2.6 Sistem Pengolahan Air Bersih
Kesulitan dalam penyediaan infrastruktur penyediaan air bersih sudah mulai berlangsung sejak lama. Persoalan-persoalan yang ada antara lain meliputi: keterbatasan dana
dari pemerintah, peningkatan jumlah penduduk yang terus berlangsung terutama di kota-kota besar, euforia otonomi daerah yang cenderung kebablasan dari kabupatenkota menjadi
beberapa penyebab perkembangan infrastruktur kalah cepat dibandingkan dengan dinamika pertumbuhan penduduk yang ada. Pelayanan air bersih belum menyentuh seluruh lapisan
masyarakat yang membutuhkan air bersih baik di kota maupun di desa Kodoatie, 2003. Sifat dan jenis pengolahan tergantung kualitas air baku yang akan diolah dan air yang
akan diinginkan. Proses yang umumnya digunakan adalah seperti berikut: 1. Mata air, karena kualitas airnya cukup baik, biasanya tidak diperlukan perlakuan khusus
dalam pengolahannya, hanya diberikan desinfektan Chlor. 2. Sumur dangkal, perlakuan dalam pengolahannya kurang lebih sama dengan mata air.
3. Sumur dalam, pada umumnya kualitas air baku baik, maka hanya dibubuhkan desinfektan saja, namun banyak juga sumur dengan kandungan Fe dan Mn tinggi, sehingga diperlukan
perlakuan khusus dalam pengolahannya dengan memerlukan unit pengolahan Fe dan Mn removal dan aerator dan lain-lain.
4. Air permukaan, merupakan sumber air baku yang paling tidak baik karena kondisinya yang kurang bersih kotor dan merupakan alternatif terakhir dalam penggunaannya sebagai air
baku, jika mau dipergunakan sebagai air baku maka perlu adanya perlakuan khusus dalam
pengolahannya yang memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam pembangunan instalasi pengolahannya maupun dalam operasional dan pemeliharaannya.
2.7 Sistem Penyediaan Air Bersih Individual dan Komunitas
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan paling esensial bagi kehidupan manusia, sehingga untuk memenuhinya perlu dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Selain untuk
dikonsumsi air bersih juga dapat dijadikan sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan kesejahteraan hidup melalui upaya peningkatan derajat kesehatan Sutrisno, 1991.
Tujuan utama sistem penyediaan air adalah untuk menyediakan air yang cukup berlebihan, yakni untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan
tekanan yang cukup. Tetapi pada masa kini ada pembatasan dalam jumlah air yang dapat diperoleh karena pertimbangan penghematan dan adanya keterbatasan sumber air
Noerbambang, 1993. Dilihat dari sudut bentuk dan tekniknya, sistem penyediaan air bersih dapat dibedakan
atas 2 macam sistem yaitu Chatib dalam I’tishom, 2010: 1. Sistem penyediaan air bersih individual
Sistem penyediaan air bersih individual merupakan sistem penyediaan air bersih untuk penggunaan individual dan untuk pelayanan terbatas. Sumber air yang digunakan dalam
sistem ini umumnya berasal dari air tanah. Hal ini disebabkan karena air tanah memiliki kualitas air yang relatif lebih baik daripada sumber air baku yang lain. Sistem penyediaan ini
biasanya tidak mempunyai komponen transmisi dan distribusi, kecuali sistem penyediaan air bersih yang dibangun oleh pengembang untuk melayani suatu lingkungan perumahan yang
dibangun oleh pengembang. Berdasarkan uraian tersebut yang termasuk kedalam sistem ini adalah sumur gali, sumur pompa tangan dan sumur bor untuk pelayanan suatu lingkungan
perumahan tertentu. 2. Sistem penyediaan air bersih komunitasperkotaan
Sistem penyediaan air bersih komunitasperkotaan merupakan sistem penyediaan air bersih untuk masyarakat umum atau skala kota, dan untuk pelayanan yang menyeluruh,
termasuk untuk keperluan rumah tangga domestik, sosial maupun untuk industri. Pada umumnya sistem yang dikembang secara komunal merupakan suatu sistem yang lengkap dari
segi sarana dan prasarananya, baik ditinjau dari aspek tekniknya maupun dari aspek pelayanan yang diberikan. Adapun sumber air baku yang dipergunakan umumnya adalah air
sungai, air danau yang memiliki kuantitas yang cukup memadai. Sistem ini juga dapat mempergunakan beberapa macam sumber sekaligus dalam operasionalnya sesuai
kebutuhannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air bersih perkotaan adalah sebagai
berikut Linsley et.al dalam Raharjo, 2002: 1. Iklim, kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci, memasak.
Menyiram tanaman semakin tinggi pada saat musim kemarau tiba. 2. Ciri-ciri penduduk, taraf hidup dan kondisi sosial ekonomi penduduk mempunyai korelasi
posistif dengan konsumsi jumlah kebutuhan air bersih. Artinya pada penduduk dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik dan taraf hidup yang tinggi akan membutuhkan air
bersih lebih banyak daripada penduduk dengan kondisi sosial ekonomi yang kurang
mencukupi dan taraf hidupnya yang lebih rendah. Meningkatnya kualitas hidup kehidupan penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas hidup yang diikuti pula dengan
meningkatnya kebutuhan akan air bersih. 3. Harga air dan meteran, bila harga air mahal orang akan lebih menahan diri untuk
mempergunakan air bersih. Selain itu langganan yang di jatah air dengan sistem meteran cenderung jarang mempergunakan air bersih.
4. Ukuran kota, ukuran kota diindikasikan dengan jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki suatu kota seperti industri, perdagangan, taman dan sebagainya, maka kebutuhan akan air
bersih juga meningkat. Menurut Suripin 2004, penyediaan air bersih pada dasarnya memerlukan air yang
langsung dapat diminum portable water. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air
untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi, transportasi.
Kualitas air mencakup tiga karakteristik yaitu fisik, kimia, dan biologi. Karakteristik fisik yang terpenting tidak terpengaruhnya air oleh bahan padat secara keseluruhan baik yang
terapung maupun yang terlarut, kekeruhan, warna, bau, dan rasa, serta temperatur atau suhu air. Sedangkan karakteristik kimiawi air berupa kandungan bahan-bahan kimia yang ada di
dalam air yang berpengaruh terhadap kesesuaian air meliputi pH, alkalinitas, kation dan anion terlarut, serta kesadahan. Pada karakteristik biologi air, jenis-jenis organisme hidup yang
mungkin terdapat dalam air bersih meliputi makroskopik, mikroskopik, dan bakteri. Sedangkan bakteri merupakan organisme hidup yang sangat kecil ukurannya dimana
spesiesnya tidak dapat diidentifikasi sekalipun dengan alat bantu mikroskop. Bakteri yang dapat menimbulkan penyakit disebut bakteri pathogen, sedangkan yang tidak membahayakan
bagi kesehatan disebut nonpathogen. Didalam air juga terdapat virus yaitu organisme penyebab infeksi yang lebih kecil dari bakteri umum Suripin, 2004.
Besarnya tingkat konsumsi dan kebutuhan air bersih bagi setiap orang sangat dipengaruhi tingkat aktivitas, pola hidup dan kondisi sosial ekonomi. Kebutuhan akan air
bersih tidak saja menyangkut kuantitas akan tetapi juga menyangkut kualitas sesuai dengan peruntukannya, dimana setiap peruntukan akan memiliki baku mutu tersendiri, dan baku
mutu air minum tentunya akan lebih ketat jika dibandingkan dengan baku mutu air untuk kebutuhan lain seperti cuci mobil ataupun air untuk keperluan industri Soemarwoto, 2001.
Peranan air bersih dalam kehidupan masyarakat begitu penting, karena selain menjadi bahan konsumsi yang dibutuhkan untuk minum dan memasak, air juga dapat menjadi media
dalam menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, karena air mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melarutkan bahan-bahan padat berbahaya, mengabsorbsi gas-gas, dan bahan cair
lainnya, sehingga kandungan bahan atau zat-zat tersebut dalam air pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek gangguan kesehatan bagi pemakainya Sutrisno, 1991.
Distribusi air merupakan jaringan penyaluran air dari sumber hingga dapat dimanfaatkan masyarakat. Fungsi jaringan distribusi ini adalah untuk mendekatkan air
kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat lebih mudah memanfaatkan air. Semakin jauh jarak yang ditempuh untuk mendapatkan air berarti merupakan pemborosan waktu dan
energi, dan terdapat kecenderungan semakin sulit untuk mendapatkan, maka masyarakat akan mengurangi konsumsi air hingga di bawah kebutuhan untuk hidup layak Carter, dkk, 1999.
Pengelolaan penyediaan air bersih yang dilakukan oleh masyarakat pada dasarnya merupakan pembentukan rasa memiliki masyarakat pada air bersih, mulai dari eksplorasi
sumber air, eksploitasi, dan pengelolaan air, yang memiliki prinsip berkelanjutan. Hal ini membentuk tanggung jawab komunitas yang mengikat secara emosional setiap elemen dalam
masyarakat Piyasena, 2000.
Parameter air yang ada di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air disebutkan bahwa klasifikasi mutu air kelas 1 satu, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Kriteria Mutu Air Kelas 1 No Parameter
Satuan Kadar Maksimum yang
Diperbolehkan Keterangan
A. Fisika
1 Suhu
o
C Deviasi 3
Tidak berbau 2
Residu Terlarut
mgL
1000 -
3 Residu Tersuspensi
mgL
50 -
B. Kimia 1
Arsen mgL
0,05
- 2
Klorida mgL
600
3 Mangan
mgL
0,1
- 4
Kromium valensi 6 mgL
0,05 -
5 Selenium
mgL 0,01
-
Sumber : PP Nomor 82 Tahun 2001
2.8 Pencemaran Air