Uji Signifikan Parsial Uji – t Uji Signifikan Simultan Uji – F Data Penelitian

Ghozali 2005 : 91, untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut : a. nilai R 2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen, b. menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0.90, maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen, c. multikolinearitas dapat juga dilihat dari a nilai tolerance dan lawannya b variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen terikat dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1 Tolerence. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10. Cara untuk mengobati jika terjadi multikolinearitas, yaitu: 1 mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasikan variabel independen lainnya untuk membantu prediksi, 2 menggabungkan data cross section dan time series pooling data, 3 menambah data penelitian.

G. Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikan Parsial Uji – t

Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Untuk pengujian secara parsial, digunakan uji-t, bentuk pengujiannya adalah: Universitas Sumatera Utara Ho : b 1 , b 2 , b 3 , b 4 = 0, artinya Rasio Efektivitas PAD, DBH, DAU dan DAK secara parsial tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Ha : b 1 , b 2 , b 3 , b 4 ≠ 0, artinya Rasio Efektivitas PAD, DBH, DAU dan DAK secara parsial mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Pengujian dilakukan menggunakan uji-t dengan tingkat pengujian pada alpa 5, derajat kebebasan degree of freedom atau df = n-k Kriteria pengambilan keputusan: Ho diterima jika t hitung t tabel Ha diterima jika t hitung t tabel

2. Uji Signifikan Simultan Uji – F

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pengujian simultan ini menggunakan uji F, yaitu dengan membandingkan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Bentuk pengujiannya adalah : Ho : b 1 , b 2, b 3, b 4 = 0 , artinya Rasio Efektivitas PAD, DBH, DAU dan DAK secara simultan tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Ha : b 1 , b 2, b 3, b 4 ≠ 0 , artinya Rasio Efektivitas PAD, DBH, DAU dan DAK secara simultan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika F hitung F tabel Universitas Sumatera Utara Ha diterima jika F hitung F tabel

3. Koefisien Determinasi R²

Pengujian Koefisien Determinasi R² digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu 0 ≤ R² ≤ 1 . Hal ini berarti bila R² = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R² semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R² semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

H. Jadwal Penelitian

Jadwal Penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Jadwal Penelitian N o. Tahapan Penelitian Feb. 2011 Maret 2011 April 2011 Mei 2011 Juni 2011 Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul Tentatif 2 Pengumpulan Data 3 Bimbingan Proposal 4 Seminar Proposal 5 Bimbingan Skripsi 6 Penyelesaian Skripsi Sumber: diolah peneliti Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Penelitian

a. Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara

Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1° - 4° Lintang Utara dan 98°- 100° Bujur Timur atau terbesar ketujuh dari luas wilayah Republik Indonesia. Batas wilayah Sumatera Utara sebagai berikut: Utara : berbatasan dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Selatan : berbatasan dengan Sumatera Barat dan Riau. Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia. Timur : berbatasan dengan Selat Malaka. Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas 3 kelompok wilayah yaitu: 1 Pantai Barat Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias 2 Dataran Tinggi Tapanuli Utara, Simalungun, Pematangsiantar, Karo, dan Dairi 3 Pantai Timur Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatera sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pada tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk meliputi sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan menjadi Daerah Otonom dari Provinsi Sumatera Utara. Luas daratan propinsi Sumatera Utara adalah 71.680 Universitas Sumatera Utara km² dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota, 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahandesa. Sumatera Utara merupakan propinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku seperti Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa dan menganut berbagai agama seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu dan berbagai aliran kepercayaan lainnya. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk SP 2000, penduduk Propinsi Sumatera Utara berjumlah 11,5 juta jiwa seperlima dari 203,5 juta jiwa penduduk Indonesia dengan pertumbuhan 1,20 per tahun sejak tahun 1990. Jumlah tersebut bertambah menjadi sekitar 11,9 juta jiwa pada tahun 2003 berdasarkan Hasil Sementara Pendaftaran Pemilih dan Pendaftaran Penduduk. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk pada Juni 2005 diperkirakan sebesar 12,3 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan tahun 2005 meningkat menjadi 172 jiwa per km². Adapun Pemerintahan Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Pemerintahan Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara NO NAMA KABUPATEN 1. Kabupaten Batu Bara 2. Kabupaten Humbang Hasundutan 3. Kabupaten Asahan 4. Kabupaten Dairi 5. Kabupaten Tapanuli Tengah 6. Kabupaten Toba Samosir 7. Kabupaten Pakphak Barat 8. KabupatenTapanuli Utara 9. Kabupaten Nias Selatan 10. Kabupaten Deli Serdang Universitas Sumatera Utara 11. Kabupaten Karo 12. Kabupaten Serdang Bedagai 13. Kabupaten Samosir 14. Kabupaten Nias 15. Kabupaten Labuhan Batu 16. Kabupaten Mandailing Natal 17. Kabupaten Langkat 18. Kabupaten Tapanuli Selatan 19. Kabupaten Simalungun 20. Kabupaten Nias Utara 21. Kabupaten Padang Lawas 22. Kabupaten Padang Lawas Utara 23. Kabupaten Labuhan Batu Selatan 24. Kabupaten Labuhan Batu Utara 25. Kabupaten Nias Utara Sumber: www.sumutprov.go.id , 2011 www.djpk.depkeu.go.id , 2011 Badan Pusat Satatistik Provinsi Sumatera Utara, 2011 Sedangkan untuk daerah yang merupakan Pemerintahan Kota di Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 8 Pemerintahan Kota. Adapun yang termasuk dalam Pemerintahan Kota di Provinsi Sumatera Utara, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Pemerintahan Kota di Provinsi Sumatera Utara NO NAMA KOTA 1. Kota Binjai 2. Kota Medan 3. Kota Pematangsiantar 4. Kota Sibolga 5. Kota Tanjung Balai 6. Kota Tebing Tinggi 7. Kota Padang Sidempuan 8. Kota Gunung Sitoli Sumber: www.sumutprov.go.id , 2011 www.djpk.depkeu.go.id , 2011 Badan Pusat Satatistik Provinsi Sumatera Utara, 2011 Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

2. Data Penelitian

b. Gambaran Umum Wilayah Sumatera Utara

Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1° - 4° Lintang Utara dan 98°- 100° Bujur Timur atau terbesar ketujuh dari luas wilayah Republik Indonesia. Batas wilayah Sumatera Utara sebagai berikut: Utara : berbatasan dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. Selatan : berbatasan dengan Sumatera Barat dan Riau. Barat : berbatasan dengan Samudera Hindia. Timur : berbatasan dengan Selat Malaka. Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas 3 kelompok wilayah yaitu: 4 Pantai Barat Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Nias 5 Dataran Tinggi Tapanuli Utara, Simalungun, Pematangsiantar, Karo, dan Dairi 6 Pantai Timur Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan Batu Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatera sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pada tahun 1950, Provinsi Sumatera Utara dibentuk meliputi sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan menjadi Daerah Otonom dari Provinsi Sumatera Utara. Luas daratan propinsi Sumatera Utara adalah 71.680 Universitas Sumatera Utara km² dibagi kepada 25 kabupaten, 8 kota, 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahandesa. Sumatera Utara merupakan propinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku seperti Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minangkabau, Jawa dan menganut berbagai agama seperti Islam, Kristen, Buddha, Hindu dan berbagai aliran kepercayaan lainnya. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk SP 2000, penduduk Propinsi Sumatera Utara berjumlah 11,5 juta jiwa seperlima dari 203,5 juta jiwa penduduk Indonesia dengan pertumbuhan 1,20 per tahun sejak tahun 1990. Jumlah tersebut bertambah menjadi sekitar 11,9 juta jiwa pada tahun 2003 berdasarkan Hasil Sementara Pendaftaran Pemilih dan Pendaftaran Penduduk. Selanjutnya dari hasil estimasi jumlah penduduk pada Juni 2005 diperkirakan sebesar 12,3 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan tahun 2005 meningkat menjadi 172 jiwa per km². Adapun Pemerintahan Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Pemerintahan Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara NO NAMA KABUPATEN 1. Kabupaten Batu Bara 2. Kabupaten Humbang Hasundutan 3. Kabupaten Asahan 4. Kabupaten Dairi 5. Kabupaten Tapanuli Tengah 6. Kabupaten Toba Samosir 7. Kabupaten Pakphak Barat 8. KabupatenTapanuli Utara 9. Kabupaten Nias Selatan 10. Kabupaten Deli Serdang Universitas Sumatera Utara 11. Kabupaten Karo 12. Kabupaten Serdang Bedagai 13. Kabupaten Samosir 14. Kabupaten Nias 15. Kabupaten Labuhan Batu 16. Kabupaten Mandailing Natal 17. Kabupaten Langkat 18. Kabupaten Tapanuli Selatan 19. Kabupaten Simalungun 20. Kabupaten Nias Utara 21. Kabupaten Padang Lawas 22. Kabupaten Padang Lawas Utara 23. Kabupaten Labuhan Batu Selatan 24. Kabupaten Labuhan Batu Utara 25. Kabupaten Nias Utara Sumber: www.sumutprov.go.id , 2011 www.djpk.depkeu.go.id , 2011 Badan Pusat Satatistik Provinsi Sumatera Utara, 2011 Sedangkan untuk daerah yang merupakan Pemerintahan Kota di Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 8 Pemerintahan Kota. Adapun yang termasuk dalam Pemerintahan Kota di Provinsi Sumatera Utara, dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Pemerintahan Kota di Provinsi Sumatera Utara NO NAMA KOTA 1. Kota Binjai 2. Kota Medan 3. Kota Pematangsiantar 4. Kota Sibolga 5. Kota Tanjung Balai 6. Kota Tebing Tinggi 7. Kota Padang Sidempuan 8. Kota Gunung Sitoli Sumber: www.sumutprov.go.id , 2011 www.djpk.depkeu.go.id , 2011 Badan Pusat Satatistik Provinsi Sumatera Utara, 2011 Universitas Sumatera Utara

c. Data Kemandirian Keuangan Daerah

Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah dapat diukur dengan membandingkan Realisasi Pendapatan Asli Daerah dengan Total Realisasi Belanja Daerah. Berikut hasil perhitungan kemandirian keuangan daaerah Pemerintah KabupatenKota di Propinsi Sumatera Utara yang menjadi sampel. Tabel 4.3 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Tahun 2007-2008 dalam persen No. KabupatenKota Rasio Kemandirian Keuangan Daerah 2007 2008 1. Kab. Dairi 2.37 2.45 2. Kab. Deli Serdang 7.71 8.43 3. Kab. Tanah Karo 4.06 5.97 4. Kab. Labuhan Batu 5.58 5.21 5. Kab. Nias 4.42 4.88 6. Kab. Simalungun 4.27 3.19 7. Kab. Tapanuli Selatan 3.26 3.01 8. Kab. Tapanuli Tengah 2.83 2.67 9. Kab. Toba Samosir 2.07 2.63 10. Kota Binjai 2.96 3.52 11. Kota Medan 22.44 26.49 12. Kota P. Siantar 4.92 5.22 13. Kota Sibolga 3.76 3.84 14. Kota Tanjung Balai 4.65 3.72 15. Kota Tebing Tinggi 5.44 5.74 16. Kota P. Sidempuan 2.70 2.60 17. Kab. Nias Selatan 2.28 3.31 18. Kab. Humbang Hasundutan 4.64 2.42 19. Kab. Serdang Bedagai 2.23 4.32 20. Kab. Samosir 5.89 2.66 Sumber data: Data yang diolah Peneliti, 2011 Tabel di atas menunjukkan rasio kemandirian setiap KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara selama Tahun 2007 sampai dengan 2008. Pada tahun 2007, rasio kemandirian keuangan daerah tertinggi dimiliki oleh Kota Medan sebesar 22,44, sedangkan rasio kemandirian keuangan daerah terendah dimiliki Universitas Sumatera Utara oleh Kabupaten Toba Samosir yaitu sebesar 2,07. Pada tahun 2008, rasio kemandirian keuangan daerah tertinggi dimiliki oleh Kota Medan sebesar 26.49, sedangkan rasio kemandirian keuangan daerah terendah dimiliki oleh Kabupaten Humbang Hasundutan yaitu sebesar 2,42.

d. Data Rasio Efektivitas PAD

Tabel 4.4 Rasio Efektivitas PAD Tahun 2007-2008 dalam persen No. KabupatenKota Rasio Efektivitas PAD 2007 2008 1. Kab. Dairi 2.18 2.45 2. Kab. Deli Serdang 7.49 8.30 3. Kab. Tanah Karo 3.80 5.43 4. Kab. Labuhan Batu 5.55 4.67 5. Kab. Nias 4.56 4.87 6. Kab. Simalungun 3.94 3.47 7. Kab. Tapanuli Selatan 3.08 3.07 8. Kab. Tapanuli Tengah 2.87 2.66 9. Kab. Toba Samosir 2.14 2.76 10. Kota Binjai 3.03 3.64 11. Kota Medan 19.02 21.67 12. Kota P. Siantar 4.95 5.10 13. Kota Sibolga 3.81 4.02 14. Kota Tanjung Balai 4.46 3.82 15. Kota Tebing Tinggi 5.61 5.97 16. Kota P. Sidempuan 2.71 2.61 17. Kab. Nias Selatan 1.97 2.96 18. Kab. Humbang Hasundutan 4.65 2.46 19. Kab. Serdang Bedagai 2.16 4.05 20. Kab. Samosir 4.46 2.84 Sumber data: Data yang diolah Peneliti, 2011 Tabel di atas menunjukkan rasio efektivitas PAD setiap KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara selama Tahun 2007 sampai dengan 2008. Pada tahun 2007, rasio efektivitas PAD tertinggi dimiliki oleh Kota Medan sebesar 19,02, sedangkan rasio efektivitas PAD terendah dimiliki oleh Kabupaten Nias Selatan yaitu sebesar 1,97. Pada tahun 2008, rasio efektivitas PAD tertinggi dimiliki Universitas Sumatera Utara oleh Kota Medan sebesar 21,67, sedangkan rasio efektivitas PAD terendah dimiliki oleh Kabupaten Dairi yaitu sebesar 2.45.

e. Data Rasio Dana Bagi Hasil DBH

Tabel 4.5 Rasio DBH Tahun 2007-2008 dalam persen No. KabupatenKota Rasio DBH 2007 2008 1. Kab. Dairi 6.63 5.68 2. Kab. Deli Serdang 9.07 9.09 3. Kab. Tanah Karo 3.80 5.28 4. Kab. Labuhan Batu 17.71 13.14 5. Kab. Nias 4.90 4.34 6. Kab. Simalungun 7.87 6.91 7. Kab. Tapanuli Selatan 8.03 7.93 8. Kab. Tapanuli Tengah 7.01 5.45 9. Kab. Toba Samosir 6.19 4.87 10. Kota Binjai 12.73 10.18 11. Kota Medan 14.52 15.90 12. Kota P. Siantar 5.93 6.22 13. Kota Sibolga 7.39 7.59 14. Kota Tanjung Balai 6.95 5.70 15. Kota Tebing Tinggi 7.78 7.08 16. Kota P. Sidempuan 7.95 6.74 17. Kab. Nias Selatan 7.84 2.99 18. Kab. Humbang Hasundutan 8.37 7.26 19. Kab. Serdang Bedagai 9.08 8.71 20. Kab. Samosir 6.30 7.56 Sumber data: Data yang diolah Peneliti, 2011 Tabel di atas menunjukkan rasio DBH setiap KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara selama Tahun 2007 sampai dengan 2008. Pada tahun 2007, rasio DBH tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Labuhan Batu sebesar 17.71, sedangkan rasio DBH terendah dimiliki oleh Kabupaten Tanah Karo yaitu sebesar 3.80. Pada tahun 2008, rasio DBH tertinggi dimiliki oleh Kota Medan sebesar 15.90, sedangkan rasio DBH terendah dimiliki oleh Kabupaten Nias Selatan yaitu sebesar 2.99. Universitas Sumatera Utara

f. Data Rasio Dana Alokasi Umum DAU

Tabel 4.6 Rasio DAU Tahun 2007-2008 dalam persen No. KabupatenKota Rasio DAU 2007 2008 1. Kab. Dairi 75.55 70.14 2. Kab. Deli Serdang 69.20 66.08 3. Kab. Tanah Karo 72.37 76.06 4. Kab. Labuhan Batu 70.31 67.89 5. Kab. Nias 71.83 72.71 6. Kab. Simalungun 73.27 73.32 7. Kab. Tapanuli Selatan 71.07 69.31 8. Kab. Tapanuli Tengah 70.58 68.80 9. Kab. Toba Samosir 69.79 66.12 10. Kota Binjai 73.44 72.75 11. Kota Medan 45.56 45.21 12. Kota P. Siantar 73.40 69.17 13. Kota Sibolga 74.69 72.15 14. Kota Tanjung Balai 75.31 67.96 15. Kota Tebing Tinggi 73.17 70.03 16. Kota P. Sidempuan 67.77 69.57 17. Kab. Nias Selatan 76.71 72.93 18. Kab. Humbang Hasundutan 68.70 68.70 19. Kab. Serdang Bedagai 72.31 71.50 20. Kab. Samosir 68.01 67.01 Sumber data: Data yang diolah Peneliti, 2011 Tabel di atas menunjukkan rasio DAU setiap KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara selama Tahun 2007 sampai dengan 2008. Pada tahun 2007, rasio DAU tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Nias Selatan sebesar 76.71, sedangkan rasio DAU terendah dimiliki oleh Kota Medan yaitu sebesar 45.56. Pada tahun 2008, rasio DAU tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Tanah Karo sebesar 76.06, sedangkan rasio DAU terendah dimiliki oleh Kota Medam yaitu sebesar 45.21. Universitas Sumatera Utara

g. Data Rasio Dana Alokasi Khusus DAK

Tabel 4.7 Rasio DAK Tahun 2007-2008 dalam persen No. KabupatenKota Rasio DAK 2007 2008 1. Kab. Dairi 11.63 11.85 2. Kab. Deli Serdang 5.59 7.18 3. Kab. Tanah Karo 9.28 10.14 4. Kab. Labuhan Batu 1.39 2.69 5. Kab. Nias 12.91 12.87 6. Kab. Simalungun 7.40 9.10 7. Kab. Tapanuli Selatan 9.46 8.74 8. Kab. Tapanuli Tengah 10.27 11.33 9. Kab. Toba Samosir 15.86 13.76 10. Kota Binjai 6.47 7.47 11. Kota Medan 0.52 1.24 12. Kota P. Siantar 6.66 6.60 13. Kota Sibolga 10.15 12.05 14. Kota Tanjung Balai 6.19 8.49 15. Kota Tebing Tinggi 8.92 9.83 16. Kota P. Sidempuan 7.67 8.03 17. Kab. Nias Selatan 10.79 14.37 18. Kab. Humbang Hasundutan 10.04 11.00 19. Kab. Serdang Bedagai 8.19 9.10 20. Kab. Samosir 16.09 17.01 Sumber data: Data yang diolah Peneliti, 2011 Tabel di atas menunjukkan rasio DAK setiap KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara selama Tahun 2007 sampai dengan 2008. Pada tahun 2007, rasio DAK tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Samosir sebesar 16.09, sedangkan rasio DAK terendah dimiliki oleh Kota Medan yaitu sebesar 0.52. Pada tahun 2008, rasio DAK tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Samosir sebesar 17.01, sedangkan rasio DAK terendah dimiliki oleh Kota Medam yaitu sebesar 1.24. Universitas Sumatera Utara

3. Statistik Deskriptif

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

3 155 93

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Luas Wilayah terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 85 80

Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau

12 97 86

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah pada Pemda di Provinsi Sumatera Utara

1 43 73

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Tingkat Kemandirian Pemerintahan Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara

4 37 108

Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Lain-lain Pendapatan terhadap Belanja Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara)

1 39 84

Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara

4 59 87

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Tahun 2009-2012

1 17 161

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Belanja Modal pada Kota di Pulau Sumatera

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah - Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada

0 0 11