p.c d.p.c
Tabel 4.4. Nilai Rata-Rata Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E pada Masing-Masing Stasiun Penelitian dan
Kedalaman
Stasiun Kedalaman
1 2
3 p
b.p.c d.b.p.c
H 2.48 2.62 2.92 2,71 2,60 2,67
E 0.84 0.82 0.78 0,84 0,56 0,79
Keterangan: Stasiun 1: Daerah Mangrove
Stasiun 2: Daerah Pelabuhan dan Pemukiman Stasiun 3: Mulut Muara
Permukaan p: 0 Meter Batas Penetrasi Cahaya b.p.c: St. 1: 0,5 Meter, St. 2: 1,2 Meter, St.3: 1,5 Meter
Dibawah Batas Penetrasi Cahaya d.b.p.c: St.1: 0,5 Meter, St.2: 1,2 Meter, St.3: 1,5 Meter
Indeks Keanekaragaman tertinggi pada masing-masing kedalaman terdapat pada kedalaman 0 meter permukaan yaitu sebesar 2,71. Edward 1995
menyatakan bahwa kecerahan yang baik untuk kehidupan biota adalah jumlah cahaya yang masuk tidak terlalu besar, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan
seimbang dan jumlah fitoplanton memadai untuk kehidupan semua biota perairan. Sedangkan indeks keanekaragaman terendah terdapat pada kedalaman batas
penetrasi cahaya sebesar 2.60, hal ini disebabkan oleh pengaruh intensitas cahaya yang masuk kebadan perairan.
Analisis varian antar stasiun Lampiran 11, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata keanekaragaman dan kelimpahan plankton antar stasiun.
Keadaan ini terjadi karena sifat fisika-kimia antara lain: suhu, intensitas cahaya, penetrasi cahaya, pH, DO, BOD
5
, COD, nitrogen, fosfat, dan salinitas, pada setiap stasiun penelitian memiliki banyak persamaan Tabel 4.6.
Hasil analisis varian antar kedalaman Lampiran 11, menunjukkan ada perbedaan yang nyata keanekaragaman dan kelimpahan plankton antar
kedalaman. Dapat dilihat kelimpahan plankton pada kedalaman 0 meter
Universitas Sumatera Utara
permukaan berbeda nyata dengan kedalaman dibawah batas penetrasi cahaya, sedangkan kedalaman 0 meter permukaan dengan kedalaman batas penetrasi
cahaya beda tidak nyata, demikian juga halnya kedalaman batas penetrasi cahaya dengan kedalaman dibawah batas penetrasi cahaya beda tidak nyata.
Menurut Krebs 1985, keanekaragaman rendah bila 0H’2,30, keanekaragaman sedang bila 2,302H’6,907 keanekaragaman tinggi bila
H’6,907. Berdasarkan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah muara Sungai Asahan mempunyai tingkat keanekaragaman plankton yang sedang. Barus
2004, suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing
spesies yang relatif merata. Dengan kata lain bahwa apabila suatu komunitas hanya terdiri dari sedikit spesies dengan jumlah individu yang tidak merata, maka
komunitas tersebut mempunyai keanekaragaman yang rendah. Menurut Begon et al 1986, nilai diversitas berdasarkan indeks Shannon-Wiener dihubungkan
dengan tingkat pencemaran yaitu apabila H’1 tercemar berat, apabila nilai 1 H3 tercemar sedang dan apabila nilai H3 tidak tercemarbersih. Dari kategori
diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa seluruh stasiun penelitian termasuk mengalami pencemaran pada tingkat tercemar sedang.
Indeks rata-rata keseragaman tertinggi pada masing-masing stasiun terdapat pada Stasiun 1 sebesar 0,844. Dan indeks rata-rata keseragaman tertinggi
unutuk masing-masing kedalaman terdapat pada kedalaman 0 meter permukaan yaitu sebesar 0,844, karena penyebaran plankton merata dan tidak ada spesies
yang mendominasi. Sedangkan indeks keseragaman yang terendah pada masing-
Universitas Sumatera Utara
masing stasiun terdapat pada Stasiun 3 sebesar 0,78, dan pada masing-masing kedalaman terdapat pada kedalaman batas penetrasi cahaya sebesar 0,562.
Menurut Suin 2002 bahwa pola penyebaran plankton di dalam air tidak sama pada kedalaman yang berbeda. Tidak samanya penyebaran plankton dalam badan
air disebabkan oleh adanya perbedaan suhu, kadar oksigen, intensitas cahaya dan faktor-faktor lainnya di kedalaman air yang berbeda. Hal ini disebabkan pada
kedalaman di bawah batas penetrasi cahaya nilai rata-rata dari oksigen terlarut 5,66 mgl, salinitas 23,1
00
dan fosfat 0,358 mgl cukup tinggi Tabel 4.6 dan berdasarkan hasil analisis korelasi ternyata oksigen terlarut +0,709, salinitas
+0,798 dan fosfor +0,999 terlarut berkorelasi positip atau searah Tabel 4.7, sehingga menyebabkan keanekaragaman dan kelimpahan plankton menjadi tinggi
pada kedalaman dibawah batas penetrasi cahaya. Sedangkan pada kedalaman 0 meter permukaan nilai rata-rata oksigen terlarut 5,66
mgl, salinitas 19,031
00
dan Fosfor 0,10 mgl, juga cukup tinggi Tabel 4.6, namun lebih rendah, tetapi berdasarkan analisis korelasi ternyata masih berkorelasi searah Tabel 4.7.
Menurut Krebs, 1985 apabila indeks keseragaman mendekati 0 maka semakin kecil keseragaman suatu populasi dan penyebaran individu setiap genus
tidak sama, serta ada kecenderungan suatu genus mendominasi pada populasi tersebut. Sebaliknya semakin mendekati nilai 1 maka populasi plankton
menunjukkan keseragaman jumlah individunya merata. Jika dihubungkan dengan hasil perhitungan Analisis Korelasi Pearson,
korelasi antara faktor fisika-kimia perairan terhadap keseragaman plankton antar stasiun dan antar kedalaman, ternyata bahwa; fosfat, pH, penetrasi cahaya,
Universitas Sumatera Utara
intensitas cahaya, TDS, DO, suhu, dan salinitas berkorelasi searah Tabel 4.7. Sedangkan rata-rata keseragaman antar stasiun yaitu stasiun 1 = 0,84, stasiun 2 =
0,82, stasiun 3 = 0,78 dan antar kedalaman yaitu kedalaman 0 meter permukaan = 0,84, kedalaman batas penetrasi cahaya = 0,56, kedalaman di bawah batas
penetrasi cahaya = 0,79 Tabel 4.4, artinya mendekati nilai 1. Dalam hal ini faktor fisika-kimia antar stasiun dan antar kedalaman hampir sama, akibatnya
kondisi perairan menjadi hampir sama dan plankton yang hidup di dalam juga menjadi hampir sama, dalam arti keseragaman tinggi.