Teknik Analisis Uji Normalitas Uji Asumsi Klasik

laporan keuangan perusahaan, indeks saham individual dan indeks saham gabungan periode tahun 2005 sd tahun 2007.

3.3.3 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Dokumentasi Adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat dokumen atau menggunakan catatan yang ada, yaitu dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari dokumen Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan peusahaan, indeks saham individual dan indeks saham gabungan periode tahun 2005 sd 2007.

3.4. Teknik Analisis

Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda yaitu analisis yang berkaitan dengan studi ketergantungan satu variabel yang disebut variabel tidak bebas dengan dua atau lebih variabel lainnya yang disebut variabel bebas. Analisis ini digunakan karena sesuai dengan kondisi yang akan diuji, berapa ketergantungan harga saham pada beberapa variabel lain. Adapun model regresi linier berganda untuk kondisi tersebut dirumuskan sebagai berikut : Y = β o + β 1 X 1 + β 2 X 2 + e Anonim, 2003: L-21 Dimana : Y = Harga Saham X 1 = Debt to Equity Ratio X 2 = Resiko Sistematis β o = konstanta β 1 β 2 = koefisien regresi e = Standart Error

3.5. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Kolmogorov Smirnov Soemarsono, 2004:42. Dalam pengambilan keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi nirmal adalah Sumarsono, 2004:43 : a. Jika nilai signifikansi nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5, maka distribusi adalah tidak normal. b. Jika nilai signifikansi nilai probabilitasnya lebih besar dari 5, maka distribusi adalah normal.

3.6. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga asumsi klasik yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda, yaitu : 1. Tidak boleh ada Multikolonieritas 2. Tidak boleh ada Heterokedasitas 3. Tidak boleh ada Autokorelasi Apabila salah satu dari ketiga asumsi tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

3.6.1. Uji Multikolonieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya korelasi antar variabel bebas independent. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol Imam Ghzali, 2001 : 57 . Menurtu Singgih Santoso 2002 : 206 , model regresi bebas dari multikolonieritas bila : 1. VIF disekitar angka 1 atau lebih kecil dari 10. 2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1. Identifikasi secara statistic ada atau tidaknya gejala multikolinier dapat dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi product moment.

3.6.2. Uji Heterokedasitas

Satu asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan disturbance yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homoskedatik; yaitu semua gangguan tadi mempunyai varians yang sama Gujarati, 1995:177. Pendeteksian heteroskedasitisitas adalah dengan pengujian Rank Korelasi dari Spearman, dengan ketentuan sebagai berikut Gujarati, 1995:188 :  Jika nilai t hitung t kritis , maka terkena heteroskedastisitas  Jika nilai t hitung t kritis , maka bebas heteroskedastisitas Dimana t hitung diperoleh dari rumus sebagai berikut : r s = 2 1 2 S S r n r   Keterangan : r s = koefisien korelasi rank spearman N = Jumlah observasi

3.6.3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau data yang diambil pada waktu tertentu data cross-sectional” Gujarati, 1995 : 201. Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual Y observasi – Y prediksi pada waktu ke –t e t tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya e t-1 . Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva dibawah ini. Nilai tabel Durbin Watson dL dan dU dapat dicari dari tabel, dengan mengetauhi nilai k = jumlah variabel bebas dan N = jumlah data. Untuk mengetahui nilai dW tes berada di daerah mana dapat digunakan tabel berikut : Tabel 1 : Penentuan Nilai Durbin Watson Kriteria DW tes berada di Ada autokorelasi positif 0 dW dL Tidak ada keputusan dL ≤ dW ≤ dU Tidak ada autokorelasi dU ≤ dW ≤ 4 - dU Ada autokorelasi keputusan 4 - dU ≤ dW ≤ 4 - dL Ada autokeralasi negative 4 - dL dW 4 Sumber : Gujarat, 1995 : 423 Setelah nilai Durbin Watson tes diperoleh untuk dapat mengetahui berada di daerah mana dapat diplotkan pada gambar kurva di bawah ini. 3.7. Uji Hipotesis 3.7.1. Uji F

Dokumen yang terkait

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 73 97

Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009

0 40 86

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, EARNING PER SHARE, DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2012.

1 5 39

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2005-2007.

0 1 8

Pengaruh Rasio Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Earning per Share terhadap Harga Saham (Studi pada: Sektor Properti yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2012).

0 0 17

Pengaruh Risiko Sistematis dan Debt To Equity Ratio terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ 45 yang Listing di Bursa Efek Indonesia.

0 0 23

PENGARUH DEVIDEN PAYOUT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 3 85

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS, DEBT TO EQUITY RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN TOBACCO MANUFACTURERS DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 2 100

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO DAN RESIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI FARMASI YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA ( Periode 2005 – 2007 )

0 0 21

PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN ON INVESMENT PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013

0 0 14