Belumai banyak terdapat pemukiman penduduk, termasuk 5 desa yang menjadi lokasi penelitian ini yaitu: Desa Dalu Sepuluh A, Desa Dalu Sepuluh B, Desa Dagang Kelambir,
Desa Limau Manis serta Desa Tanjung Morawa A. yang wilayahnya berada pada bantaran Sungai Belumai.
Keberadaan pemukiman penduduk di bantaran Sungai Belumai menyebabkan sebagian penduduk yang tidak memiliki sarana air bersih menggunakan air sungai untuk
kebutuhan sehari-hari, khususnya untuk mandi dan cuci. Penggunaan air Sungai Belumai yang telah tercemar oleh bahan organik maupun non organik menyebabkan banyak terjadi
keluhan kesehatan, seperti penyakit kulit infeksi. Berdasarkan data 10 jenis penyakit terbesar di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Morawa tahun 2010, diketahui bahwa penyakit kulit merupakan terbesar nomor 5 dari 10 penyakit terbesar.
4.2 Deskripsi Sungai Belumai
Fisiografi Daerah Aliran Sungai DAS Belumai yang titik air tertingginya di Desa Parira Kecamatan Gunung Meriah dengan ketinggian 880 meter dari permukaan laut
merupakan bagian dari fisiografi dataran tinggi Berastagi Berastagi High Land yang berbatasan dengan dataran rendah Medan di utara dan dengan plato Kabanjahe di selatan.
Bentang alam ini dicirikan oleh topografi yng relatif mendatar dengan kemiringan lereng sd 8 5
dan beda tinggi sd 10m. Luas benteng alam ini menempati wilayah seluas kira-kira 87,5 Km
2
atau 35 dari seluruh luas DAS Belumai. Bentang alam ini dibagian barat di mulai
dari Gelugur Rimbun, Lau Bakeri di Kecamatan Kutalimbaru kemudian menjalur ke Sukarende, Salam Tani, Pancur Batu, Wonorojo, Durin Jangak, Namorambe, Rempah hingga
ke Limau Mungkur. Di utara dibatasi titik perpotongan Sungai Belumai dengan Sungai Serdang. DAS Belumai mempunyai corak seperti burung dengan anak-anak sungai di kiri dan
kanan mengalir
menuju sungai
utama. Kecepatan
Sungai Belumai
adalah 65 km250km
2
= 0,26km Bappedalda Sumut, 2010.
4.3 Karakteristik Responden
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden pada kelompok umur 18 – 40 tahun, yaitu kelompok usia dewasa dan produktif yaitu sebanyak 88 orang 75,2.
Sebagian besar responden adalah jenis kelamin perempuan yaitu 76 orang 65,0. Suku bangsa responden umumnya adalah Suku Jawa sebanyak 47 orang 40,2. Responden
dengan tingkat pendidikan yang dominan adalah SMP sebanyak 63 orang 53,8. Pekerjaan sebagian besar responden adalah buruh sebanyak 51 orang 43,6, hal ini sesuai
dengan kondisi wilayah Kecamatan Tanjung Morawa yang banyak terdapat industri. Tingkat sosial ekonomi masyarakat dilihat dari tingkat pendapatan termasuk kategori rendah, karena
sebagian besar pendapatan responden berada di bawah angka rata-rata Upah Minimum Kabupaten Deli Serdang Rp. 1.100.100bulan, yaitu sebanyak 102 orang
87,2. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011
No Karakteristik Responden
Jumlah Persen
1 Umur Tahun
a. 18-40
88 75.2
b. 40-60
22 18.8
c. 60
7 6.0
Jumlah 117
100,0
2 Jenis Kelamin
a. Laki-laki
41 35.0
b. Perempuan
76 65.0
Jumlah 117
100,0
3 Suku Bangsa
a. Jawa 47
40.2 b. Karo
35 29.9
c. Batak 23
19.7 d. Mandailing
12 10.3
Jumlah 117
100,0
4 Pendidikan
a. SD
16 13.7
b. SLTP
63 53.8
c. SLTA
29 24.8
d. AkademiSarjana
9 7.7
Jumlah 117
100,0
5 Pekerjaan
a. Petani
35 29.9
b. Buruh
51 43.6
c. WiraswastaPedagang
13 11.1
d. Pegawai Swasta
15 12.8
e. PNSTNIPolri
3 2.6
Jumlah 117
100,0
6 Penghasilan
a. ≤ UMKab. Deli Serdang
102 87.2
b. UMKab. Deli Serdang
15 12.8
Jumlah 117
100,0
4.4 Kualitas Air Sungai