48 punakawan dan pandawa dalam pewayangan Jawa yang ditulis
menggunakan tulisan Jawa atau aksara Jawa pada tiap ruangan. Fasilitas ini bisa digunakan peserta didik untuk belajar.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti melalui wawancara
mendalam dan
observasi tentang
implementasi kepemimpinan pendidikan di SD Taman Muda Tamansiswa didapatkan
data sebagai berikut: 2.
Implementasi Kepemimpinan Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara di SD Taman Muda Tamansiswa
a. Implementasi Ing Ngarso Sung Tuladha
Ing Ngarso Sung Tuladha memiliki arti bahawa sebagai seorang pemimpin ketika berada di depan harus dapat menjadi contoh bagi
yang dipimpinnya. Implementasi asas kepemimpinan ing ngarso sung tuladha di SD Taman Muda Tamansiswa dengan menerapkan sistem
among yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Sistem among yang berarti “menjaga”. Lebih jelasnya dijelaskan oleh AR yang merupakan
Kepala SD Taman Muda Tamansiswa, berikut hasil wawancaranya: “…seperti yang sudah-sudah, disini menerapakan asas trilogi
kepemimpinan yang diungkapkan oleh Ki Hadjar Dewantara dengan menerapkan sistem among. Sistem among itu bearti
menjaga yang memiliki arti dalam pendidikan disini menerapkan pendidikan tanpa hukuman disiplin mas, dalam
artian siswa belajar itu bekembang dengan sendirinya bukan karena sebuah paksaan
…”WWCAR11-06-2016
49 Berdasarkan penjelasan yang disampaikan AR, pendidikan
yang diselenggarakan di SD Taman Muda Tamansiswa ini menerapkan pendidikan tanpa sebuah hukuman, dengan harapan siswa
dapat berkembang dengan sendirinya bukan karena suatu paksaan. Berdasarkan hasil observasi selama penelitian, penerapan pendidikan
tanpa paksaan memang telah dilaksanakan, hal ini dapat dilihat ketika siswa melakukan kesalahan siswa tidak mendapatkan hukuman
melainkan siswa diberi sebuah nasehat oleh guru yang langsung menangani permasalahan tersebut. Selain itu juga terlihat pada saat
pembelajaran di kelas, terlihat bahwa siswa lebih sering melakukan pembelajaran secara berkelompok dan siswa melakukan sebuha
diskusi sesuai dengan materi pembelajarannya, sedangkan guru lebih kepada pendampingan dan fasilitator. Dalam penerapannya baik
kepala sekolah maupun guru selalu berusaha menjadi contoh bagi siswanya, dengan demikian siswa akan mencontoh perilaku gurunya,
hal ini dikarenakan satu teladan lebih baik daripada seribu nasehat. Seperti yang dijelaskan oleh LH berikut ini:
“…dalam penerapannya, saya selalu memberikan contoh yang baik bagi murid-murid saya, seperti hal yang paling sederhana,
saya selalu berpakaian yang rapi, selain itu senyum sapa salam saya juga lakukan tidak hanya kepada guru, kepada murid pun
saya juga tidak enggan untuk menyapa mereka
…”WWCLH19- 05-2016
Berdasarkan data di atas, guru memang menjadi contoh teladan yang
baik bagi siswanya. Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan LH, LH sangat ramah dan terlihat rapi dalam berpenampilan, LH pun
50 menyambut dengan baik ketika akan dilakukan wawancara. Lebih
lanjut dijelaskan oleh ESR tentang implementasi asas ing ngarso sung tuladha. Berikut hasil wawancara dengan ESR:
“…saya mencoba menjadi contoh dan teladan bagi anak-anak mas, karena 1 teladan lebih baik dari seribu nasehat, semisal ada
sampah disekitar sekolah, saya tanpa ragu akan mengambil dan membuang sampah tersebut, dengan harapan siswa pun juga
melakukan hal tersebut, saya juga sering menyapa murid saya, dan masih banyak yang saya lakukan mas untuk menjadi contoh
yang baik bagi siswa saya…”WWCESR24-05-2016 Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahawa di SD
Taman Muda Tamansiswa, guru dituntut agar dapat menjadi contoh ataupun teladan yang baik bagi siswa-siswanya. Berdasarkan hasil
observasi selama penelitian, tidak jarang dijumpai guru membersihkan ruangan kelas ataupun halaman, perilaku semacam ini bertujuan agar
siswa dapat mencontoh perilaku guru salah satunya tantang menjaga kebersihan lingkungan belajar.
Upaya yang dilakukan untuk dapat menjadi teladan yang baik bagi siswa-siswanya, AR selaku kepala sekolah memberikan
bimbingan kepada guru, baik bimbingan secara pribadi dengan guru maupun bersama-sama. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang
bimbingan yang dilakukan kepala sekolah dalam membimbing guru untuk dapat mengimplementasikan asas ing ngarso sung tuladha:
“…banyak mas, di antranya adalah memberikan pembinaan kepada guru-guru untuk selalu mengingat sistem among dan
memantau perkembangan
guru dalam
mengajar, …”WWCAR11-05-2016
51 Berdasarkan data di atas, upaya yang dilakukan AR terlihat ketika
koordinasi yang dilaksanakan pada pagi hari sebelum jam pelajaran dimulai. AR memberikan suatu pengarahan tentang pelaksanaan
pembeljaran yang baik sesuai dengan asas kepemimpinan Ki Hajar Dewantara. Upaya yang dilakukan kepala sekolah tersebut dijelaskan
lebih lanjut oleh LH, berikut hasil wawancara dengan LH: “…upaya yang dilakukan ya salah satunya melalui sharing-
sharing ketika diwaktu luang, tukar pikiran lah mas, biasanya kami sharing tentang cara megajar, menangani siswa yang terlalu
aktif maksudnya siswa yang rame dikelas, hal lainnya seperti sharing tetang kegiatan ekstrakurikuler mas, terkadang ada juga
yang sharing bagaimana baiknya dalam mengajar ekstrakurikuler
di sekolah…”WWCLH19-05-2016
Berdasarkan data di atas selama penelitian, terlihat beberapa guru sedang melakukan diskusi tentang cara mengajar di kelas. Upaya yang
lainnya yang
dilakukan untuk
membimbing guru
dalam mengimplementasikan asas ini dijelaskan oleh ESR berikut ini:
“…kadang ada pembinaan dari kepala sekolah mengenai asas kepemimpinan ki hajar dewantara…biasanya kepala sekolah
mendatangkan narasumber, kadang dari dinas atau lembaga pendidikan tingkat SD mas, kepala sekolahpun sering mas
memberi pembinaan pada saat rapat atau brefing dengan guru, biasanya kepala sekolah memberikan pembinaan tentang cara
mengajar dikelas dengan baik, terkadang juga kepala sekolah keliling mas masuk kekelas yang sedang pelajaran, ya sekedar
memantau biasanya…”WWCESR24-05-2016
Berdasarkan penjelasan
tersebut implementasi
asas kepemimpinan ing ngarso sung tuladha di SD Taman Muda
Tamansiswa di tingkat guru dilakukan dengan cara memberi
52 pembinaan dan pemantauan yang dilakukan oleh kepala sekolah
tentang keterlaksanaan asas kepemimpinan Ki Hajar Dewantara. Pemantauan yang dilakuakn AR terlihat ketika pembelajaran
berlangsung, tidak
jarang AR
berkeliling dan
mengamati keterlaksanaan pembelajran di kelas. Penerapan asas kepemimpinan
Ki Hadjar Dewantara pun dilakukan di tingkat siswa sebagaimana di jelaskan oleh ESR berikut ini:
“…Progamnya sendiri, kalau dalam pembelajaran bisa melalui pembelajaran yang bersifat kelompok mas, jadi siswa yang
berperan untuk menjadi ketuanya diharapkan dapat mengelola kelompoknya dengan baik, di samping itu penanaman asas
kepemimpinan
di dalam
organisasi sekolah
mas…”WWCESR24-05-2016
Berdasarkan data diatas, pembelajaran di kelas sering menggunakan metode cooperative learning, hal ini ditunjukkan ketika pembelajaran
di kelas, siswa duduk tidak selalu menghadap ke depan, melainkan siswa duduk berdasarkan kelompknya masing-masing yang telah
ditentukan dan mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru. Dijelaskan lebih lanjut oleh LH tentang penerapan asas kepemimpinan
yang terjadi ditingkat siswa. Berikut hasil wawancara dengan LH: “…peneraspannya sendiri untuk siswa kami memberikan
penugasan secara kelompok, membimbing dalam keorganisasian, melibatkan siswa dalam sebuah kepanitiaan dalam kegiatan yang
diadakan oleh sekolah, dengan demikian siswa dapat berlatih menjadi seorang pemimpin walaupun dalam lingkup yang kecil,
yang terpinting bagi saya itu pengalaman yang didapatkan siswanya mas, jadi tidak selalu dibimbing cuma secara teori saja
mas
…”WWCLH19-05-2016
53 Berdasarkan penjelasan tersebut, bahwa penerapan asas
kepemimpinan di tingkat siswa dilakukan dengan cara memberikan suatu penugasan secara kelompok kepada siswa, mengikutsertaan
siswa dalam organisasi dan mengikutsertakan siswa dalam sebuah panitia kecil dalam kegiatan sekolah dengan harapan siswa dapat
belajar mengelola kelompoknya sendiri. Mengikutsertakan siswa dalam sebuah kegitan sekolah dapat dilihat dari foto-foto kegiatan
yang diletakkan pada majalah dinding sekolah. Aktivitas siswa yang menunjukkan keterlaksanaan asas
kepemimpinan ini terlihat pada saat pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil observasi peneliti, peneliti mengamati kegiatan
siswa pada saat pembelajaran berlangsung dan memang siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan cara metode diskusi. Secara
tidak langsung siswa dapat melatih kepemimpinannya didalam kelompoknya sendiri, siswapun terlihat aktif didalam kelompoknya,
walaupun tidak semua aktif dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok tersebut. Dalam pengamatan siswa pun membagi tugas
dengan teman sekelompoknya. b.
Implementasi Ing Madyo Mangun Karsa Asas kepemimpinan ing madya mangun karsa memiliki arti
bahawa seorang pemimpin ketika berada di tengah-tengah anggotanya, pemimpin di harapkan dapat menumbuhkan semangat
bagi anggotanya. Penerapan asas kepemimpinan ing madya mangun
54 karsa yang dilakukan di SD Taman Muda Tamansiswa dilakukan
dengan cara memberikan dukungan kepada anggotanya dalam hal ini kepala sekolah memberikan dukungan kepada guru agar dapat
meningkatkan kinerja dalam mengemban tugas-tugasnya sebagai guru sebagaimana yang dijelaskan oleh AR berikut ini:
“…saya sendiri sebagai kepala sekolah menerapkan asas ini seperti ketika rapat koordinasi, sebagai kepala sekolah saya harus
dapat memotivasi guru-guru untuk terus meningkatkan kinerjanya, selain itu sebagai kepala sekolah saya harus dapat
menjalin kerjasama yang baik, baik kepada guru, karyawan bahkan kepada murid
…”WWCAR11-05-2016
Berdasarkan data diatas, kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru terlihat ketika koordinasi pagi sebelum jam pelajaran
dimulai. Menurut LH penerapan asas kepemimpinan ing madya mangun karsa juga dilakukan pada siswa. Penerapan yang dilakukan
kepada siswa tidak berbeda jauh seperti yang dilakukan oleh kepala sekolah kepda guru, hanya saja cara penyampaian yang dilakukan
berbeda. Penerapan kepada siswa guru harus lebih bisa mendukung siswanya agar dapat belajar tanpa sebuah paksaan dan peran guru
hanya sebagai fasilitator sebagaimana dijelaskan oleh LH berikut ini: “…penerapannya tidak berbeda jauh dengan asas kepemimpinan
yang tadi mas, jadi siswa dilibatkan dalam aktivitas kelompok, didalam kelompok ini saya lebih cenderung sebagai fasilitator
saja
…”WWCLH19-05-2016 Dijelaskan lebih lanjut oleh ESR tentang penerapan asas
kepemimpinan ing madya mangun karasa:
55 “…saya disisni berperan sebagai pendukung kegiatan mas, jadi
seperti kalau mendapat tugas kelompok berdiskusi, saya hanya akan menjadi motivator bagi siswa, jadi saya berharap siswa
dapat
mengembangkan kemampuannya
secara mandiri
…”WWCESR24-05-2016 Selama
penelitian berlangsung,
peneliti melakukan
pengamatan kepada sejumlah aktivitas yang dilakukan siswa pada saat pembelajran di kelas. Hasil yang didapatkan selama observasi adalah
aktivitas pembelajaran siswa di kelas mengarah pada pembelajaran kelompok, guru berperan sebagai motivator dan fasilitator, hal ini
terlihat pada saat guru memberikan motivasi kepada salah satu kelompok yang kurang aktif dalam pembelajaran. Untuk dapat
menerapkan asas kepemimpinan ing madya mangun karsa kepala sekolah sebagai pemimpin di lingkungan sekolah tentunya melakukan
bimbingan baik terhadap guru maupun siswa seperti yang diungkapkan AR berikut ini:
“…untuk membimbing guru saya selalu menekankan kepada guru untuk berpegang pada asas kepemimpinan Ki Hajar
Dewantara. Seperti asas partisipasi, sebagai guru ketika mengajar, guru tidak hanya bertugas sebagai fasilitator saja,
melainkan guru juga harus dapat berpartisipai dalam sebah pembelajran untuk membangun suasana belajar yeng lebih baik.
selain asas partisipasi asas kooporatif
…”WWCAR11-05-2016
Berdasarkan data diatas selama penelitian, bimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah tersebut dilakukan secara kelompok
maupun individu. Bimbingan kelompok dilakukan pada saat rapat koordinasi rutin maupun yang telah diagendakan, sedangkan
bimbingan secara individu dilakukan ketika guru kurang aktif dan
56 produktif dalam melaksanakan tugas mengajarnya. Bimbingan yang
diberikan kepala sekolah kepada guru, juga dilakukan oleh guru kepada siswanya. Bimbingan yang diberikan untuk membiasakan
siswa menjadi seorang pemimpin walaupun dalam lingkup yang kecil. Berikut penjelasa yang diberikan LH:
“…dalam membimbing siswa saya lebih cenderung memberikan penugasn yang bersifat kelompok, dari penugasan kelompok
tersebut kan siswa dapat belajar bagaimana cara mengelola kelompoknya, bagaimana cara membagi tugas dan bagaimana
cara memimpin kelompoknya dengan begitu siswakan dapat belajar kepemimpinan secara tidak langsung
…”WWCLH19- 05-2016
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh ESR, berikut hasil wawancara dengan ESR tentang bimbingan yang diberikan kepada
siswa: “…mengikutsertakan siswa dalam kegiatan yang bersifat sebuah
pengorganisasian, selain itu ya lebih pada penugasan yang bersifat kelompok
…”WWCESR24-05-2016
Penugasan secara kelompok tidak hanya terlihat pada pembelajaran di kelas saja, berdasarkan hasil pengamatan selama
penelitian, guru juga memberikan tugas diluar pembelajaran sekolah secara berkelompok. Penerapan asas kepemimpinan ini tidak semata-
mata dilakukan dengan begitu saja, akan tetapi kepala sekolah dalam membimbing guru dan guru dalam membimbing siswanya memiliki
suatu progam. Progam yang dilakukan dalam memberikan bimbingan sebagaimana dijelaskan AR berikut ini:
57 “…selain yang saya sebutkan tadi progam sekolah lainnya yaitu
memberikan tugas tambahan seperti guru menjadi sebuah panitia suatu kegiatan yang diadakan di sekolah, dengan demikian guru
secara tidak langsung akan menerapka asas-asas kepemimpinan seperti
yang diungkapkan
oleh Ki
Hadjar Dewantara
…”WWCAR11-05-2016
Tugas tambahan yang diberikan kepada guru, merupakan progam yang dilakukan kepala sekolah dalam upaya menerapkan asas
kepemimpinan KI Hajar Dewantara. Progam yang diberikan kepala sekolah kepada guru untuk menerapkan asas kepemimpinan ing
madya mangun karsa dilakukan dengan memberikan tugas tambahan kepada guru, dengan demikian guru secara tidak langsung memiliki
peran sebagai pemimpin yang harus dapat menerapkan asas kepemimpinan yang diajarkan oleh Ki hajar Dewantara. Penerapan
progam ini terlihat pada saat peneliti melakaukan observasi diluar kegiatan belajar dan mengjar. Pada kegiatan ekstrakurikulerpun
terlihat beberapa guru yang mendampingi dalam kegiatan ekstrakuliluler tersebut diantaranya dalah kegiatan pramuka,
computer, seni musik, seni rupa. Karawitan dan masih banyak lagi. Progam bimbingan juga diberikan kepada siswa dengan lebih
menekankan kepada pembelajaran cooperative atau pembelajaran berbasis kelompok. Pejelasan tersebut diberikan oleh ESR pada saat
wawancara, berikut hasil wawancara dengan ESR: “…seperti yang sudah saya jelaskan tadi mas, ditekankan pada
sebuah penugasan yang bersifat kelompok …”WWCESR24-05-
2016
58 Dengan memberikan penugasan secara kelompok, siswa akan dengan
sendirinya dibantu oleh guru belajar kepemimpinan walaupun pada lingkup yang kecil. Berdasarkan hasil observasi diluar jam sekolah,
ditemui kegiatan yang bersifat berkelompok yaitu kegiatan ekstra karawitan. Kegiatan ini merupakan kegitan ekstrakurikuler wajib
diikuti ileh siswa kelas empat sampai dengan siswa kelas enam. Kegiatan ini membutuhkan kerjasama yang baik untuk menghasilkan
sebuah alunan musik tradisional yang baik. Berdasarkan
penejalasan tentang
implementasi asas
kepemimpinan ing madya mangun karsa dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa untuk dapat menerapkan asas kepemimpinan ini,
kepala sekolah memberikan bimbingan dan pembinaan kepada guru agar dapat menerapkan asas kepemimpinan ini pada siswa. Selain
membimbing dan memberikan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru, kepala sekolah juga memberikan tugas
tambahan kepada guru.
c. Implementasi Asas Kepemimpinan Tut Wuri Handayani
Asas kepemimpinan tut wuri handayani memiliki arti bahwa seorang pemimpin ketika berada di belakang anggotanya harus dapat
memberikan dukungan kepada anggotanya baik secara moril maupun materiil. Penerapan asas kepemimpinan tut wuri handayani di
59 lingkungan sekolah dengan menerapkannya sistem
“among” sebagai mana dijelaskan oleh AR berikut ini.
“…dengan menerapkan Sistem Among, jadi saya sebagai kepala sekolah harus dapat menjadi seorang pamong yang dapat
mendorong dan mensuport seluruh kegiatan dan aktivitas sekolah dalam upaya mencapai tujuan sekolah
…”WWCAR11-05-2016 Dijelaskan lebih lanjut tentang penerapan dan pelaksanaan sistem
among di SD Taman Muda Tamansiswa oleh LH. berikut hasil wawancara dengan LH:
“…Untuk penerapan asas ini saya pribadi lebih memberi kebebasan kepada murid, dengan demikian siswa bisa
berkembang tanpa ada sebuah paksaan …”WWCLH19-05-2016
Penjelasan LH tersebut senada dengan penejalasan yang diberikan
oleh ESR, berikut hasil wawancara dengan ESR: “…untuk asas ini, saya lebih banyak melakukan pemantauan
kepada siswa-siswa, sejauh mana mereka mengembangkan dirinya secara mandiri
…”WWCESR24-05-2016 Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama
penelitian, ketika pembelajaran berlangsung, guru terlihat mengamati aktivitas diskusi kelompok yang dilakukan oleh siswa. Hal ini
dilakukan agar siswa dapat mengembangkan potensi dirinya secara mandiri, akan tetapi guru juga tidak hanya mengamati kegitan siswa
saja melainkan juga membantu siswa ketika menemui kesulitan- kesulitan dalam belajar kelompok.
Penerapan asas kepemimpinan tut wuri handayani berdasarkan penjelasan tersebut, bahwa penerapan asas kepemimpinan ini lebih
dititik beratkan kepada kebebasan dalam belajar dan mengembangkan
60 diri
secara mandiri
dengan harapan
dalam belajar
dan mengembangkan diri tidak terdapat paksaan dari manapun.
Keterlaksanaan penerapan asas kepemimpinan ini perlu adanya suatu progam yang pada intinya dapat membimbing siswa untuk dapat
belajar dan mengembangkan diri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan guru kepada siswa pada intinya sama dengan asas yang
lainnya sebagaiman yang dijelaskan oleh LH berikut ini: “…untuk membimbing siswa, sama mas dengan asas yang lain,
jadi diikutkan dalam sebuah oranisasi atau penugasan yang bersifat kelompok
…” WWCLH19-05-2016 Pembelajran yang bersifat kelompok atau cooperative merupakan
salah satu bimbingan yang diberikan guru kepada siswa untuk dapat mengembangkan diri secara mandiri. Lebih lanjut dijelaskan oleh
kepala sekolah bahawa dalam menerapkan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara juga diperlukan sebuah dukungan, berikut
penjelasan yang diberikan oleh AR tentang bimbingan yang diberikan kepada guru dalam rangka menerapkan asas kepemimpinan Ki Hadjar
Dewantara: “…memberi kesepatan kepada siswa untuk belajar secara
mandiri, nah dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitatir, jadi guru memfasilitasi anak untuk belajar sesuai dengan mata
pelajaran yang guru tersebut diri ajarkan.dengan demikian siswa dapat berkembang secara natural tanpa ada paksaan. yang jelas
asas kebebasan selalu dijunjung untuk mewujudkan kesadaran bahwa pendidikan itu penting bagi diri sendiri maupun orang
lain
…”WWCAR11-06-2016
61 Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
dalam menerapakan asas kepemimpinan tut wuri handayani tidak hanya memberikan suatu bimbingan, melainkan fasilitas yang
diberikan sekolah untuk mendukung keterlaksanaan progam ini juga perlu
diperhatikan untuk
kelancaran keterlaksanaan
asas kepemimpinan yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, fasilitas yang diberikan sekolah cukup untuk mengembangkan diri siswa secara mandiri
diantaranya adalah fasilitas perpustakaan, laboratorium komputer, ruang karawitan dan sekolah juga memberikan fasilitas yang dapat
mengembangkan kemampuan siswa non akademik yaitu guru ekstrakurikuler yang memang ahli dalam kegiatan ekstra tersebut.
d. Manfaat Penerapan Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Penerapan asas kepemimpinan Ing Ngarso Sung Tuladha secara tidak langsung memiliki manfaat yang baik bagi perkembangan
sekolah maupun perkembangan peserta didik dalam belajar di sekolah. Manfaat tersbut dijelaskan oleh ESR sebagai berikut:
“…secara tidak langsung maupun langsung, penerapan asas kepemimpinan Ing ngarso sung tuladha memiliki manfaat yang
nyata, baik bagi pendidik maupun bagi siswa. Contohnya kalau bagi guru, guru berupaya bersikap sesuai dengan norma norma
guru, baik dari segi kedisiplinan, karakter yang dimilki guru, maupun kualits mengajar guru. ya walaupun tidak semua bisa
merasakan, tetapi sebagian besar merasakan hal seperti itu
mas…”WWCESR24-05-2016 Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh ESR tersebut,
manfaat yang didapatkan dari penerapan asas ini adalah pendidik
62 bersikap sesuai dengan norma guru yang berlaku, selain itu
keterlaksanaan pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan lancar. Hal ini dapat dijumpai di sekolah, guru berangkat sebelum jam
pembelajaran dimulai, guru berpenampilan rapi, dan tidak sedikit guru yang menjadi contoh teladan bagi siswanya, selain itu ketika
dialakukan peneliti melakukan pengambilan data, guru menyambut dengan baik kehadiran peneliti dalam pengambilan data penelitian.
Sedangkan manfaat yang dirasakan siswa dijelaskan oleh AR. Berikut hasil wawancara dengan AR:
“…siswa dapat belajar menjadi seorang pemimpin yang baik, selain itu siswa memiliki karakter yang baik yang berwawasan
budaya serta siswa lebih disiplin ...”WWCAR11-06-2016
Manfaat bagi siswa menurut AR adalah siswa bisa berlatih menjadi seorang pemimpin yang baik, selain itu siswa lebih memiliki
karakter baik yang berwawasan budaya serta siswa lebih disiplin dalam mengikuti pembelajran di kelas. Lebih lanjut dijelaskan oleh
salah satu guru mata pelajaran tentang manfaat yang didapatkan siswa. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan LH:
“…manfaatnya yang didapatkan khususnya siswa ya siswa dapat belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin, dana seorang
pemimpin itu
harus dapat
menjadi contoh
bagi anggotanya
…”WWCLH19-05-2016 Berdasarkan penjelasan tersebut, dijelaskan lebih lanjut
tentang manfaat bagi siswa adalah siswa dapat belajar menjadi seorang pemimpin dan menjadi contoh teladan bagi anggotanya.
Berdasarkan hasil observasi, hal ini terlihat pada saat kegiatan
63 pembelajaran di kelas maupun kegiatan ekstrakurikuler. Berdasarkan
penjelasan tentang manfaat penerapan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara dapat disimpulkan bahwa manfaat dapat dirasakan, baik
oleh guru maupun oleh siswa. Manfaat tersebut antara lain pendidik bersikap sesuai dengan norma guru yang berlaku, selain itu
keterlaksanaan pembelajaran di seolah dapat berjalan dengan lancar, siswa dapat belajar menjadi seorang pemimpin yag baik, serta siswa
menjadi lebih disiplin dalam mengikuti pembelajaran di sekolah.
e. Faktor Pendukung Penerapan Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Keterlaksanaan penerapan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara pastilah tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak
terdapat dukungan dari berbagai pihak atau warga sekolah. Dukungan yang diberikan setiap warga sekolah sebagaimana dijelaskan oleh
kepala SD Taman Muda Tamansiswa ESR berikut ini: “…Faktor yang mendukung ya mas, ya semua warga sekolah
disini mendukung mas keterlaksanaannya asa kepemimpinan Ki Hajar Dewantara, kami semua selalu mencoba menjadi teladan
yang baik bagi anak-anak kami
…”WWCESR24-05-2015 Secara garis besar menurut kepala sekolah seluruh warga
sekolah memiliki peran dalam mendukung keterlaksanaan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara hal ini terlihat warga sekolah
mengikuti praturan yang telah dibuat sekolah untuk melaksanakan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara salah cotohnya adalah guru
disiplindalam melaksanakan tugas kewajibannya sebagai pengajar,
64 siswa juga tertib dalam mengikuti kegitan pembelajran di dalam kelas
mauupu di luar kelas. Dukungan yang diberikan setiap warga sekolah merupakan
salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penerapan asas kepemimpinan. Faktor pendukung yang lain adalah kemampuan
siswa, sosial dan ekonomi siswa juga merupakan salah satu faktor yang mendukung keterlaksanaan penerapan asas kepemimpinan Ki
Hadjar Dewantara. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan oleh AR. Berikut hasil wawancara dengan AR:
“…ya dalam penerapan asas ini ada beberapa faktor yang mendukung keterlaksanaan asas kepemimpinan ini mas,
diantaranya kemampuan siswa, sosial ekonomi siswa, peran sekolah, kemampuan siswakan bermacam-macam mas, ada yang
memiliki kemampuan yang baik ada juga yang kurang, kemampuan yang dimaksud itu ya bermacam-macam mas, ada
kemampuan intelektual dalam hal ini kemampuan siswa dalam berfikir, kemampuan mengelola, kemampuan untuk memimpin
dan lain sebagainya. Kalau siswa memiliki kemampuan tersebut, ya secara tidak langsung berpengaruh pada keterlaksanaan
penerapan asas kepemimpinan ini mas
…”WWCAR11-05-2016 Lebih lanjut dijelaskan lagi oleh salah satu guru mata pelajaran
yang mengampu di SD Taman Muda Tamansiswa LH, berikut hasil wawancaranya:
“…yang mendasar adalah kemampuan yang dimiliki siswa mas, disamping itu faktor yang dari luar juga mendukung dalam
penerapan, seperti peran guru dalam megajar dan peran sekolah dalam melibatkan siswa dalam sebuah kegiatan sekolah, jadi
maksudnya begini mas, gurukan memiliki peran yang lebih dalam membibing siswa, mengarahkan siswa dalam melakukan
tugas-tugas sekolah, untuk seumuran mereka, mereka beleum bisa berjalan dengan mandiri, maka dari itu guru berperan besar
dalam membimbing siswa, itu semuapun juga harus didukung
65 dari sekolah, seperti memfasilitasi siswa dari segi sarana dan
prasarana …”WWCLH19-05-2016
Berdasarkan penejalasan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
dua faktor
yang mendukung
keterlaksanaan asas
kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara. Kedua faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal tersendiri meliputi
sumber daya manusia dalam hal ini pendidik guru, sarana dan prasarana yang disediakan sekolah, dan kemampuan siswa itu sendiri.
Berdasarkan hasil observasi, guru terlihat berperan sebagai pemimpin bagi siswa di SD Taman Muda Tamansiswa, terlihat pada saat dalam
pembelajaran, guru selalu menerapkan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara, ada kalanya guru berada didepan untuk memberikan
materi kepada siswanya adakalanya juga guru menjadi fasilitator bagi siswanya dan memberikan kebebasan kepda siswa untuk belajar
secara berkelompok. 3.
Kendala dan Upaya untuk Mengatasi kendala dalam Implementasi Trilogi Kepemimpinan Pendidikan Ki Hadjar Dewantara di SD Taman
Muda Tamansiswa Yogyakarta Penerapan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara di SD
Taman Muda Tamansiswa tidak pernah luput dari kendala dan hambatan dalam pelaksanaannya. Hambatan yang dialami SD Taman
Muda Tamansiswa seperti yang diungkapakan oleh kepala sekolah, berikut hasil wawancara dengan AR:
66 “…Dalam usianya yang lebih dari 85 tahun sekarang ini kendala
utama yang dihadapi oleh Tamansiswa adalah manusianya; artinya sangat sedikit insan Tamansiswa yang memiliki
kemampuan
bevoegdheid dan
sekaligus kewenangan
bekwaamheid untuk mengembangkan diri dan lembaganya. Sebenarnya banyak insan Tamansiswa yang bagus, akan tetapi
ketika masih produktif memilih berkarya di luar dan setelah tidak produktif baru ingin berkiprah di Tamansiswa
….”WWCAR11- 05-2016
Berdasarkan data diatas yang dilakukan peneliti hambatan yang telah dijelaskan oleh kepala sekolah tersebut pada intinya adalah
guru muda yang masih produktif lebih cenderung mengambangkan dirinya di luar sekolah, hal ini juga tidak dapat disalahkan karena
sekolah ini menerapkan asas kebebasan yang artinya seluruh manusia berhak dan bebas untuk mengmbangkan dirinya tanpa ada unsur
paksaan dari manapun. Hambatan lain yang juga dialami oleh SD Taman Muda
Tamansiswa dalam menerapkan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara adalah untuk tingkat siswa siswa masih kurang berperan
aktif dalam suatu pembelajaran jika tidak mendapatkan pengawasan yang lebih dari guru. berdasasrkan hasil observasi siswa cenderung
lebih pasif dan mengikuti alur saja.sebagai contoh ketika dalam diskusi, siswa kurang aktif dalam menyampaikan perbedaan pendapat
jika tidak disuruh oleh gurunya. Hambatan semacam ini akan berakibat pada penerapan kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara dalam
tingkat siswa sebagaimana dijelaskan oleh ESR berikut ini:
67 “…kendalanya untuk siswa sendiri, terkadang siswa masih
kurang dapat menjadi contoh bagi anggotanya,solusinya siswa sering dilibatkan dalam sebuah kegiatan yang bersifat
kelompok
…”WWCESR24-05-2016 Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh ESR juga
disampaikan oleh LH salah satu guru mata pelajaran dan solusi yang diberikan untuk mengatasi hambatan tersebut, berikut hasil
wawancaranya: “…tidak semua siswa dapat berperan untuk belajar menjadi
seorang pemimpin, siswa cenderung lebih senang bila menjadi anggota, solusinya kalau saya sendiri saya mendorong siswa
untuk mencoba menjadi pemimpin, walaupun hanya dalam kelompok kecil dalam penugasan belajar yang saya berikan
kesiswa
…”WWCLH19-05-2016 Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa
siswa cenderung lebih menarik diri dari pada mengeluarkan kemampuannya sendiri. Hal ini terlihat ketika peneliti melakukan
pengamatan, hasil pengamatan di kelas, masih terdapat siswa yang lebih senang menjadi pengikut dalam sebuah kelompok. Hal ini
dikarenakan tidak semua siswa dapat berperan sebagai pemimpin dan tidak semua siswa mendapatkan kesempatan belajar secara khusus
untuk menjadi sebuah pemimpin. Untuk mengatasi beberapa hambatan yang disampaikan tersebut, upaya yang dilakukan guru
adalah mencoba untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menjadi seorang pemimpin walaupun dalam kelompok kecil.
68 Solusi yang lain juga disampaikan oleh kepala SD Taman
Muda Tamansiswa tentang upaya untuk mengatasi hambatan- hambatan yang muncul dalam penerapan kepemimpinan Ki Hadjar
Dewantara. Berikut penjelasan yang diberikan AR: “…untuk mengatasi beberapa hambatan tersbut, ditingkat guru,
saya dan pihak sekolah hanya bisa memberikan sebuah pembinaan yang diharpakan guru yang masih produktif mau
mengembangkan dirinya dan sekolah...salah satu contohnya pembinaan yang telah diagendakan rutin baik dari saya sendiri
maupun komite sekolah, selain itu diklat-diklat pengembangan diri
juga kami
berikan kepada
semua guru
tanpa terkecuali
…”WWCAR11-05-2016 Berdasarkan data diatas lapangan bahwa pihak sekolah telah
berupaya untuk mengatasi hambatan-hambatan yang muncul seiring penerapan asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara dengan
pengembangan sumber daya manusianya dalam hal ini guru. upaya yang dilakukan ditingkat siswa dilakukan dengan cara memberikan
kebebasan kepada siswa untuk mengikuti suatu organisasi baik intra sekolah maupun oraganisasi ekstra sekolah. Hal ini diharapkan siswa
dapat mengambangkan dirinya khususnya dalam kepemimpinan. Upaya lainnya yang dilakukan adalah mengintergalkan belajar secara
berkelompok dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan.
C. Pembahasan