Koalisi dan Oposisi Koalisi. Konsep Makna

segala informasi publik dan diberi keleluasaan untuk mencari ke mana pun informasi itu berada. Sebab, wartawan bertanggung jawab pada kebutuhan masyarakat akan informasi yang ada di lingkungannya. Surat kabar harian sendiri terbit untuk mewadahi keperluan tersebut. Informasi menjadi instrumen penting dari masyarakat industri. Maka itulah, surat kabar harian bisa disebut sebagai produk dari industri masyarakat. Di samping itu, dalam bentuknya yang independen dalam kemandirian, surat kabar biasanya integral dengan perkembangan paham demokrasi di sebuah masyarakat. Hal itu bisa terlihat dari kondisi kebebasan pers yang terdapat pada suatu masyarakat, dan tingkat keaksaraan membuat khalayak keluar dari buta huruf masyarakat Santana, 2005:87.

2.1.7. Koalisi dan Oposisi Koalisi.

Koalisi dalam kamus partai politik merupakan kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara mayoritas dalam parlemen dalam membentuk satu kabinet atau pemerintah. Koalisi biasanya dibentuk antara partai-partai yang memiliki suara yang hampir sama, bukan partai yang memiliki suara mayoritas. Koalisi multi partai merupakan kerjasama antara beberapa partai untuk memperoleh suara mayoritas di parlemen. Koalisi semacam itu biasanya merupakan pemerintahan yang dipimpin perdana menteri, dengan perajanjian bahwa masing-masing partai yang bergabung dengan koalisi memiliki kesempatan atau peluang untuk menentukan arah kebijakan negara, dan memiliki peluang untuk menduduki pos-pos pemerintahan yang penting sesuai dengan perimbangan dalam koalisi. Oposisi. Oposisi diartikan sebagai kelompok yang mempunyai pendirian yang bertentangan dengan garis kebijakan kelompok yang menjalankan pemerintahan atau pengurusanperusahaan. Tujuan jangka panjang kedua kelompok itu, yakni yang membentuk pemerintah dan yang beroposisi adalah sama : kemajuan dan kemakmuran negara atau organisasi, tetapi terdapat perbedaan tentang cara dan tahap-tahap mencapainya. Maka oposisi bukan musuh, melainkan lawan dalam percaturan politik. Dalam demokrasi, oposisi dianggap sesuatu yang sangat diperlukan, sehingga oposisi dalam parlemen melembaga secara resmi. Sebap, oposisi menjalankan suatu fungsi yang penting, yaitu mengontrol pemerintahan yang didukung oleh mayoritas, menguji kebijaksanaan pemerintah dengan memperlihatkan titik kelemahannya, menganjurkan alternatif.

2.1.8. Konsep Makna

Para ahli mengakui, makna mean memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya Ogden dan Richards yang berjudul “The Meaning of Meaning” telah mengumpulkan telah mengumpulkan tidak kurang dari dua puluh dua batasan mengenai makna Kurniawan, 2008:27. Makna merupakan konsep yang abstrak yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoritis ilmu sosial selama dua ribu tahun silam Fisher dalam Sobur, 2004:248. Semenjak Plato mengkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan ultrarealitas, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang sangat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai respon yang dikeluarkan oleh Skinner. Berbeda dengan Jerold Katz, menurutnya “setiap usaha untuk memberikan jawaban yang langsung telah gagal. Beberapa seperti misalnya Plato, telah terbukti terlalu samar dan spekulatif. Yang lainnya memberikan jawaban salah” Kurniawan, 2008:47. Ada tiga hal yang dijelaskan para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal tersebut adalah: menjelaskan makna secara alamiah, mendeskripsikan secara alamiah, dan menjelaskan makna dalam proses komunikasi Sobur, 2004:258. Ada beberapa pandangan yang menjelaskan teori atau konsep makna, model konsep makna sebagai berikut. 1. Makna dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan, tetapi kata-kata itu tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Komunikasi adalah proses yang kita gunakan untuk memproduksi di benak pendengar apa yang ada dalam benak kita dan proses ini adalah proses yang bisa salah. 2. Makna berubah. Kata-kata relatif statis, banyak dari kata-kata yang kita gunakan 200 atau 300 tahun lalu. Tetapi makna dari kata-kata ini berubah dan ini khusus yang terjadi pada dimensi emosional makna. 3. Makna membutuhkan acuan. Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana komunikasi mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal. 4. Penyingkatan berlebihan akan merubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita persahabatan, kebahagiaan, kejahatan, dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara. 5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada saat-saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi. 6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatau kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai Sobur, 2003:285-289.

2.1.9. Komunikasi Non Verbal

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 103

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos).

0 0 96

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT LPI VS PSSI DI HARIAN JAWA POS (Studi semiotika tentang pemaknaan karikatur editorial Clekit LPI vs PSSI edisi 8 Januari 2011 di Harian Jawa Pos).

0 0 92

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)

0 0 18

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT VERSI KOALISI OPOSISI (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Versi "Koalisi Oposisi" Pada Harian Jawa Pos Edisi 6 Februari 2010).

0 0 19

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos)

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos)

0 0 22