Deradikalisasi dan Upaya Pelestarian Kerukunan
69
Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. Menyingkap Pesan Suci Merajut Hubungan Antarumat Beragama
beban atau mentolerir indakan-indakan yang melampauai batas. Meskipun mungkin ada sebagian orang yang dapat hidup dengan prakik-prakik yang
melampauai batas, mayoritas idak mungkin berindak demikian. Karenanya dapat dikatakan bahwa radikalisme itu sebenarnya berlawanan dengan
sifat manusia. Kedua, indakan radikal atau yang melampaui batas itu
idak berumur panjang. Secara ilmiah, kemampuan orang untuk bertahan khususnya terhadap hal-hal yang berbau eksesif itu terbatas. Dan karena
manusia itu pada dasarnya cepat bosan, maka ia idak bakal mampu bertahan
dengan indakan-indakan yang melampaui batas untuk jangka waktu lama.
Keiga, prakik-prakik yang melampaui batas itu membahayakan dan melanggar hak dan kewajiban pihak lain.
Agama yang diajarkan secara dogmais berakibat pada jatuhnya status manusia menjadi budak agama. Agama idak lagi untuk manusia, tapi
manusia hidup untuk agama. Umat menjadi fanaik, radikal dan kehilangan energi kemanusiaannya. Lahirlah manusia-manusia yang berjuang untuk
surga di langit namun lupa menyelamatkan bumi tempat mereka berpijak dan memenuhi panggilan eksistensinya. Bila agama dihilangkan fungsinya di
bumi dan disesatkan untuk merusak bumi, tentu langit idak membuka diri untuk berbagi hadiah.
Sayangilah penduduk bumi, maka penduduk langit akan menebarkan kasih sayangnya. Oleh karenanya diperlukan deradikalisasi,
yaitu mencairkan kebekuan, kekakuan, dan fanaisme yang tak beralasan agar lebih manusiawi.
Banyaknya perkara-perkara yang menyedot perhaian massa yang berhujung pada indakan-indakan anarkis, pada akhirnya melahirkan
anipai sekelompok orang untuk bersikap bercerai dengan masyarakat. Pada awalnya sikap berpisah dengan masyarakat ini diniatkan untuk menghindari
kekacauan yang terjadi. Namun lama kelamaan sikap ini berubah menjadi sikap anipai dan memusuhi masyarakat itu sendiri. Jika sekolompok orang
ini berkumpul menjadi satu atau sengaja dikumpulkan, maka akan sangat mudah dimanfaatkan untuk kepeningan-kepeningan tertentu. Perasaan
yang menggunung akibat kegagalan hidup yang dideranya, mengakibatkan perasaan diri terisolasi dari masyarakat. Jika hal ini terus berlangsung
tanpa adanya pembinaan dan bimbingan yang tepat. Orang tersebut akan melakukan perbuatan yang mengejutkan sebagai reaksi untuk sekedar
menampakkan eksistensi dirinya.
Sementara itu, radikalisme agama menolak pluralism dan kesetaraan manusia. Bagi radikalisme, pluralism merupakan hasil dari pemahaman yang
keliru terhadap teks kitab suci. Pemahaman dan sikap keagamaan yang idak
70
Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. DIALOG QUR’AN dan BIBEL
s elaras dengan pandangan kaum radikalis merupakan bentuk dari relaivisme
keagamaan, yang terutama muncul idak hanya dari intervensi nalar terhadap teks kitab suci, tetapi juga karena perkembangan sosial kemasyarakatan
yang telah lepas dari kendali agama. Bagi mereka sikap yang dianutnyalah yang benar hak, sedangkan milik yang lain adalah bathil. Dan sesuatu
yang hak idak mungkin dicampur dengan yang bathil, karena hasilnya akan menjadi bathil seluruhya. Dengan gerakan yang demikian sudah barang tentu
akan menggangu keharmonisan atarumat beragama, dan sulitnya tercipta kerukunan serta kesatuan dan persatuan bangsa.
Untuk itu perlu deradikalisasi dan upaya pelestarian kerukunan dengan melakukan berbagai hal antara lain:
• Agama semestinya tidak dijadikan sebagai faktor pemecah belah disintegraif, tetapi menjadi faktor pemersatu integraif dalam
kehidupan masyarakat. • Masyarakat Sumatera Utara adalah masyarakat religius, masyarakatnya
penuh toleransi tanpa memandang perbedaan, dan peran pemuka agama, tokoh masyarakat serta pemuda cukup besar.
• Agama semesinya idak dipahami secara eksklusif dan ekstrim. Agama perlu dipahami dengan memperhaikan pula konteks dan kondisi
obyekif masyarakat Sumatera Utara yang majemuk muli-kultural, muli-agama dan muli-etnis.
• Pemahaman keagamaan semesinya bersifat moderat, dengan tanpa mengorbankan ajaran-ajaran dasar agama. Pemahaman semacam ini akan
menghasilkan ajaran agama yang mengedepankan kasih sayang rahmah,
perdamaian salâm, toleransi tasâmuh dalam hubungan antar-manusia.
• Penguatan kerukunan dan pencegahan konlik antar umat beragama perlu juga disertai dengan penguatan akhlak eika-moral dan karakter
bangsa. Oleh karenanya, penguatan akhlak dan karakter ini menjadi keniscayaan, baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun
kerjaprofesi, melalui “
gerakan penguatan akhlak dan karakter bangsa”,
30
yang disertai dengan contoh-contoh keteladanan para
30
Paling idak ada lima indikator karakter bangsa Indonesia, yaitu 1 watak berketuhanan yakni kesadaran bahwa ia adalah makhluk Tuhan, 2 watak
kebangsaan yakni kesadaran bahwa dirinya adalah anak Indonesia 3 watak
kebersamaan yakni kesadaran tentang peningnya persatuan dan keberadaan orang lain di sampingnya hingga ia menjadi insan
mulicultural dan akomodaif terhadap kebenaran, 4 watak keadaban yakni kesdaran bahwa dirinya adalah manusia beradab, 5 watak
kejuangan yakni kesadaran bahwa semua yang diinginkan harus diperjuangkan, memiliki kepeloporan dan bermartabat.
71
Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. Menyingkap Pesan Suci Merajut Hubungan Antarumat Beragama
pemimpin. Gerakan itu perlu juga diarahkan ke dalam bidang-bidang akivitas warga yang lebih spesiik, sehingga akan muncul penguatan
“eika birokrasi”, “eika poliik”, “eika bisnis”, “eika penegakan hukum”, dan sebagainya.
• Untuk memperkuat kerukunan dan mencegah terjadinya konflik diperlukan upaya-upaya yang terus menerus, baik melalui pendekatan
teologis maupun sosiologis kultural, terutama kearifan lokal local
wisdom. Misalnya, bagi etnis Mandailing dalihan na tolu, di Batak Marsiadapari, di Karo
Aron dan deliken sitelu, di Minang iga tungku sejarangan, dll.
• Pengefektifan pelaksanaan regulasi melalui upaya peningkatan sosialiasasi kepada seluruh aparat pemerintah, pimpinan organisasi
keagamaan, pemuda, pemuka agama dan masyarakat. • Anisipasi terhadap potensi atau kemungkinan terjadinya konlik oleh
pihak keamanan, sehingga idak berkembang menjadi konlik dan kekerasan.
• Mengurangi ketimpangan ekonomi, politik dan sosial di antara kelompok-kelompok umat beragama.
• Mengintensifkan dialog dan peningkatan kerjasama antarumat beragama, baik di bidang ekonomi maupun sosial.
• Menciptakan kerukunan ini idak mudah dan idak murah, oleh
karena itu perlu anisipasi terhadap potensi atau kemungkinan terjadinya konlik, yaitu terciptanya sinergisitas pemerintah dengan
pilar kerukunan tokoh agama, tokoh masyarakat dan kepemudaan.
72
Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. DIALOG QUR’AN dan BIBEL
73
Dr. H. Ariinsyah, M.Ag. Menyingkap Pesan Suci Merajut Hubungan Antarumat Beragama