Hubungan Frekuensi Kontak dengan Keluhan Kesehatan

Salah satu fungsi lingkungan sungai yang utama adalah untuk pengairan lahan pertanian dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan berbagai industri, maka pencemaran air sungai telah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh manusia. Meskipun udara, tanah, dan air tidak terlepas dari masalah pencemaran, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan yang paling terancam dewasa ini adalah lingkungan perairan terutama sungai karena air sungai merupakan kebutuhan utama industri dan rumah tangga, dan pada akhirnya sebagian besar air yang telah digunakan oleh industri dan rumah tangga akan dilepaskan ke lingkungan bersama-sama dengan berbagai jenis polutan yang terkandung didalamnya.

5.3 Hubungan Frekuensi Kontak dengan Keluhan Kesehatan

Hasil uji multivariat dengan uji statistik regresi logistik ganda menunjukkan variabel frekuensi kontak yang diukur dari frekuensi kontak dengan air sungai behubungan dengan keluhan kesehatan p0,05. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat diasumsikan bahwa penduduk yang lebih dari 3 kali dalam 1 hari kontak dengan air Sungai Belumai lebih berpeluang mengalami keluhan kesehatan daripada penduduk frekuensi kontaknya dengan air sungai kurang dari atau sama dengan 3 kali dalam sehari. Penduduk yang lebih sering kontak dengan air akan memberikan kesempatan kepada bakteri dan zat kimia untuk bereaksi dengan kulit dan mata serta menyebabkan gangguan kesehatan pada penduduk yang menggunakan air tersebut. Frekuensi kontak dengan agent penyakit merupakan salah satu aspek perilaku pemajanan behavioural exposure yang disebutkan Achmadi 2008 dalam teori simpul terjadinya penyakit, hal tersebut termasuk dalam simpul ketiga. Sesuai studi Rusli 2005, menemukan bahwa masyarakat yang menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari mengalami keluhan penyakit kulit, gangguan saraf, ginjal dan saluran cerna merupakan akibat dari air Sungai Muara Botung terdapat kandungan Merkuri Hg pada seluruh sampel air yang diteliti kandungan merkuri tertinggi sebanyak 0,1176 ppm, sedangkan yang terendah sebanyak 0,0001 ppm dan masyarakat tidak dapat menggunakan air sungai Muara Botung karena sudah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan dalam syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Demikian juga penelitian Prigi 2008 menyatakan bahwa sebanyak 50 lebih perusahaan yang beroperasi di sepanjang Driyorejo Gresik hingga Surabaya membuang limbahnya ke sungai. Limbah ini telah mencemari sungai Tengah hingga sungai Jagir Wonokromo. Dari uji kualitas air sungai yang dilakukan pada periode bulan Juli hingga September 2008, terlihat Baku Mutu kadar oksigen dalam air turun dari standar yang ditentukan. Adapun kandungan zat kimia berbahaya dalam air cenderung lebih tinggi dari batas standar. Adapun kandungan bahan kimia berbahaya Chemical Oxygen Demands dalam sampel air lebih tinggi dari dari standar baku mutu, yakni 10 miligram per liter. Fenomena rendahnya kualitas air sungai juga terjadi di Sungai Deli, sebagaimana ditemukan Putra 2008, bahwa masyarakat di di Sungai Deli masih menggunakan air sungai Deli untuk mandi dan mencuci. Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 660.31266K92, Sungai Deli ditetapkan sebagai peruntukan air golongan B, namun beberapa industri menggunakan Sungai Deli sebagai tempat pembuangan limbah cair dari kegiatan industri tersebut. Limbah cair dari industri yang membuang limbah ke Sungai Deli khususnya industri logam mengandung senyawa kimia logam berat yang berbahaya yaitu : Cu, Pb, Zn, Cd, Cr, Ni dan Sianida, sehingga menyebabkan air Sungai Deli tidak memenuhi nilai baku kimia.

5.4 Hubungan Lama Waktu Kontak dengan Keluhan Kesehatan