnya kesadaran pluralitas, dan bukan pluralisme yang menyamakan semua agama, sehingga munculnya sikap penolakan terhadap regulasi kerukunan.

2. Pendukung :

• Respon Kitab Suci QS. Yunus10:99; Al-Ankabut29:46; Al- Hujarat49:13, dll, demikian juga dalam Alkitab Maius 5: 43-45, Maius 22:37, KSS 17:17 dan 26; Galaia 5:22-23, dll. • Teknologi Informaika dan kemudahan komunikasi untuk segera dilakukan pencegahan dini. • Realitas Heterogenitas sebagai keniscayaan yang harus disikapi sebagai pemberian Tuhan Yang Kuasa. • Revitalisasi Kearifan lokal local wisdom sebagai perekat anak bangsa dalam bingkai NKRI. • Reaktualisasi dan revitalisasi Pancasila sebagai media pemersatu di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. 29 29 Sejak reformasi kelihatannya masyarakat idak lagi memeningkan nilai-nilai Pancasila dalam hidup berbangsa dan bernegara terlihat dari kondisi sosial, poliik, ekonomi, pendidikan, agama, sudah terajadi semacam keidakaturan dan idak mentaai peraturan, idak adanya sifat keterbukaan, dalam kompisi idak siap untuk kalah, tawuran warga, tawuran pelajar,