39
c Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi, sistem Activity
Based Costing sangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan. Disamping itu juga membutuhkan
waktu yang banyak Blocher, 2000: 128. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
keterbatasan dari Activity Based Costing adalah sulitnya menemukan
aktivitas biaya,
sehingga beberapa
biaya dialokasikan secara sembarangan serta beberapa biaya diabaikan
dari analisis. Sulitnya menemukan aktivitas biaya ini juga mengakibatkan
implementasi Activity
Based Costing
membutuhkan waktu yang lama.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Santi Setyaningrum tahun 2014 dengan
judul Analisis Perhitungan Biaya Satuan Unit Cost dengan Model Activity Based Costing untuk Menentukan Standar Biaya di SMK Negeri
3 Kota Tanggerang Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan Model Activity Based Costing ABC diperoleh hasil
perhitungan biaya satuan: 1 Program Keahlian Animasi sebesar Rp10.018.166,00 per tahun per siswa atau Rp834.847,00 per bulan per
siswa, 2 Program Keahlian Teknik Sepeda Motor sebesar Rp8.923.452,00 per tahun per siswa atau Rp743.621,00 per bulan per
siswa, dan 3 Program Keahlian Administrasi Perkantoran sebesar
40
Rp8.250.239,00 per tahun per siswa atau Rp687.520,00 per bulan per siswa. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama menghitung
biaya satuan pendidikan untuk sekolah menengah kejuruan dengan Model Activity Based Costing. Perbedaan dengan penelitian ini terletak
pada desain penelitian, dan pengumpulan data. Santi Setyaningrum menggunakan desain penelitian kualitatif dengan wawancara, observasi
dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Yan Hanif Jawangga tahun 2015 dengan judul Perhitungan Unit Cost Penyelenggaraan Pendidikan Program Studi
Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta dengan Metode Activity Based Costing. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa unit cost penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan Metode Activity Based Costing pada Program Studi Pendidikan
Akuntansi secara keseluruhan adalah sebesar Rp4.381.147.409,46. Unit cost penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Akuntansi adalah
sebesar Rp8.675.539,42 per mahasiswa per tahun. Persamaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti biaya satuan pendidikan dengan
metode Activity Based Costing dan juga menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan dokumentasi. Perbedaan dengan
penelitian ini yaitu objek penelitian yang berada pada jenjang perguruan tinggi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Masyhudi AM tahun 2008 dengan judul
Analisis Biaya dengan Metode Activity Based Costing Kepaniteraan
41
Klinik Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unissula di Rumah Sakit Pendidikan Studi Kasus di Rumah Sakit Sultan Agung. Hasil
perhitungan dengan Metode ABC didapatkan bahwa unit cost biaya kepaniteraan klinik per bagian tanpa membedakan bagian besar dan
bagian kecil adalah Rp1.335.690,00. Unit cost biaya kepaniteraan klinik per bagian pada bagian besar adalah Rp1.874.694,00. Hasil ini lebih
tinggi dari biaya kepaniteraan klinik yang ditetapkan saat ini yaitu sebesar Rp 1.450.000,00. Terdapat kenaikan sebesar Rp424.694,00 atau
sebesar 29,3. Unit cost biaya kepaniteraan klinik per bagian untuk bagian kecil adalah Rp1.004.766,00. Hasil ini lebih tinggi dari biaya
yang saat ini diterapkan yaitu sebesar Rp950.000,00. Terdapat kenaikan sebesar Rp54.766,00 atau sebesar 5,7. Persamaan dengan penelitian ini
adalah sama-sama menghitung unit cost dengan metode Activity Based Costing. Perbedaan terletak pada objek penelitian yang berada pada
jenjang perguruan tinggi dan desain penelitian yaitu penelitian observasional deskriptif.
C. Kerangka Berpikir