keluaranhasil kegiatanprogram yang hendak atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur.”
5. Dana Perimbangan
a. Pengertian Dana Perimbangan
Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menurut Saragih 2003 : 85 adalah:
Suatu sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan
kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk
pengelolaan dan pengawasan keuangannya.
Menurut Halim 2004 : 69, “Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah”. Sedangkan menurut Widjaja 2004 : 229 :
Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan Pemerintahan Daerah
dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan kepada masyarakat.
Menurut Saragih 2003 : 84, “komponen dana perimbangan merupakan sumber penerimaan daerah yang sangat penting dalam pelaksanaan desentralisasi.
Dalam kebijakan fiskal, dana perimbangan merupakan inti dari desentralisasi fiskal”.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dana perimbangan merupakan inti dari hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah merupakan suatu sistem
Universitas Sumatera Utara
hubungan keuangan yang bersifat vertikal antara Pemerintah Pusat dan Daerah intergovernmental fiscal relation system, sebagai konsekuensi dari pelaksanaan
otonomi daerah dalam bentuk penyediaan sebahagian wewenang pemerintahan. Dengan kata lain, hubungan keuangan merupakan suatu sistem pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan pusat dan daerah.
b. Klasifikasi Dana Perimbangan
Menurut Saragih 2003 : 86 : Dana perimbangan terdiri dari :
1 Dana Bagi Hasil dari : pajak bumi bangunan PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan BPHTB, PPh perorangan, dan
penerimaan dari sumber daya alam, yakni minyak bumi, gas alam, pertambangan umum, kehutanan dan perikanan. Penetapan besarnya
dana bagi hasil pajak dan nonpajak didasarkan atas persentase dengan tarif dan basis pajaknya,
2 Dana Alokasi Umum DAU atau sering disebut juga dengan block grant yang besarnya didasarkan atas formula,
3 Dana Alokasi Khusus DAK. DAK identik dengan special grant yang ditentukan berdasarkan pendekatan kebutuhan yang sifatnya
insidental dan mempunyai fungsi yang sangat khusus, namun prosesnya tetap dari bawah bottom-up.
Adapun klasifikasi dana perimbangan yang terbaru adalah berdasarkan Permendagri 13 2006, dimana dana perimbangan tersebut terdiri atas :
dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Jenis dana bagi hasil dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagi hasil
pajak dan bagi hasil bukan pajak. Jenis dana alokasi umum hanya terdiri atas objek pendapatan dana alokasi umum. Jenis dana alokasi khusus
dirinci menurut objek pendapatan menurut kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah.
1 Dana Bagi Hasil
Menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004, “Dana Bagi Hasil adalah dana yang diperoleh dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan, dan Penerimaan dari Sumber Daya Alam SDA”. Melalui bagi hasil penerimaan negara tersebut, diharapkan potensi penerimaan
Universitas Sumatera Utara
daerah menjadi semakin meningkat dan daerah merasakan bahwa haknya atas pemanfaatan SDA yang dimiliki masing-masing daerah diperhatikan oleh
Pemerintah Pusat. Dengan sistem pembagian yang didasarkan atas daerah asal by origin, sebagian penerimaan yang diperoleh dari daerah penghasil harus
diberikan dan dinikmati oleh daerah penghasil yang bersangkutan.
2 Dana Alokasi Umum
Menurut Widjaja 2004 : 47, ”Dana Alokasi Umum DAU merupakan transfer dari Pusat kepada Daerah yang bersifat block grant yang kewenangan
pengaturan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah dalam rangka penyelenggaran pemerintahan daerah”. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, “Dana Alokasi Umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”. Sedangkan menurut Widjaja 2004 : 47 :
Dana Alokasi Umum merupakan komponen terbesar dalam dana perimbangan dan peranannya sangat strategis dalam menciptakan
pemerataan dan keadilan antar daerah. Proporsinya yang cukup besar dan kewenangan pemanfaatan yang luas sekaligus akan memberikan makna
otonomi yang lebih nyata bagi pelaksanaan pemerintahan di daerah.
Dari penjelasan diatas, terlihat Dana Alokasi Umum memiliki jumlah yang sangat signifikan sehingga semua Pemerintah Daerah menjadikannya
sebagai sumber penerimaan terpenting dalam anggaran penerimaannya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN. Oleh karena itu, Dana
Alokasi Umum dapat dilihat sebagai respons Pemerintah terhadap aspirasi daerah untuk mendapatkan sebahagian kontrol yang lebih besar terhadap keuangan
negara.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Saragih 2003 : 104, “bagi daerah yang relatif minim Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum DAU merupakan sumber pendapatan penting
guna mendukung operasional Pemerintah sehari-hari serta sebagai sumber pembiayaan pembangunan”. Menurut Saragih 2003 : 132, “tujuan DAU di
samping untuk mendukung sumber penerimaan daerah juga sebagai pemerataan equalization kemampuan keuangan Pemerintah Daerah”. Adapun tujuan DAU
berdasarkan PP No. 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan dalam Mardiasmo 2002 : 157 dijelaskan berikut ini.
tujuan Dana Alokasi Umum terutama adalah untuk : horizontal equity dan sufficiency. Tujuan horizontal equity merupakan kepentingan
Pemerintah Pusat dalam rangka melakukan distribusi pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar antar daerah.
Sementara itu, yang menjadi kepentingan daerah adalah kecukupan sufficiency, terutama adalah untuk menutup fiscal gap. Sufficiency
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : kewenangan, beban, dan Standar Pelayanan Minimum SPM.
Dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum DAU merupakan bantuan umum block grant yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada semua
kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan antara kapasitas dan kebutuhan fiskalnya, dan didistibusikan dengan formula berdasarkan prinsip-
prinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang harus menerima lebih banyak daripada daerah kaya. Dengan kata lain,
tujuan penting alokasi Dana Alokasi Umum adalah dalam rangka pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan publik antara Pemerintah DaerahPemerintah
Kota di seluruh Indonesia.
3 Dana Alokasi Khusus
Menurut Halim 2004 : 141, “ Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu
membiayai kebutuhan tertentu”. Menurut Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun
Universitas Sumatera Utara
2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, “Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional”. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 menggariskan bahwa kebutuhan khusus yang dapat dibiayai dengan Dana Alokasi Khusus antara lain
kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan menggunakan rumus Dana Alokasi Umum dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau
prioritas nasional. Dari beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Dana
Alokasi Khusus dimaksudkan untuk mendanai kegiatan khusus yang sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN. Kegiatan khusus yang
ditetapkan oleh Pemerintah mengutamakan kegiatan pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan atau perbaikan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar
masyarakat dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang. Daerah tertentu yang dimaksud adalah daerah yang memenuhi
kriteria yang ditetapkan setiap tahun untuk mendapatkan alokasi DAK. Dengan demikian, tidak semua daerah mendapatkan alokasi DAK. Adapun persyaratan
untuk memperoleh Dana Alokasi Khusus adalah sebagai berikut: 1 Daerah perlu membuktikan bahwa daerah kurang mampu membiayai seluruh
pengeluaran usulan kegiatan tersebut dari Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum, Pinjaman Daerah, dan
Lain-lain Penerimaan yang Sah; 2 Daerah menyediakan dana pendamping sekurang-kurangnya 10 dari
kegiatan yang diajukan dikecualikan untuk DAK Reboisasi;
Universitas Sumatera Utara
3 Kegiatan tersebut memenuhi kriteria teknis sektor kegiatan yang ditetapkan oleh Menteri Teknis Instansi terkait.
6. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah