Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan KabupatenKota di Provinsi
Sumatera Utara?”.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Untuk menganalisis dan mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan peneliti mengenai pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus
terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pad Pemerintah KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara.
b. Bagi Pemerintah daerah KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai
Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus serta pengaruhnya terhadap tingkat
Kemandirian Keuangan Daerah. c. Bagi calon peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu referensi untuk penelitian yang lebih lanjut yang berkaitan dengan Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana
Universitas Sumatera Utara
Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan KabupatenKota di Provinsi Sumatera
Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Keuangan Daerah
Menurut Mamesah dalam Halim 2007 : 23, keuangan daerah dapat diartikan sebagai “semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimilikidikuasai oleh negara atau
daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai ketentuanperaturan perundangan yang berlaku.”
Menurut Halim 2004 : 20, ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari “keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Yang termasuk dalam keuangan daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD dan barang-barang inventaris milik
daerah. Kekayaan daerah yang dipisahkan meliputi Badan Usaha Milik Daerah BUMD.”
“Keuangan daerah dalam arti sempit yakni terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Oleh sebab
itu, keuangan daerah identik dengan APBD.” Saragih, 2003 : 12.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
a. Pengertian dan Unsur-unsur APBD
Menurut Yani 2008 : 369, “Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas
dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah ”. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada hakekatnya
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Tugas
utama dari anggaran adalah mengendalikan aktivitas fiskal Pemerintah, mengkaji tindakan sebelumnya dan mengetahui program Pemerintah di masa yang akan
datang. Anggaran Daerah menduduki posisi sentral dalam upaya pengembangan kapabilitas dan efektivitas Pemerintah Daerah.
Menurut Bastian 2006 : 189, ”APBD merupakan pengejawantahan rencana kerja Pemerintah Daerah dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu
satu tahunan dan berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik”. Menurut Halim 2004 : 15, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat didefinisikan sebagai
berikut : suatu anggaran daerah, yang memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci; adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi
biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran
yang akan dilaksanakan; jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka; periode anggaran, yaitu biasanya 1 satu tahun.
Sedangkan Anggaran, Pendapatan dan Belanja Daerah APBD menurut Saragih 2003 : 127 :
APBD merupakan suatu gambaran atau tolak ukur penting keberhasilan suatu daerah di dalam meningkatkan potensi perekonomian daerah.
Artinya, jika perekonomian daerah mengalami pertumbuhan, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan daerah PAD,
khususnya penerimaan pajak – pajak daerah.
Berdasarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, ” Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah suatu rencana keuangan tahunan Daerah
yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD”. Dapat disimpulkan bahwa APBD merupakan rencana kerja Pemerintah Daerah untuk
satu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang disusun berdasarkan peraturan
Universitas Sumatera Utara
tentang APBD. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 menyatakan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun
berdasarkan pendekatan kinerja, yaitu suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input
yang ditetapkan. Unsur-Unsur Anggaran, Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
menurut Halim 2004 : 15-16 adalah sebagai berikut: a. rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci,
b. adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas tersebut, dan
adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran- pengeluaran yang akan dilaksanakan,
c. jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka, d. periode anggaran yang biasanya 1 satu tahun.
b. Struktur APBD
Struktur APBD yang terbaru adalah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah. Adapun bentuk dan susunan APBD yang didasarkan pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 terdapat pada pasal 22, yaitu :
pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1 dikelompokkan atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-
lain pendapatan daerah yang sah. Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Pembiayaan
daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih perhitungan anggaran
tahun anggaran sebelumnya SiLPA, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman
daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah. Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana
cadangan, penyertaan modal investasi pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah Permendagri 13 2006.
Oleh karena penelitian ini menggunakan laporan APBD yang memakai format Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, maka APBD
yang berdasarkan format tersebut terdiri atas 3 bagian, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
pendapatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Belanja
digolongkan menjadi 4 yakni belanja aparatur daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak
tersangka. Belanja aparatur daerah diklasifikasi menjadi 3 kategori yaitu belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan
belanja modal pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokkan menjadi 3 yakni belanja administrasi umum, belanja operasi dan
pemeliharaan, dan belanja modal. Pembiayaan dikelompokkan menurut sumber-sumber pembiayaan yaitu : sumber penerimaan daerah dan
sumber pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan berupa penerimaan daerah adalah : sisa lebih anggaran tahun lalu, penerimaan pinjaman dan
obligasi, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan dan transfer dari dana cadangan. Sumber pembiayaan berupa pengeluaran daerah terdiri
atas : pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan, dan sisa lebih anggaran tahun
sekarang Halim, 2004 : 18.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa apapun komposisi dari APBD suatu daerah tentu harus disesuaikan dengan perkembangan
keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Setiap daerah tidak harus memaksakan diri untuk menggenjot pengeluaran tanpa diimbangi dengan
kemampuan pendapatannya, khususnya kapasitas PAD. Dikhawatirkan jika Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan defisit pada APBD-nya, maka sumber
pembiayaan untuk menutupi sebagian atau seluruh defisit anggaran berasal dari pinjaman atau utang.
3. Pendapatan Asli Daerah PAD