Komunikasi Non Verbal Pendekatan Semiotika

Walaupun tidak semua komunikasi mengacu pada dunia nyata, komunikasi hanya masuk akal bilamana komunikasi mempunyai kaitan dengan dunia atau lingkungan eksternal. 4. Penyingkatan berlebihan akan merubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa acuan tersebut kita butuhkan bilamana terjadi masalah komunikasi yang akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkan acuan yang diamati. Bila kita berbicara tentang cerita persahabatan, kebahagiaan, kejahatan, dan konsep-konsep lain yang serupa tanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara. 5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada saat-saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kita mempunyai banyak makna. Ini bisa menimbulkan masalah bila ada sebuah kata diartikan secara berbeda oleh dua orang yang sedang berkomunikasi. 6. Makna yang dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita peroleh dari suatau kejadian bersifat multi aspek dan sangat kompleks, tetapi hanya sebagian saja dari makna-makna ini yang benar-benar dapat dijelaskan. Banyak dari makna tersebut yang tetap tinggal dalam benak kita, karenanya pemaknaan yang sebenarnya mungkin juga merupakan tujuan yang ingin kita capai tetap tidak pernah tercapai Sobur, 2003:285-289.

2.1.9. Komunikasi Non Verbal

Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melakukan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku non verbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat non verbal Mulyana, 2001:312. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi beberapa bagian, antara lain. 1. Isyarat Tangan. Isyarat tangan atau berbicara dengan tangan termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari yang punya makna suatu budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda, atau isyarat fisiknya berbeda namun maksudnya sama. 2. Postur Tubuh. Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau temperamen. Klasifikasi bentuk tubuh yang dilakukan Wiliam misalnya menunjukan hubungan antara bentuk tubuh dan temperamen. 3. Ekspresi Wajah dan Tatapan Mata. Secara umum dapat dikatakan bahwa maknaekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya.

2.1.10. Pendekatan Semiotika

Semiotika adalah ilmu tentang tanda, berbicara tentang ilmu berarti berbicara tentang teori. Kata “semiotika” berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion yang berarti tanda, atau seme yang berarti penafsiran tanda. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain Eco, 1979:16. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda- tanda. Tanda-tanda merupakan perangkat yang kita kaji dalam upaya mencari jalan di sekitar kita. Semiotika atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memakai hal- hal things. Memaknai to signify dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan to communicate. Semiotika sendiri berakar dari studi klasik dan skolatik atas seni logika, retorika, dan poetika. Semiotika adalah cabang sebuah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanda. Tanda terdapat dimana-mana, kata adalah tanda demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dsb. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan arsitektur atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Segala sesuatu dapat menjadi tanda, tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi atau pesan baik secara verbal maupun non verbal sehingga bersifat komunikatif. Hal tersebut memunculkan suatu proses pemaknaan oleh penerima tanda akan makna informasi atau pesan dari komunikator. Semiotika merupakan cabang ilmu yang semula berkembang dalam bidang bahasa. Dalam perkembangannya kemudian semiotika bahkan masuk pada semua segi kehidupan manusia. Menurut Derrida “there is nothing outside language” yang artiya tidak ada sesuatu di dunia ini diluar bahasa. Dalam konteks ini tanda memegang peranan penting dalam kehidupan umat manusia, sehingga manusia yang tidak mampu mengenal tanda tidak dapat hidup Kurniawan, 2008:34. Menurut Peirce, semiotika merupakan kata yang sudah digunakan sejak abad ke-18 oleh ahli filsafat Jerman yaitu Lambert, yang merupakan sinonim dari kata logika. Logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran menurut hipotesis Peirce yang mendasar dilakukan melalui tanda-tanda. Tanda membuat manusia menjadi berpikir, berinteraksi dengan orang lain dan memberikan makna tentang apa yang akan ditampilkan oleh alam. Semiotika bagi Peirce adalah suatu tindakan action, pengaruh influence atau kerjasama antara tiga subyek yaitu. Tanda sign, obyek object, dan interpretant interpretant. Semiotik dikenal sebagai disiplin ilmu yang mengkaji tanda, proses penanda, dan proses menandai. Bahasa merupakan jenis tanda tertentu, dengan demikian dapat dipahami jika ada hubungan antara linguistik dan semiotik. Saussure menggunakan kata “semiologi” yang mempunyai pengertian sama dengan semiotika pada aliran Peirce. Kedua kata ini kemudian digunakan untuk mengidentifikasikan adanya dua tradisi dari semiotika. Tradisi linguistik menunjukan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan nama Saussure sampai Hejamslev dan Barthes yang menggunakan istilah semiologi. Sedangkan yang menggunakan teori umum tentang tanda-tanda yang dikaitkan dengan nama- nama Peirce dan Morris menggunakan istilah semiotika. Kata semiotika kemudian diterima sebagai sinonim dari kata semiologi Sobur, 2003:13. Teori dari Peirce menjadi grand theory dalam semiotika. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasikan partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Semiotik ingin membongkar bahasa secara keseluruhan seperti ahli fisika membongkar suatu zat dan kemudian menyediakan model teoritis untuk menunjukan bagaimana semuanya bertemu di dalam sebuah struktur. Para ahli semiotik yang beraliran ekspansionis menelaah dengan menggunakan konsep yang terdapat di dalam linguistik ditambah dengan konsep semiotik yang beraliran behavioris mengembangkan teori semiotik dengan jalan memanfaatkan pandangan yang berlaku dalam psikologi misalnya pandangan skinner yang tentu saja berpengaruh dalam dunia linguistik. Kaum behavioris dalam linguistik membahas bahasa sebagai siklus stimuli , respon yang jika ditelaah dari segi semiotika adalah persoalan sistem tanda yang berproses pada pengirim dan penerima Pateda, 2001:33. Dalam kaitannya dengan ilmu bahasa, semiotika menurut Charles Morris, memiliki tiga cabang, yakni sintatika yang artinya studi relasi formal tanda- tanda, semantika yang artinya studi relasi dengan penfsirannya, dan pragmantika yang artinya cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggabungan satuan-satuan kebahasaan Wijana, 1996:5. Paham mengenai semiotika atau ilmu tentang tanda ini telah menjadi salah satu konsep yang paling bermanfaat di dalam kerja kaum strukturalis sejak beberapa dasawarsa lalu. Basisnya adalah pengertian tanda, yakni segala sesuatu yang secara konvensional dapat menggantikan atau mewakili sesuatau yang lain. Semiotika berusaha menjelaskan jalinan tanda atau ilmu tentang tanda, secara sistematika menjelaskan esensi ciri-ciri dan bentuk suatu tanda, proses signifikansi yang menyertainya. Menurut Jhon Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotika yaitu. 1. Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seperti cara mengantarkan makna serta cara menhubungkannya dengan orang yang menggunakannya. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang menggunakannya. 2. Kode atau sistem lambang-lambang disusun. Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan dengan kebutuhan masyarakat di dalam sebuah kebudayaan. 3. Kebudayaan dimana kode dan lambang itu beroperasi. Maka bisa dikatakan semiotik adalah suatu teori dan analisa dari berbagai tanda sign dan pemaknaan signification. Semiotik mengkaji tanda, penggunaan tanda dan segala sesuatu yang bertalian dengan tanda. Semua jelas tidak ada yang tidak dapat dijadikan topik penelitian semiotik. Dengan kata lain perangkat-perangkat pengertian semiotik dapat diterapkan pada semua bidang kehidupan asalkan persyaratan dipenuhi, yaitu ada arti yang diberikan, ada pemaknaan, dan ada interpretasi Cristomy, 2004:79.

2.1.11. Semiotika Charles Sanders Peirce

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 103

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos).

0 0 96

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT LPI VS PSSI DI HARIAN JAWA POS (Studi semiotika tentang pemaknaan karikatur editorial Clekit LPI vs PSSI edisi 8 Januari 2011 di Harian Jawa Pos).

0 0 92

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)

0 0 18

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT VERSI KOALISI OPOSISI (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Versi "Koalisi Oposisi" Pada Harian Jawa Pos Edisi 6 Februari 2010).

0 0 19

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos)

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos)

0 0 22