b. p. c No 100 9102.041 16.642 100 11836.73

Stasiun 2 dan 3 Tabel 4.6. Genus yang hanya dijumpai pada Stasiun 2 yaitu genus Cocconeis, Ditylum dan Spirogira. Hal ini desebabkan karena genus ini yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan perairan; BOD 5 1,80 mgl dan COD 54,4 mgl yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Stasiun 1 dan 3 Tabel 4.6. Dan ada sebanyak 31 genus yang hanya dijumpai pada Stasiun 3 Tabel 4.2. Hal ini desebabkan karena genus-genus ini yang dapat beradaptasi dengan kondisi perairan; COD 25.6 mgl yang lebih rendah dan salinitas 26,8‰ yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Stasiun 1 dan 2 Tabel 4.6. Perhitungan nilai kelimpahan, kelimpahan relatif dan frekuensi kehadiran antar kedalaman dicantumkan pada Tabel 4.3. Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa kelimpahan, kelimpahan relatif dan frekuensi kehadiran tertinggi terdapat pada genus Coscinodiscus. Pada kedalaman 0 meter permukaan nilai kelimpahan, kelimpahan relatif, dan frekuensi kehadiran sebesar 4938,776 individul, 17,587, dan 100. Pada kedalaman batas penetrasi cahaya sebesar 9102,041 individul, 16,642, dan 100. Pada kedalaman dibawah batas penetrasi cahaya sebesar 11836,735 individul, 15,978, dan 100. Tabel 4.3. Nilai Kelimpahan Plankton individul, Kelimpahan Relatif dan Frekuensi Kehadiran yang Didapatkan Pada Masing- masing Kedalaman Kedalaman Taksa 0 mpermukaan b.p.c

d. b. p. c No

K KR FK K KR FK K KR FK FITOPLANKTON I Bacillariophyceae A Achnanthaceae 1 Achnanthes 163.265 0.581 66.66 - - - 40.816 0.055 33.33 B Biddulphiaceae 2 Biddulphia 285.714 1.017 66.66 3102.041 5.672 66.66 2897.959 3.912 100 3 Triceratium - - - 122.449 0.224 33.33 163.265 0.220 66.66 C Chaetoceraceae 4 Chaetoceros 2081.633 7.413 100 4571.429 8.358 100 7673.469 10.38 100 D Corethronaceae 5 Thalassiosira 1061.224 3.779 33.33 612.245 1.119 33.33 938.776 1.267 33.33 E Coscinodiscaceae Universitas Sumatera Utara 6 Actinocyclus - - - 40.816 0.075 33.33 - - - 7 Arachnoidiscus 40.816 0.145 33.33 - - - - - - 8 Coscinodiscus 4938.776

17.58 100 9102.041 16.642 100 11836.73

15.98 100 9 Stephanodiscus - - - 81.633 0.149 33.33 - - - F Cymbellaceae 10 Cymbella - - - 40.816 0.075 33.33 40.816 0.055 33.333 G Epithemaceae 11 Denticula 40.816 0.145 33.33 - - - 122.449 0.165 33.33 H Fragilariaceae 12 Asterionella 816.327 2.907 66.66 1836.735 3.358 100 1673.469 2.259 100 13 Diatoma 244.898 0.872 33.33 - - - - - - 14 Fragilaria 40.816 0.145 33.33 204.082 0.373 33.33 - - - 15 Plagiogramma - - - 81.633 0.149 33.33 - - - 16 Tabellaria 204.082 0.727 66.66 40.816 0.075 33.33 81.633 0.110 33.33 17 Thalassionema 2489.796 8.866 66.66 5428.571 9.925 100 4571.429 6.171 100 18 Thalassiothrix 2244.898 7.994 66.66 4367.347 7.985 100 8285.714 11.18 100 I Naviculaceae 19 Amphiprora 81.633 0.291 33.33 - - - 40.816 0.055 33.33 20 Cocconeis - - - - - - 163.265 0.220 33.33 21 Diatomella - - - 40.816 0.075 33.33 - - - 22 Diploneis - - - - - - 40.816 0.055 33.33 23 Gyrogsima - - - 40.816 0.075 33.33 - - - 24 Navicula 244.898 0.872 66.66 122.449 0.224 33.33 285.714 0.386 66.66 25 Pinnularia 81.633 0.291 33.33 - - - - - - 26 Pleurosigma 1224.490 4.360 100 2897.959 5.299 100 5428.571 7.328 100 J Nitzschiaceae 27 Amphora 612.245 2.180 100 244.898 0.448 66.66 - - - 28 Bellerochea 81.633 0.291 33.33 - - - - - - 29 Ditylum - - - 81.633 0.149 33.33 - - - 30 Nitzchia 571.429 2.035 33.33 40.816 0.075 33.33 653.061 0.882 66.66 K Rhizosoleniaceae 31 Rhizosolenia 285.714 1.017 33.33 448.980 0.821 100 938.776 1.267 100 L Skeletonemaceae 32 Skeletonema 530.612 1.890 33.33 408.163 0.746 66.66 1918.367 2.590 100 M Surirellaceae 33 Surirella 81.633 0.291 66.66 - - - - - - II Chlorophyceae O Cladophoraceae 34 Rizoclonium - - - 326.531 0.597 66.66 - - - P Desmidiaceae 35 Closterium 163.265 0.581 66.66 326.531 0.597 66.66 285.714 0.386 33.33 36 Staurastrum - - - 40.816 0.075 33.33 - - - 37 Penium - - - 40.816 0.075 33.33 - - - Q Halosphaeraceae - 38 Dislephanus 816.327 2.907 66.66 1265.306 2.313 66.66 3755.102 5.069 66.66 R Hydrodictyaceae 39 Pediastrum - - - 40.816 0.075 33.33 81.633 0.110 33.33 S Mesotaeniaceae 40 Cylindrocystis 81.633 0.291 33.33 - - - - - - T Microsporaceae 41 Microspora - - - 40.816 0.075 33.33 - - - U Oocystaceae 42 Chadotella - - 81.633 0.149 33.33 - - - 43 Closteriopsis 204.082 0.727 33.33 - - - - - - 44 Tetraedron 40.816 0.145 33.33 122.449 0.224 33.33 - - - V Protococcaceae 45 Protococcus 40.816 0.145 33.33 81.633 0.149 33.33 - - - W Scenedesmaceae - 46 Scenedesmus - - - 81.633 0.149 33.33 40.816 0.055 33.33 X Schizogoniaceae 47 Schizogonium 285.714 1.017 66.66 285.714 0.522 66.66 448.980 0.606 100 Y Sphaeropleaceae 48 Sphaeroplea 285.714 1.017 66.66 489.796 0.896 100 816.327 1.102 100 Z Ulothrichascaceae 49 Binuclearia 81.633 0.291 33.33 - - - - - - 50 Ulothrix 367.347 1.308 66.66 1346.939 2.463 100 734.694 0.992 33.33 A’ Zygnemataceae 51 Spyrogira - - - - - - 81.633 0.110 33.33 III Chrysophyceae Universitas Sumatera Utara B’ Chrysocapsaceae 52 Phaeoplaca 734.694 2.616 66.66 204.082 0.373 33.33 244.898 0.331 66.66 C’ Malmonadaceae 53 Chrysosphaerella 244.898 0.872 66.66 - - - 448.980 0.606 66.66 IV Myxophyceae D’ Oscilatoriaceae 54 Oscilatoria 40.816 0.145 33.33 - - - - - - V Xanthophyceae E’ Chlorosaccaceae 55 Chlorobotrys - - - - - - 1346.939 1.818 66.66 F’ Pleurochloridaceae - - 56 Goniochloris 81.633 0.291 33.33 - - - 244.898 0.331 66.66 G’ Tribonemataceae 57 Tribonema - - - 81.633 0.149 33.33 - - - ZOOPLANKTON VI Ciliophora H’ Lichomolgidae 1 Pachysoma - - - 40.816 0.075 33.33 - - - I’ Rhabdonellidae 2 Rhabdonella - - - - - - 81.633 0.110 33.33 VII Cladocera J’ Bosminidae 3 Bosmina 244.898 0.872 33.33 - - - 122.449 0.165 33.33 VIII Copepoda K’ Calanoidae 4 Nauplius 285.714 1.017 66.66 775.510 1.418 100 775.510 1.047 100 IX Crustaceae L’ Acartiidae 5 Acartia 1102.041 3.924 66.66 2775.510 5.075 100 2122.449 2.865 100 M’ Cyclopidae 6 Cyclops 489.796 1.744 66.66 2530.612 4.627 100 1020.408 1.377 66.66 7 Diacyclops 448.980 1.599 33.33 938.776 1.716 66.66 979.592 1.322 100 8 Eucyclops 1183.673 4.215 66.66 3877.551 7.090 66.66 4530.612 6.116 66.66 9 Macrocyclops 122.449 0.436 33.33 - - - 1469.388 1.983 33.33 10 Megacyclops - - - 653.061 1.194 66.66 1061.224 1.433 100 11 Merocyclops 81.633 0.291 33.33 - - - - - - 12 Paracyclops 326.531 1.163 66.66 285.714 0.522 66.66 2857.143 3.857 66.66 N’ Diaptomidae 13 Diaptomus 40.816 0.145 33.33 489.796 0.896 100 816.327 1.102 33.33 14 Eudiaptomus 1306.122 4.651 66.66 3265.306 5.970 100 1836.735 2.479 66.66 X Monogononta O’ Brachionidae 15 Brachionus 163.265 0.581 33.33 163.265 0.299 33.33 - - - 16 Keratella 204.082 0.727 100 - - - 81.633 0.110 33.33 X1 Ostracoda P’ Cypridae 17 Cyclocypris 81.633 0.291 33.33 - - - - - - XII Rhizopoda Q’ Microgromidae 18 Acanthocystis 81.633 0.291 33.33 - - - - - - 19 Rhaphidiophrys - - - 81.633 0.149 33.33 - - - TOTAL 28081.63 100 - 54693.88 100 - 74081.63 100 - Jumlah Taksa 52 51 45 Keterangan: Stasiun 1: Daerah Mangrove Stasiun 2: Daerah Pelabuhan dan Pemukiman Stasiun 3: Mulut Muara Permukaan p: 0 Meter Batas Penetrasi Cahaya b.p.c: St. 1: 0,5 Meter, St. 2: 1,2 Meter, St.3: 1,5 Meter Dibawah Batas Penetrasi Cahaya d.b.p.c: St.1: 0,5 Meter, St.2: 1,2 Meter, St.3: 1,5 Meter Secara keseluruhan jika dibandingkan antar kedalaman maka total kelimpahan tertinggi terdapat pada kedalaman di bawah batas penetrasi cahaya Universitas Sumatera Utara dengan nilai 74081,633 individul dan terendah pada kedalaman 0 meter permukaan dengan nilai 28081,633 individul. Berdasarkan nilai kelimpahan relatif dan frekuensi kehadiran plankton pada setiap kedalaman penelitian, maka didapat hanya genus Coscinodiscus yang dapat hidup dengan baik pada ketiga kedalaman penelitian dengan nilai kelimpahan relatif 10 dan frekuensi kehadiran 25. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Suin 2002, apabila didapat nilai kelimpahan relatif 10 dan frekuensi kehadiran 25 menunjukkan bahwa organisme tersebut dapat hidup dan berkembang biak dengan baik pada habitat tersebut. Nontji 1993 dan Wickstead 1965 dalam Nurdahlanti 2008, menyatakan bahwa keberadaan diatom umumnya sangat melimpah pada perairan muara sungai. Hal tersebut disebabkan zat hara dari daratan terbawa oleh air hujan run-off melalui sungai masuk ke muara sehingga perairan muara mengalami penyuburan. Boney 1979 dan Nontji 1993 dalam Nurdahlanti 2008, menyatakan bahwa keberadaan diatom yang melimpah umumnya terdapat di perairan sekitar upwelling dan muara sungai karena terjadinya penyuburan di kedua perairan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan tingginya kelimpahan diatom dari genus Coscinodiscus pada setiap stasiun dan kedalaman di perairan muara Sungai Asahan. Hasil identifikasi plankton antar kedalaman ternyata ada genus yang hanya dijumpai pada satu kedalaman. Genus yang hanya dijumpai pada kedalaman 0 meter permukaan ada 11 genus Tabel 4.3. Hal ini desebabkan karena genus-genus ini yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan perairan; salinitas 19‰, dan nilai BOD 5 0,8 mgl yang rendah jika Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan pada kedalaman batas penetrasi cahaya dan kedalaman di bawah batas penetrasi cahaya Tabel 4.6. Genus yang hanya dijumpai pada kedalaman batas penetrasi cahaya ada 13 genus Tabel 4.3. Hal ini desebabkan karena genus-genus ini yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan perairan; DO 5,4 mgl yang lebih rendah dan COD 54,4 mgl yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pada kedalaman 0 meter permukaan dan kedalaman di bawah batas penetrasi cahaya Tabel 4.6. Genus yang hanya dijumpai pada kedalaman di bawah batas penetrasi cahaya yaitu genus Diploneis, Spyrogira, Chlorobotrys dan Rabdonella Tabel 4.3. Hal ini desebabkan karena genus-genus ini yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan perairan; COD 25.6 mgl yang lebih rendah dan salinitas 23,1‰ yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pada kedalaman 0 meter permukaan dan kedalaman batas penetrasi cahaya Tabel 4.6. Menurut Hynes 1974 kelimpahan Ulothrix sp dan Asterionella sp cukup tinggi di perairan yang bersih atau sudah mengalami purifikasi. Kedua jenis ini merupakan indikator biologi untuk perairan yang sudah pulih dari pencemaran organic. Kehadiran kedua genus; Ulotrix 367,347 individul dan Asterionella 816.327 individul di setiap stasiun dan kedalaman menandakan perairan muara Sungai Asahan belum tercemar berat. Menurut Barus 2004, bahwa fluktuasi dari populasi plankton dipengaruhi oleh perubahan berbagai kondisi lingkungan, salah satunya adalah ketersediaan nutrisi di perairan. Unsur nutrisi berupa nitrogen dan fosfor yang terakumulasi dalam suatu perairan akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan populasi Universitas Sumatera Utara plankton. Hal ini didukung oleh nilai kandungan fosfat yang didapat pada kedalaman di bawah batas penetrasi cahaya cukup baik yaitu rata-rata sebesar 0,121 mgl Tabel 4.6, sedangkan kandungan fosfat yang optimum untuk pertumbuhan plankton berkisar 0,27-5,51 mgl. Berdasarkan hasil perhitungan analisis varian antar stasiun, ternyata kelimpahan plankton antar stasiun tidak ada perbedaan yang nyata. Sedangkan hasil perhitungan analisis varian antar kedalaman, ternyata kelimpahan plankton antar kedalaman menunjukkan perbedaan yang nyata. Dengan kata lain bahwa kelimpahan plankton antar kedalaman terdapat perbedaan yang signifikan. 4.3. Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E pada Masing-Masing Stasiun Penelitian dan Kedalaman. Nilai Indeks keanekaragaman H’ dan nilai indeks keseragaman E yang diperoleh pada masing-masing stasiun penelitian dan kedalaman dicantumkan pada Tabel 4.4. Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa indeks rata-rata keanekaragaman tertinggi untuk masing-masing stasiun didapat pada Stasiun 3 sebesar 2.92. Hal ini karena stasiun ini cocok untuk pertumbuhan plankton akibat fosfat yang tinggi yaitu sebesar 0,139 mgl Tabel 4.6, sehingga nutrisi plankton terpenuhi. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa keanekaragaman plankton memiliki korelasi yang sangat kuat dengan fosfat yaitu sebesar 0,999. Indeks rata-rata keanekaragaman terendah terdapat pada Stasiun 1 sebesar 2,48 karena merupakan daerah mangrove kontrol sehingga masukan nutrisi tidak ada dan tidak didapatkan spesies-spesies yang mendominasi. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4. Nilai Rata-Rata Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E pada Masing-Masing Stasiun Penelitian dan Kedalaman Stasiun Kedalaman 1 2 3 p b.p.c d.b.p.c H 2.48 2.62 2.92 2,71 2,60 2,67 E 0.84 0.82 0.78 0,84 0,56 0,79 Keterangan: Stasiun 1: Daerah Mangrove Stasiun 2: Daerah Pelabuhan dan Pemukiman Stasiun 3: Mulut Muara Permukaan p: 0 Meter Batas Penetrasi Cahaya b.p.c: St. 1: 0,5 Meter, St. 2: 1,2 Meter, St.3: 1,5 Meter Dibawah Batas Penetrasi Cahaya d.b.p.c: St.1: 0,5 Meter, St.2: 1,2 Meter, St.3: 1,5 Meter Indeks Keanekaragaman tertinggi pada masing-masing kedalaman terdapat pada kedalaman 0 meter permukaan yaitu sebesar 2,71. Edward 1995 menyatakan bahwa kecerahan yang baik untuk kehidupan biota adalah jumlah cahaya yang masuk tidak terlalu besar, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan seimbang dan jumlah fitoplanton memadai untuk kehidupan semua biota perairan. Sedangkan indeks keanekaragaman terendah terdapat pada kedalaman batas penetrasi cahaya sebesar 2.60, hal ini disebabkan oleh pengaruh intensitas cahaya yang masuk kebadan perairan. Analisis varian antar stasiun Lampiran 11, menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata keanekaragaman dan kelimpahan plankton antar stasiun. Keadaan ini terjadi karena sifat fisika-kimia antara lain: suhu, intensitas cahaya, penetrasi cahaya, pH, DO, BOD 5 , COD, nitrogen, fosfat, dan salinitas, pada setiap stasiun penelitian memiliki banyak persamaan Tabel 4.6. Hasil analisis varian antar kedalaman Lampiran 11, menunjukkan ada perbedaan yang nyata keanekaragaman dan kelimpahan plankton antar kedalaman. Dapat dilihat kelimpahan plankton pada kedalaman 0 meter Universitas Sumatera Utara