Uji Normalitas Analisis dan Pengujian Hipotesis 1. Uji

1 10 mempunyai beta kurang dari 1 β 1 yaitu saham PT. Darya - Varia Tbk dan PT. Merck. Tbk Hasil perhitungan beta pada tahun 2006 menunjukkan bahwa terdapat 3 perusahaan farmasi yang memiliki beta saham lebih dari satu β 1, yakni PT. Darya - Varia , Tbk. PT. Merck. Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk. Sedangkan Saham yang mempunyai beta kurang dari 1 β 1 terdapat pada PT. Indofarma Tbk, PT. Kimia Farma. Tbk, PT. Kalbe Farma. Tbk, PT. Tempo Scan Pacifik Tbk. Dan Perhitungan beta pada tahun 2007 menunjukkan bahwa terdapat 1 perusahaan farmasi yang memiliki beta saham lebih dari satu β 1, yakni PT. Kalbe Farma. Tbk. Sedangkan Saham yang mempunyai beta kurang dari 1 β 1 terdapat pada PT. Darya Varia Tbk, PT. Indofarma Tbk, PT. Kimia Farma. Tbk, PT. Merck. Tbk, PT. Pyridam Farma Tbk PT. Tempo Scan Pacifik Tbk.

4.3. Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data variabel penelitian mengikuti sebaran normal atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogrov Sminorv. Apabila uji Kolmogrov Sminorv menghasilkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 £ = 5, maka distribusi data adalah normal Sumarsono, 2004:43. Hasil pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogrov Sminorv memperoleh nilai signifikansi sebagai berikut : 1 10 Tabel 6 : Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian Nilai signifikansi Kolmogrov Sminorv Keterangan Harga Saham Y 0,071 Normal DER X1 0,010 Tidak Normal Resiko Sistematis X2 0,236 Normal Sumber : Lampiran 9 Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi uji Kolmogrov Sminorv dari ketiga variable penelitian terdapat satu variable yang memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05, sehingga data tersebut menjadi tidak normal. Maka cara memperbaiki normalitas adalah dengan melakukan transformasi data. Hasil uji Normalitas dengan uji statistic Kolmogrov Sminorv, sebagai berikut : Tabel 7 : Uji Normalitas Variabel Penelitian Nilai signifikansi Kolmogrov Sminorv Keterangan Harga Saham Y 0,733 Normal DER X1 0,304 Normal Resiko Sistematis X2 0,707 Normal Sumber : Lampiran 10 Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi uji Kolmogrov Sminorv dari ketiga variabel penelitian lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data variabel penelitian berdistribusi normal, sehingga asumsi normalitas terpenuhi. 4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.4.1. Uji Asumsi Klasik 1 10

4.4.1.1. Autokorelasi

Pada penelitian yang menggunakan data urut waktu, kemungkinan terjadinya autokorelasi relative besar. Untuk menguji variabel-variabel yang diteliti apakah terjadi autokorelasi atau tidak dapat digunakan uji Durbin Watson yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan dL dan dU yang ada dalam tabel. H o : Tidak ada autokorelasi d 4 – dL : Menolak H o d 4 – dU : tidak menolak H o 4 – dU ≤ d ≤ 4 - dL : pengujian tidak meyakinkan Untuk N = 21 dan k = 2, diperoleh nilai dL = 1,13 dan dU = 1,54. nilai DW hitung sebesar 1,958 terletak antara dU = 1,54 dan 4-dU = 2,46 terletak didaerah tidak ada autokorelasi positif dan negative. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terjadi autokorelasi pada model regresi dapat dipenuhi.

4.4.1.2. Multikolinieritas

Identifikasi secara statistic ada atau tidaknya gejala multikolonieritas dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor VIF. 1 10 Tabel 8 : Uji Multikolinieritas Variabel Toleransi VIF Keterangan DER X1 0,908 1,101 Non Multikolinieritas Resiko Sistematis X2 0,908 1,101 Non Multikolinieritas Sumber : Lampiran 10 data diolah Berdasarkan hasil olahan seperti yang tampak pada tabel 8 diperoleh hasil nilai VIF untuk semua variabel bebas. Apabila nilai VIF 10, maka tidak terjadi multikolinieritas Gujarati, 2003:362.

4.4.1.3. Heterokedasitas

Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut : Tabel 9 : Uji Heterokedasitas Residual X1 X2 Spearmanrho Residual Correlation Coeffient 1,000 0,552 0,136 sig. 2-tailed . 0,005 0,278 N 21 21 21 X1 Correlation Coeffient 0,552 1,000 -0,089 sig. 2-tailed 0,005 . 0,350 N 21 21 21 X2 Correlation Coeffient 0,136 -0,089 1,000 sig. 2-tailed 0,278 0,350 . N 21 21 21 Sumber : Lampiran 9 Korelasi Rank Spearman untuk DER X1 sebesar 0,552 dengan nilai probabilitas kesalahan 0,005 0,5 kurang dari 5 yang berarti ada hubungan antara nilai residu dengan variabel DER. Sedangkan, Korelasi Rang Spearman untuk Resiko sistematis X2 sebesar 0,136 dengan nilai 1 10 probabilitas kesalahan 0,278 27,8 lebih besar dari 5 yang berarti tidak ada hubungan antara nilai residu dengan variabel Resiko Sistematis. Pada hasil Uji Heterokedasitas pada nilai residual variabel bebas penelitian menunjukkan adanya Heterokedasitas pada variabel penelitian. Dengan demikian asumsi tidak terjadi Heterokedasitas pada model regresi tidak dapat dipenuhi. Cara untuk memperbaiki model jika terjadi Heterokedasitas adalah, sebagai berikut : 1. Melakukan transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model regresi dengan satu variabel independent yang digunakan pada model. 2. Melakukan transformasi logaritma sehingga model persamaan regresi menjadi : Log Y = b + b 1 Log X1 + b 2 Log X2 + b 3 Log X3 Setelah kami menemukan kesalahan atau tidak sesuai dengan persyaratan, maka kami melakukan revisi atau perbaikan adapun hasil olahan data terlihat pada tabel berikut: Tabel 10 : Uji Heterokedasitas dengan Korelasi Rank Spearman Residual X1 X2 Spearmanrho Residual Correlation Coeffient 1,000 0,18 0,119 sig. 2-tailed . 0,472 0,320 N 18 18 18 X1 Correlation Coeffient 0,018 1,000 0,141 sig. 2-tailed 0,472 . 0,289 N 18 21 18 X2 Correlation Coeffient 0,119 0,141 1,000 sig. 2-tailed 0,320 0,289 . N 18 18 18 Sumber :Lampiran 10 data diolah. 1 10 Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat korelasi rank spearman untuk DER X1 sebesar 0,018 dengan nilai probabilitas kesalahan 0,47247,2 lebih besar dari 5 yang berarti tidak ada bubungan antara nilai residu dengan variabel DER. Korelasi rank spearman untuk Resiko Sistematis X2 sebesar 0,119 dengan nilai probabillitas kesalahan 0,320 32 lebih besar dari 5 yang berarti tidak ada hubungan antara nilai residu dengan variabel Resiko Sistematis. Sehingga asumsi tidak terjadi Heterokedasitas pada model regresi dapat dipenuhi.

4.4.2. Teknik Analisis

Berdasarkan teknik analisis yang dilakukan yaitu analisis kuantitatif, maka data yang telah dikumpulkan perlu dianalisis dengan melakukan perhitungan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel Debt to Equity Ratio dan Resiko Sistematis terhadap perubahan Harga Saham. Dalam analisis ini digunakan model analisis statistic regresi linier berganda dan untuk pengolahan datanya menggunakan alat Bantu computer dengan program SPSS . Adapun hasil olahan data terlihat pada tabel berikut ini : 1 10 Tabel 11 : Hasil Regresi Linier Berganda Variabel Bebas Unstandardized Coefficients t - Sta Sig t B Std Error Debt To Equity Ratio 1,547 1,321 1,171 0,260 Resiko Sistematis -1,598 0,769 - 2,079 0,055 Konstanta 2,248 0,653 3,443 0,004 Multiple R = 0,486 R Square = 0,236 Adj R Square = 0,135 Sig F = 0,132ª F Statistik = 2,321 D.W Statistik = 1,958 Sumber : Lampiran 11data diolah. Dari tabel 11 dapat ditentukan persamaan regresinya sebagai berikut : Y = 2,248 + 1,547X1 – 1,598X2 + e Dari persamaan tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : Konstanta = 2,248 Nilai konstanta sebesar 2,248 menunjukkan apabila variabel X 1 dan X 2 sebesar nol atau konstan, maka besarnya nilai Harga Saham adalah sebesar 2,248. Koefisien Regresi b1 = 1,547 Besarnya nilai b1 hasil olah regresi sebesar nilai b1 1,547 yang positif menunjukkan adanya hubungan yang searah antara perubahan Harga Saham Y dengan Debt to Equity Ratio X 1 yang artinya jika variabel Debt to Equity Ratio X 1 naik sebesar 1 satuan maka besarnya nilai Harga Saham Y akan naik sebesar 1,547 dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan. Koefisien Regresi b2 = – 1,598 1 10 Besarnya nilai b2 hasil olah regresi sebesar –1,598 nilai b2 yang negatif menunjukkan adanya hubungan yang berlawanan antara perubahan Harga Saham Y dengan Resiko Sistematis X 1 yang artinya jika variabel Resiko Sistematis X 1 naik sebesar 1 satuan maka besarnya nilai Harga Saham Y akan turun sebesar 1,598 dengan asumsi bahwa variabel bebas lainnya konstan. Dari hasil pengujian juga diperoleh nilai koefisien korelasi R sebesar 0,486. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara Debt to Equity Ratio X 1 dan Resiko sistematis X 2 terhadap Harga Saham Y, Dan menunjukkan korelasi atau hubungan yang rendah antara Debt To Equity Ratio X 1 dan Resiko Sistematis X 2 terhadap Harga Saham Y. Diketahui juga nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,236. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada Harga Saham sebesar 23,6 dapat dijelaskan oleh variabel Debt To Equity Ratio X 1 dan Resiko Sistematis X 2 . Sedangkan sisanya 72,4 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ikut diteliti dalam penelitian ini. Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh variabel–variabel bebas secara bersama-sama, maka digunakan uji F F test yaitu dengan cara membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel sedangkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh variabel – variabel bebas secara parsial maka digunakan uji t t test yaitu dengan nilai t tabel. Adapun penjelasan dari masing –masing uji tersebut adalah sebagai berikut. 1 10

4.4.3. Uji Hipotesis

4.4.3.1. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui kesesuaian model analisis variabel bebas terhadap variabel terikat, berdasarkan hasil olahan SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 12 : Anova Model Sum Of Square df Mean Square F Sig 1. Regression 3,839 2 1,919 2,321 0,132ª Residual 12,404 15 0,827 Total 16,243 17 a. Predictors : Constant, Resiko Sistematis Tr_X2, Debt to Equity Ratio Tr_X1 b. Dependent Variabel : Harga Saham Tr_Y Sumber : Lampiran 11data diolah Berdasarkan pada tabel 12 dapat diketahui besarnya nilai F hitung 2,321 ≤ F tabel 3,52 maka H o diterima, yang berarti model analisis tidak cocok untuk menguji Debt To Equity Ratio dan Resiko Sistematis terhadap Harga Saham Y.

4.4.3.2. Uji

t Uji t digunkan untuk mengukur pengaruh tingkat signifikan atau keberartiannya variable bebas terhadap variable terikat secara parsial. 1. Pengujian Debt To Equity Ratio X 1 secara masing-masing terhadap Harga Saham. Dari perhitungan didapat t hitung sebesar 1,171Lampiran 10, karena t hitung ≤ t tabel 2,101, dimana t hitung masuk di daereh penerimaan H o, maka H o diterima dan demikian H a ditolak pada level 1 11 signifikan 5 . Sehingga secara parsial Debt To Equity Ratio X 1 tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham Y. Sedangkan untuk mengetahui besarnya sumbangan yang diberikan variabel Debt To Equity Ratio X 1 terhadap Harga Saham Y dapat dilihat pada parsial r 2 yaitu sebesar 1,547 yang berarti bahwa variabel Debt To Equity Ratio X 1 mampu menjelaskan variabel Harga Saham Y sebesar 1,547 atau sebesar 15,47 . 2. Pengujian Resiko Sistematis X 2 secara masing-masing terhadap Harga Saham. Dari perhitungan diatas didapat t hitung sebesar – 2,079 Lampiran 10, karena t hitung ≤ t tabel 2,101 dimana t hitung masuk di daerah penerimaan H o , maka H o diterima dan demikian H a ditolak pada level signifikan 5 . Sehingga secara parsial Resiko Sistematis X 2 tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham Y. Sedangkan untuk mengetahui besarnya sumbangan yang diberikan variabel Resiko Sistematis X 2 terhadap Harga Saham Y dapat dilihat pada parsial r 2 yaitu sebesar -1,598 yang berarti bahwa variabel Debt To Equity Ratio X 1 mampu menjelaskan variabel Harga Saham Y sebesar 1,598 atau sebesar 15,98 .

4.5 Pembahasan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Investment dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Farmasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 73 97

Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Assets Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009

0 40 86

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, EARNING PER SHARE, DAN RISIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2012.

1 5 39

ANALISIS PENGARUH VARIABEL EARNING PER SHARE, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN RETURN ON EQUITY TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODE 2005-2007.

0 1 8

Pengaruh Rasio Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Earning per Share terhadap Harga Saham (Studi pada: Sektor Properti yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2012).

0 0 17

Pengaruh Risiko Sistematis dan Debt To Equity Ratio terhadap Return Saham pada Perusahaan LQ 45 yang Listing di Bursa Efek Indonesia.

0 0 23

PENGARUH DEVIDEN PAYOUT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 3 85

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSETS, DEBT TO EQUITY RATIO DAN DEBT RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN TOBACCO MANUFACTURERS DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 2 100

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO DAN RESIKO SISTEMATIS TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI FARMASI YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA ( Periode 2005 – 2007 )

0 0 21

PENGARUH CURRENT RATIO DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN ON INVESMENT PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013

0 0 14