23 meningkatkan efektivitas kehidupan sosial dan untuk meningkatkan
kemampuan mengekspresikan diri dalam berbagai situasi sosial yang ada.
3. Prinsip-Prinsip Pelatihan Asertif
Menurut Corey 2007: 213 terdapat prinsip-prinsip pelaksanaan pelatihan asertif, yaitu:
a. Individu tidak mampu mengungkapkan kemarahan dan perasaan
tersinggung b.
Individu yang menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya.
c. Individu yang memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”.
d. Individu yang mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan
respon-respon positif lainnya e.
Individu yang merasa tidak punya hak untuk memiliki persaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.
Pendapat Corey diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan asertif digunakan untuk membantu orang-orang yang tidak mampu
mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara lebih terbuka.
4. Prosedur Pelatihan Asertif
Menurut Corey 2007: 214 mengembangkan pelatihan asertif lebih fokus pada pelaksanaan pelatihan secara kelompok. Pembentukan kelompok
dilakukan dengan membagi peserta dimana salah satu kelompok terdiri atas delapan sampai sepuluh anggota yang memiliki latar belakang sama. Terapis
bertindak sebagai penyelenggara dan pengarah permainan peran, pelatih, pemberi perkuatan, dan sebagai model peran. Dalam diskusi-diskusi
24 kelompok, terapis bertindak sebagai seorang ahli, memberi bimbingan dalam
simulasi-simulasi permainan peran, dan memberikan umpan balik kepada para anggota. Berikut ini juga dijelaskan tahapan-tahapan yang dilaksanakan
pada pelatihan asertif:
a.
sesi pertama Dimulai dengan mempelajari tentang kecemasan sosial yang tidak
realistis, pemusatan pada belajar menghapus respon-respon internal yang tidak efektif dan telah mengakibatkan kekurangtegasan dalam belajar
peran tingkah laku baru yang asertif.
b.
Sesi kedua Memperkenalkan sejumlah relaksasi, dan masing-masing anggota
menerangkan tingkah laku spesifik dalam situasi-situasi interpersonal yang dirasakannya menjadi masalah. Para anggota kemudian membuat
perjanjian untuk menjalankan tingkah laku menegaskan diri yang semula mereka hindari sebelum melakukan sesi selanjutnya.
c.
Sesi ketiga Setiap anggota menjelaskan tentang tingkah laku menegaskan diri yang
telah dicoba di jalankan oleh mereka dalam situasi-situasi kehidupan nyata. Mereka berusaha mengevaluasi dan jika belum sepenuhnya
berhasil, kelompok langsung menjalankan permainan peran.
25
d.
Sesi keempat Pada sesi keempat ini, terdiri dari penambahan latihan relaksasi,
pengulangan perjanjian untuk menjalankan tingkah laku menegaskan diri, yang diikuti oleh evaluasi. Selanjutnya bisa disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan individual para anggota. Berdasarkan pendapat Corey diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
prosedur pelatihan asertif terdapat empat sesi, yaitu: a.
Pengenalan tentang kecemasan sosial. b.
Menerangkan tingkah laku spesifik dalam situasi-situasi interpersonal yang dirasakannya menjadi masalah.
c. Menjelaskan tentang tingkah laku menegaskan diri yang telah dicoba
di jalankan oleh mereka dalam situasi-situasi kehidupan. d.
Latihan relaksasi.
C. Kajian Remaja