Kariaktur Sebagai Kritik Sosial

kalangan anak-anak karena isinya yang ringan dan tidak kritis. Berbeda dengan karikatur, muatan isinya lebih pada ranah publik yang fenomenal dan ramai diperbincangkan karena pengaruhnya yang begitu besar bagi semua individu, misalnya karikatur tentang lapindo, BLBI, terorisme, bencana alam dan sebagainya. 3. Supaya karikatur kritis, cerdas, dan lucu adalah memuat kandungan humor. Kelucuan menjadi penetral sekaligus sebagai identitas karikatur. Sifat atau teknis yang humoris menjadi sarana refreshing atau bersantai khalayak meskipun sadar atau tidak mereka tetap kritis terhadap segala permasalahan yang diangkat. 4. Karikatur memiliki gambar yang baik. Maksud dari gambar yang baik adalah gambar harus dibuat semirip mungkin dengan tokoh yang disindir dan permasalahan yang diangkat. Karikatur harus mirip dengan objek yang asli meskipun dalam karikatur terdapat deformasi terhadap tokoh- tokohnya Sobur. 2006 ; 139. Karikatur editorial sebagai opini surat kabar berbentuk humor visual juga memiliki kata-kata sebagai penegas, kata-kata tersebut merupakan onomatopetica, yaitu penggambaran suara dari objek. Onomatopetica itu biasanya suara orang yang bersiul, harimau yang mengaum, teriakan orang marah dan lain-lain Sobur, 2006:138.

2.1.4. Kariaktur Sebagai Kritik Sosial

Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi negatif seperti celaan, namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan arti yang positif yaitu dukungan, usulan atau saran, definisi kritik menurut kamus oxford adalah “one who appraise literary or artistic work” atau suatu hal yang membentuk dan memberikan penilaian untuk menemukan kesalahan terhadap sesuatu. Kritik berasal dari bahasa Yunani yaitu kritike yang artinya pemisahan, dan berkembang dalam bahasa Inggris yaitu critism yang berarti evaluasi atau penilaian tentang sesuatu. Sementara sosial adalah suatu kajian yang menyangkut kehidupan manusia dalam bermasyarakat seperti interaksi sosial, gaya hidup masyarakat, perubahan sosial yang terkait dengan kehidupan sosial masyarakat. Sehingga kritik sosial dapat diartikan sebagai evaluasi atau penilaian yang menyangkut kehidupan bermasyarakat menciptakan suatu kondisi sosial yang tertib dan stabil. Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai sumber kontrol terhadap jalannya sebuah sistem sosial atau proses bermasyarakat, dalam konteks inilah kritik sosial merupakan unsur penting dalam memelihara sistem sosial. Dengan kata lain, kritik sosial dalam hal ini berfungsi sebagai wahana untuk konservasi dan reproduksi sebuah sistem sosial atau masyarakat Masoed, 1999:47. Kritik sosial juga dapat berarti sebuah inovasi sosial, menjadi sarana komunikasi, gagasan baru, sembari menilai gagasan yang lama untuk suatu perubahan sosial. Persepsi kritik sosial yang demikian lebih banyak dianut oleh kaum kritis dan strukturalis. Mereka melihat kritik sosial adalah wahana komunikatif untuk suatu tujuan perubahan sosial. Kritik sosial yang murni kurang didasarkan pada peneropongan kepentingan diri saja, melainkan justru melibatkan dan mengajak masyarakat atau khalayak untuk memeperhatikan kebutuhan-kebutuhan nyata dalam masyarakat. Suatu kritik sosial kiranya didasarkan pada rasa tanggungjawab bahwa manusia bersama-sama bertanggungjawab atas perkembangan lingkungan sosialnya Masoed, 1999:49. Bagi pers, menjalankan kritik sosial adalah salah satu cara menjalankan salah satu normatifnya, yakni sebagai satu alat kontrol sosial. Menyampaikan kritik sosial bagi pers juga bermakna sebagi cara bagaimana pers menyalurkan aspirasi masyarakat, begitu pula menyampaikan kritik bagi pers adalah salah satu cara bagaimana menggambarkan kegelisahan, keprihatinan, dan bahkan kemarahan masyarakat Masoed, 1999:50. Kritik memiliki fungsi taktis dan peranan strategis dalam menumbuhkan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat dan pemerintahannya. Kontrol sosial dan kritik sosial meriupakan dua sisi mata uang yang sama, yang selalu ada di dalam masyarakat manapun. Dengan demikian, apabila kontrol sosial cenderung dipahami sebagai aktivitas pengendalian, kritik sosial cenderung dianggap sebagai aktivitas pembebasan dari segala bentuk kontrol dan pengendalian. Kritik sosial sebenarnya bagian yang sangat penting dalam kemajuan jalannya pemerintahan, karena kritik menciptakan pemerintahan agar mampu dan sebisa mungkin mengerti apa yang diinginkan masyarakat. Kritik sosial juga merupakan apresiasi dari masyarkat terhadap pemerintahan, lewat karikatur media cetak yang diproduksi para designer. Kritik sosial sering kali dijumpai di dalam berbagai media cetak, seperti surat kabar, majalah, dan tabloid. Kritikan-kritikan yang jenaka disampaikan secara jenaka disarankan untuk tidak begitu melecehkan atau mempermalukan Wijana, 2004:4.

2.1.5. Karikatur Sebagai Proses komunikasi

Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 103

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos).

0 0 96

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 1 94

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010).

0 0 81

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT LPI VS PSSI DI HARIAN JAWA POS (Studi semiotika tentang pemaknaan karikatur editorial Clekit LPI vs PSSI edisi 8 Januari 2011 di Harian Jawa Pos).

0 0 92

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT (Studi Semiotik Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Pada Media Jawa Pos Edisi 17 Agustus 2010)

0 0 18

PEMAKNAAN KARIKATUR EDITORIAL CLEKIT VERSI KOALISI OPOSISI (Studi Semiotika Tentang Pemaknaan Karikatur Editorial Clekit Versi "Koalisi Oposisi" Pada Harian Jawa Pos Edisi 6 Februari 2010).

0 0 19

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika tentang Pemaknaan Karikatur Clekit “Belepotan Lumpur” Edisi 11 Februari 2012 di Harian Jawa Pos)

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pegawai Honorer” Edisi 21 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos).

0 0 23

PEMAKNAAN KARIKATUR CLEKIT PADA HARIAN JAWA POS (Studi Semiotika Pemaknaan Karikatur Clekit “Pers Yang Berkuasa”Edisi 09 Februari 2012 Pada Harian Jawa Pos)

0 0 22