Hubungan Kualitas Air Sungai dengan Keluhan Kesehatan Hubungan Lama Tinggal di sekitar Sungai dengan Keluhan Kesehatan Hubungan Frekuensi kontak Air Sungai dengan Keluhan Kesehatan Hubungan Lama Waktu setiap kali Kontak Air Sungai dengan Keluhan Kesehatan

4.8.1 Hubungan Kualitas Air Sungai dengan Keluhan Kesehatan

Berdasarkan hasil uji regresi logistik hubungan kualitas air dengan keluhan kesehatan diperoleh nilai probabilitas p=0,000, dengan odds ratio OR 20,259, artinya responden yang menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci yang kualitas kimianya tidak sesuai dengan nilai baku yang ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 mempunyai peluang untuk mengalami keluhan kesehatan 20,259 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci yang kualitas kimianya sesuai dengan nilai baku yang ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001.

4.8.2 Hubungan Lama Tinggal di sekitar Sungai dengan Keluhan Kesehatan

Berdasarkan hasil uji regresi logistik dengan lama tinggal di sekitar daerah aliran sungai dengan keluhan kesehatan diperoleh nilai probabilitas p=0,042, dengan odds ratio OR 3,787, artinya responden yang tinggal di sekitar daerah aliran sungai lebih dari 1 tahun mempunyai peluang untuk mengalami keluhan kesehatan 3,787 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang lama tinggalnya di daerah aliran sungai kurang dari atau sama dengan 1 tahun.

4.8.3 Hubungan Frekuensi kontak Air Sungai dengan Keluhan Kesehatan

Berdasarkan hasil uji regresi logistik hubungan frekuensi kontak dengan air sungai dengan keluhan kesehatan diperoleh nilai probabilitas p=0,000, dengan odds ratio OR 22,369, artinya responden yang dalam 1 hari kontak dengan air sungai lebih dari 3 kali mempunyai peluang untuk mengalami keluhan kesehatan 22,369 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang frekuensi kontak dengan air sungai kurang dari atau sama dengan 3 kali dalam 1 hari.

4.8.4 Hubungan Lama Waktu setiap kali Kontak Air Sungai dengan Keluhan Kesehatan

Berdasarkan hasil uji regresi logistik hubungan lama waktu setiap kali kontak air sungai dengan keluhan kesehatan diperoleh nilai probabilitas p=0,036, dengan odds ratio OR 14,391, artinya responden yang setiap kali kontak dengan air sungai lamnya lebih dari 1 jam mempunyai peluang untuk mengalami keluhan kesehatan 14,391 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang lamanya waktu setiap kali kontak dengan air sungai kurang dari atau sama dengan 1 jam. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 4 empat variabel diuji secara bersamaan dengan regresi logistik metode enter, seluruhnya berhubungan dengan variabel dependen yaitu keluhan kesehatan dengan nilai Nagelkerke R Square = 69,2, Berdasarkan hasil uji regresi logistik tersebut, maka dapat dibuat model persamaan regresi untuk mengidentifikasi probabilitas terhadap terjadinya keluhan kesehatan akibat penggunaan air sungai untuk mandi dan cuci sebagai berikut: kontak t .108lm.wk 3 kontak .667frek. 2 nggal .332lm.ti 1 .air 3.009kual 13.472 1 1 + + + + − − + = e p Dilihat dari nilai koefisien regresi logistik, variabel frekuensi kontak air sungai mempunyai nilai koefisien regresi logistik tertinggi 22,369, artinya variabel frekuensi kontak air sungai yang paling kuat hubungannya dengan keluhan kesehatan pada masyarakat yang tinggal di daerah aliran Sungai Belumai Kecamatan Tanjung Morawa.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Kualitas Air dengan Keluhan Kesehatan

Hasil uji multivariat dengan uji statistik regresi logistik ganda menunjukkan variabel kualitas air sungai berhubungan dengan keluhan kesehatan p0,05. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat diasumsikan bahwa penduduk yang menggunakan air Sungai Belumai yang kualitas kimianya tidak sesuai dengan nilai baku yang ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 lebih berpeluang mengalami keluhan kesehatan daripada penduduk yang menggunakan air Sungai Belumai yang kualitas kimianya sesuai dengan nilai baku yang ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001. Air sungai yang kualitas kimianya tidak sesuai dengan baku mutu dapat memberikan risiko yang besar terpapar zat kimia yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu, sehingga dapat menimbulkan efek keluhan kesehatan bagi penduduk yang menggunakan air sungai tersebut. Simpul pertama dalam proses terjadinya penyakit berbasis lingkungan menurut Achmadi 2008 adalah komponen lingkungan sebagai tempat atau habitat dari agent penyakit. Upaya menanggulangi atau meminimalisasi keberadaan agent penyakit di lingkungan dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan, yaitu mengurangi bahan pencemar di lingkungan. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi