Penelitian yang Relevan KAJIAN PUSTAKA

26 yang dikenal dengan Trilogi Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara. Trilogi kepemimpinan diharapkan dapat mengganti sistem Belanda yang mendidik dengan memaksa seperti majikan dengan budak, tanpa mengetahui kemampuan individu sehingga tidak dapat mengembangkan kreatifitas yang dimiliki. Sistem Belanda yang tidak sesuai dengan kultur di Indonesia memang seharusnya dihilangkan. 2 Sebagai sarana mengembangkan potensi kodrati anak Konsep ini menjaga kelangsungan kehidupan batin si anak dan tidak ada paksaan, tetapi juga tidak membiarkan anak-anak. Pamong harus mengamati agar anak-anak tumbuh menurut kodratnya. Setiap anak pasti mempunyai potensi yang tertanam pada masing-masing individu yang digali untuk dapat dikembangkan. Melalui Trilogi Ki Hadjar Dewantara pengembangan potensi dapat dikembangkan dengan memberi motivasi Ing madya Mangun Karsa dan kebebasan untuk hidup mandiri Tut Wuri Handayani.

B. Penelitian yang Relevan

Dalam suatu penelitian memerlukan suatu tinjauan pustaka, dimana tinjauan pustaka terdiri dari data empirik yang diperoleh dari penelitian yang terdahulu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 27 beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan acuan dari hasil penelitian. Adapun hasil penelitian tersebut adalah: Penelitian Wenti Suparti tahun 2013 yang berjudul “Implementasi Trilogi Ki Hadjar Dewantara dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Hasil dalam penelitian ini menujukkan bahwa konsep trilogy ki Hadjar Dewantara yang berbunyi Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani merupakan konsep kepemimpinan yang demokratis atau bersifat ngewongke dengan memberikan kebebasan kepada bawahannya untuk berkembang sesuai kodratnya masing-masing. Tujuan adanya trilogi adalah untuk mencapai hidup tertib dan damai ordre en verde dan membentuk manusia yang merdeka. Konsep Trilogi Ki Hadjar Dewantara dalam pelaksanaanya mempunyai beberapa prinsip kebebasan. Adapun implementasi Trilogi Ki Hadjar Dewantara Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Implementasi Ing Ngarsa Sung Tuladha, yakni kepala sekolah dengan visi yang utuh, tanggung jawab, keteladanan dan mendengarkan orang lain. Implementasi Ing Madya Mangun Karsa, yakni dengan memberdayakan staf, memberi layanan prima, fokus pada peserta didik dan mengembangkan orang. Sedangnkan implementasi Tut Wuri Handayani terlihat dengan memberdayakan sekolah dimana kepala sekolah mendelegasikan tugas dan wewenang kepada bawahannya. 28 Penelitian oleh Nilam Widyarini tahun 2010 yang berjudul “Kepemimpinan spiritual untuk kejayaan Indonesia Mengungkap relevansi konsep kepemimpinan spiritual dari fry dengan kepemimpinan nusantara yang etis-uniiversal ”. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kehidupan terus berubah oleh perkembangan kependudukan dan peradaban manusia yang disokong oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Akibatnya, lingkungan organisasi pemerintah, sekolah, perusahaan, dll juga senantiasa berubah dan tidak dapat diantisipasi dengan cara-cara lama yang kaku, formal dan impersonal ala system manajemen yang birokratis. Begitu banyaknya peraturan dalam system manajemen birokratis dan juga orientasi materialism, menunjukkan suatu orientasi kehidupan yang mengandalkan factor-faktor ekstrinsik di luar individu. Orientasu ekstrinsik tersebut telah membelenggu bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan, dan terbukti tidak berhasil membawa bangsa Indonesia ke dalam kondisi merdeka dan sejahtera secara lahir dan batin. Kenyataan birokrasi pemerintah Indonesia saat ini jelas menunjukkan orientasi ekstrinsik dan kehidupan matrealisme. Ketahanan dan kemajuan suatu organisasi, termasuk organisasi pemerintah, sangat ditentukan oleh anggota-anggota yang bertindak untuk mencapai tujuan bersama atas dasar motivasi intrinsik. Hal ini terwujud apabila kepemimpinan di dalam organisasi mampu membangun budaya yang menjunjung tinggi eksistensi individu, yakni memberi ruang kebebasan untuk mengaktualisasikan diri termasuk 29 mengaktualisasikan nilai-nilai pribadinya yang etis luhur untuk kebaikan bersama. Prinsip kepemimpinan yang menggerakan orang-orang untuk mencapai tujuan bersama melalui motivasi intrinsik seperti itu telah digariskan oleh Ki hadjar Dewantara melalui kepemimpinannya di Taman Siswa sejak tahun 1922. Kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi pendidikan itu rupanya tetap relevan untuk kondisi saat ini dan untuk berbagai jenis organisasi, termasuk organisasi pemerintah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kesesuaian kepemimpinan Taman Siswa tersebut dengan kepemimpinan spiritual yang dikonsepkan oleh Fry untuk menyongsong abad 21. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Wenti Suparti dan Nilam Widyarini di atas, diketahui bahwa belum ada penelitian penelitian tentang implementasi kepemimpinan trilogi pendidikan ki Hadjar Dewantara di SD TAMAN MUDA Ibu Pawiyatan Taman Siswa Yogyakarta.

C. Kerangka Berpikir