dilengkapi dengan skala. Dengan menggunakan alat ini nilai salinitas air dapat diukur dengan mudah, cepat dan tepat.
Uraian yang lebih ringkas mengenai parameter fisika-kimia yang diukur pada penelitian dan alat ukur serta lokasinya disajikan pada Tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1. Parameter Fisika-Kimia, Satuan, Alat dan Tempat Pengukuran Paremeter Satuan
Metode Pengukuran Lokasi
Suhu C
Termometer air raksa Insitu TDS
mgl Skala 0-50
C Exsitu lab
kimia TSS
mgl Timbangan Elektronik
Exsitu lab kimia
Penetrasi cahaya cm
Keping Sechii Insitu
FISIKA
Intesitas cahaya Candela Lux meter
Insitu pH
- pH meter
Insitu DO
mgl Metode Winkler
Insitu BOD
5
mgl Metode
Winkler Insituexsitu
COD mgl
Metode Reflax Insituexsitu
PO
4
mgl Spektofotometri Exsitu lab
kimia NO
3
mgl Spektofotometri Exsitu lab
kimia KIMIA
Salinitas
00
Spektofotometri Exsitu lab
kimia Organik Substrat
Oven dan Tanur EExsitu lab
kimia
3.6 Identifikasi Plankton
Sampel plankton yang diperoleh dari lapangan selanjutnya dibawa ke Laboratorium Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Departemen
Biologi FMIPA USU Medan untuk diamati dengan Sedgewich-Rafter di bawah mikroskop. Pemeriksaan dan identifikasi dengan mengacu pada buku identifikasi
Edmondson 1963, Bold dan Wynne 1985, Pennak 1978, Streble dan Krauter 1980.
Universitas Sumatera Utara
3.7 Analisis Data
Data plankton yang diperoleh pada penelitian ini, selanjutnya akan dihitung nilai keanekaragamannya, nilai kelimpahannya, kelimpahan relatif, frekuensi
kehadiran, indeks diversitas Shannon-Wiener, indeks ekuitabilitas, indeks kesamaaan similaritas, analisis korelasi dan analisis varian.
1. Kelimpahan Plankton
Untuk mendapatkan data atau kepadatan plankton digunakan alat Haemocytometer atau sedgewick-raffer, dihitung jumlah individu per liter air
dengan menggunakan rumus modivikasi Isnansetyo dan Kurniatuty 1995.
N =
Dimana : N = Jumlah plankton per liter
T = Luas penampung permukaan Sedgewich-raftermm
2
L = Luas satu lapang pandang mm
2
P = Jumlah pankter yang dicacah
p = Jumlah lapang yang diamati
V = Volume konsentrasi plankton pada bucket ml v
= Volume konsentrat di bawah gelas penutup ml W = Volume air media yang disaring dengan plankton net l
Karena sebagian unsur-unsur yang disebut diatas telah diketahui antara lain yaitu T = 196 mm
2
dan V = 0.196 ml atau 19.6 mm
2
, sehingga rumusnya menjadi:
Universitas Sumatera Utara
N
= 2.
Kelimpahan Relatif KR Kelimpahan Relatif KR dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
KR = Dimana
: ni = Kelimpahan individu
∑ N = Total kelimpahan individu seluruh jenis Suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai perkembangan suatu organisme, apabila
KR 10 Barus, 2004. 3.
Frekuensi Kehadiran FK Frekuensi Kehadiran FK dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
FK = Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu
spesies dalam sampling plot yang ditentukan. Apabila FK = 0 - 25 kehadiran sangat jarang
= 25 - 50 kehadiran jarang = 50 - 75 kehadiran sedang
= 75 - 100 kehadiran absolut
Suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme
apabila nilai FK 25. 4.
Indeks Diversitas Shannon-Wiener H
’
Universitas Sumatera Utara
Keanekaragaman spesies atau indeks Diversitas Shannon-Wiener merupakan karakteristik yang unik dari tingkat komunitas dalam organisasi
biologi yang diekspresikan melalui struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies tinggi apabila terdapat banyak
spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies relatif merata. Indeks keanekaragaman pada umumnya dihitung dengan menggunakan indeks
keanekaragaman Shannon - Wiener dengan rumus Suin, 2002 H
’
= - ∑pi ln pi
Dimana :
H
’
= Indeks Shannon-Wiener Pi = Perbandingan jumlah individu suatu jenis dengan
keseluruhan jenis ∑ niN.
Ln = Logaritma natural Nilai indeks keanekaragaman sangat dipengaruhi oleh faktor jumlah spesies,
jumlah individu dan penyebaran individu pada masing-masing spesies. Klasifikasi pencemaran berdasarkan nilai indeks diversitas Shannon-Wiener ditunjukkan pada
Tabel 3.2.
Table 3.2. Klassifikasi Tingkat Pencemaran Berdasarkan Indeks Shannon- Wiener
No.
Derajat Pencemaran Indeks Diversitas H
1 Tidak tercemar
2,0 2
Tercemar ringan 1,6 – 2,0
3 Tercemar sedang
1,0 – 1,6 4
Tercemar beratparah 1,0
5. Indeks Ekuitabilitas E
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui sebaran ataupun distribusi kelimpahan antar takson dalam komunitas dilakukan uji indeks ekuitabilitas yang disebut juga sebagai
indeks keseragaman. Indeks Ekuitabilitas E dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Indeks Keseragaman E = Dimana :
H
’
= Indeks Diversitas Shannon-Wienner H
maks
= Indeks diversitas maksimum = ln S dimana S banyaknya spesies dengan nilai E berkisar antara 0-1 Michael, 1984.
Dengan kriteria: 0 E 0,4 Keseragaman rendah
0,4 E 0,6 Keseragaman sedang E 0,6 Keseragaman tinggi
6. Indeks Kesamaan Similaritas
Indeks Kesamaan Similaritas digunakan untuk mengetahui berapa besar kesamaan komposisi plankton antar stasiun pengamatan. Indeks kesamaan dicari
dengan menggunakan rumus indeks similaritas menurut Sorensen Brower et al, 1990.
Indeks Similaritas IS = Dimana :
a = Jumlah takson yang sama-sama hadir pada 2 stasiun pengamatan yang dibandingkan.
S1 = Jumlah takson yang hadir pada stasiun A, tetapi tidak pada stasiun B
Universitas Sumatera Utara
S2 = Jumlah takson yang hadir pada stasiun B, tetapi tidak pada stasiun A. Berdasarkan aturan 50 oleh Kendeigh 1980, menyatakan bila indeks
kesamaan dari 2 komunitas yang dibandingkan lebih besar dari 50, maka kedua komunitas yang dibandingkan tersebut dapat dianggap 1 komunitas bukan
menjadi 2 komunitas yang berbeda, atau dengan kata lain 2 komunitas dikatakan berbeda nyata bila indeks kesamaannya lebih kecil dari 50 atau indeks
keanekaragamannya lebih besar dari 50. 7.
Analisis Varian Analisis varian digunakan untuk mengetahui adanya perbedaaan yang
signifikan dari keanekaragaman dan kelimpahan plankton antar stasiun dan antar kedalaman, dengan melihat pengaruh sifat fisika-kimia perairan terhadap
keanekaragaman dan kelimpahan plankton. 8.
Analisis Korelasi Pearson Analisis korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui adanya korelasi,
hubungan atau pengaruh faktor fisika-kimia perairan terhadap nilai indeks keanekaragaman dan kelimpahan plankton. Analisis varian dan analisis korelasi
Pearson dihitung dengan menggunakan program komputer SPSS ver. 17.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Plankton
Hasil identifikasi terhadap plankton yang didapat pada setiap stasiun penelitian diperoleh klasifikasi plankton seperti dicantumkan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1. Plankton yang Ditemukan pada Setiap Stasiun Penelitian
Kelompok
Kelas No
Famili No
Genus
1. Achnanthaceae 1. Achnanthes 2.
Biddulphia 2. Biddulphia
3. Triceratium
3. Chaetoceraceae 4. Chaetoceros 4. Corethronaceae 5. Thalassiosira
6. Actinocyclus
7. Arachnoidiscus
8. Coscinodiscus
5. Coscinodiscaceae
9. Stephanodiscus
6. Cymbellaceae 10.
Cymbella 7. Epithemaceae
11. Denticula
12. Asterionella
13. Diatoma
14. Fragilaria
15. Plagiogramma
16. Tabellaria
17. Thalassionema
8. Fragilariaceae
18. Thalassiothrix
19. Amphiprora
20. Cocconeis
21. Diatomella
22. Diploneis
23. Gyrogsima
24. Navicula
25. Pinnularia
10. Naviculaceae
26. Pleurosigma
27. Amphora
28. Bellerochea
29. Ditylum
11. Nitzschiaceae 30.
Nitzchia 12. Rhizosoleniaceae 31. Rhizosolenia
13. Skeletonemaceae 32. Skeletonema
Bacillariophyceae
14. Surirellaceae 33. Surirella
15. Cladophoraceae 34. Rizoclonium
35. Closterium
FITOPLANKTON
Chlorophyceae
16. Desmidiaceae 36.
Staurastrum
Universitas Sumatera Utara